Mohon tunggu...
Vanesa Aurellia Maghfiroh
Vanesa Aurellia Maghfiroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan IPS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kupas Tuntas Teori Kognitif ala Jean Piaget

12 Oktober 2024   22:20 Diperbarui: 12 Oktober 2024   23:01 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan kognitif anak adalah salah satu hal yang paling menarik untuk dipelajari, apalagi bagi orang tua, guru, atau siapa saja yang berhubungan dengan anak-anak. Salah satu teori yang paling terkenal dalam menjelaskan perkembangan kemampuan berpikir dan belajar anak adalah Teori Perkembangan Kognitif yang dipopulerkan oleh psikolog asal Swiss, Jean Piaget. Dalam blog ini, kita akan mengupas tuntas teori tersebut dengan gaya bahasa yang santai, tapi tetap ilmiah.

Siapa Jean Piaget?

Sebelum masuk ke inti teori, kenalan dulu yuk sama tokoh utamanya! Jean Piaget adalah seorang psikolog yang dikenal luas karena karyanya tentang perkembangan intelektual anak-anak. Lahir di Swiss pada 1896, Piaget awalnya tertarik pada biologi. Tapi, seiring berjalannya waktu, ia menemukan ketertarikan besar pada psikologi anak. Lewat observasinya, Piaget menyadari bahwa anak-anak bukan hanya miniatur orang dewasa yang berpikir dengan cara yang sama. Mereka punya caranya sendiri dalam memproses informasi dan memahami dunia di sekitar mereka.

Nah, dari sini lahirlah Teori Perkembangan Kognitif Piaget, yang dibagi ke dalam empat tahap utama. Mari kita bahas satu per satu!

  • Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Tahap pertama ini berlangsung sejak bayi lahir hingga sekitar usia dua tahun. Pada tahap ini, bayi belajar memahami dunia melalui indera (melihat, mendengar, menyentuh) dan tindakan fisik (meraih, menggenggam, berjalan).Apa sih ciri khas dari tahap ini? Salah satunya adalah perkembangan konsep yang disebut permanensi objek. Ini adalah pemahaman bahwa benda tetap ada, meskipun tidak terlihat. Misalnya, ketika kita menutupi mainan favorit bayi dengan selimut, bayi yang lebih muda mungkin berpikir mainan itu hilang, sedangkan bayi yang lebih tua mulai memahami bahwa mainan itu masih ada di bawah selimut. Menarik, kan?

Bayi juga belajar banyak melalui eksplorasi fisik. Makanya, mereka sering terlihat memasukkan segala sesuatu ke mulut, karena itu cara mereka mengumpulkan informasi. Di sini, orang tua bisa mendukung perkembangan kognitif anak dengan menyediakan mainan yang merangsang berbagai indra, seperti mainan yang mengeluarkan suara atau tekstur berbeda.

2. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Masuk ke usia balita hingga awal anak-anak, di sinilah tahap praoperasional mulai berkembang. Anak-anak pada tahap ini mulai mengembangkan pemikiran simbolis. Mereka bisa menggunakan satu hal untuk mewakili hal lain. Misalnya, mereka bisa menggunakan kotak sebagai mobil atau pisang sebagai telepon mainan. Ini karena kemampuan mereka untuk membayangkan dan berpura-pura mulai tumbuh. Tapi, anak-anak di tahap ini juga masih sangat egosentris. Egosentris di sini bukan berarti egois, lho! Ini lebih kepada cara mereka melihat dunia dari perspektif mereka sendiri. Misalnya, kalau kita bertanya kepada anak di usia ini, "Kenapa langit biru?" mereka mungkin akan menjawab, "Karena aku suka warna biru." Mereka belum bisa melihat sudut pandang orang lain. Anak-anak di tahap ini juga belum sepenuhnya memahami konsep konservasi. Apa itu? Konservasi adalah kemampuan untuk memahami bahwa kuantitas suatu benda tidak berubah, meskipun bentuk atau wadahnya berubah. Misalnya, kalau kita menuang air dari gelas tinggi ke gelas pendek, anak praoperasional mungkin akan berpikir bahwa jumlah airnya berubah hanya karena bentuk gelasnya berbeda.

3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Sekarang kita masuk ke usia sekolah dasar, di mana anak-anak mulai berpikir lebih logis dan rasional, tapi masih terbatas pada hal-hal yang konkret atau nyata. Pada tahap operasional konkret, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan untuk melakukan operasi mental, atau kemampuan berpikir logis, tetapi hanya tentang objek atau peristiwa yang nyata atau dapat dilihat langsung.

Salah satu kemampuan yang berkembang pesat di sini adalah pemahaman tentang konservasi. Kalau kita melakukan eksperimen gelas tinggi dan pendek tadi, anak-anak di usia ini akan memahami bahwa jumlah airnya tetap sama, meskipun bentuk wadahnya berubah. Selain itu, mereka juga mulai mengembangkan kemampuan untuk mengelompokkan dan mengurutkan objek berdasarkan karakteristik tertentu, seperti warna, ukuran, atau bentuk. Misalnya, mereka bisa dengan mudah mengelompokkan balok berdasarkan warna atau mengurutkan angka dari yang terkecil hingga terbesar. Pada tahap ini, mereka sudah mulai mampu berpikir logis tentang hal-hal konkret, seperti matematika dasar, sains sederhana, dan hubungan sebab-akibat. Namun, pemikiran mereka masih belum sepenuhnya abstrak. Jadi, meskipun mereka bisa berpikir logis, mereka butuh objek nyata atau pengalaman fisik untuk memproses informasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun