Mohon tunggu...
vanesaabelia
vanesaabelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FIKOM Universitasitas Pamulang

Hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keunikan Sekaten, Dari Dulu Hingga Kini

27 Desember 2024   10:32 Diperbarui: 27 Desember 2024   10:32 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Upacara Sekaten, Tradisi Sambut Hari Lahir Nabi Muhammad SAW (sumber: https://images.app.goo.gl/4AaqMUExGY6Mxvuu6 )

Sekaten adalah salah satu tradisi budaya yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Jawa. Upacara yang penuh simbolisme ini berasal dari masa Kerajaan Demak dan erat kaitannya dengan penyebaran Islam di Nusantara. Namun, seiring berjalannya waktu, Sekaten tidak hanya menjadi tradisi keagamaan tetapi juga meluas menjadi sebuah perayaan budaya yang kaya akan nilai-nilai tradisional.

Tradisi Sekaten bermula pada abad ke-15, ketika Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, menggunakan seni dan budaya untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat Jawa. Nama "Sekaten" diyakini berasal dari kata syahadatain, yang merujuk pada dua kalimat syahadat dalam Islam. Melalui kegiatan ini, masyarakat diajak untuk memahami dan memeluk ajaran Islam dengan cara yang selaras dengan budaya lokal.

Keunikan Sekaten terlihat dari rangkaian acara yang berlangsung selama beberapa hari. Upacara ini dimulai dengan tabuhan gamelan Kyai Sekati, dua gamelan sakral yang hanya dimainkan pada momen Sekaten. Tabuhan gamelan ini dipercaya memiliki makna mendalam, yaitu mengajak masyarakat mendekatkan diri kepada Tuhan.

Puncak prosesi adalah pembagian gunungan, berupa hasil bumi yang disusun menyerupai gunung kecil. Gunungan ini dibawa dari keraton menuju alun-alun, kemudian diperebutkan oleh masyarakat. Tradisi ini melambangkan rasa syukur dan harapan akan kemakmuran bersama.

Pada awalnya, Sekaten lebih fokus pada aspek keagamaan. Gamelan dimainkan untuk mengiringi pembacaan syahadat, sementara masyarakat diajak untuk mengikuti pengajian di sekitar keraton. Kegiatan ini menjadi momen penting dalam penyebaran Islam, sekaligus menjaga harmoni antara budaya Jawa dan nilai-nilai keislaman.

Seiring berjalannya waktu, Sekaten mengalami perubahan. Selain tetap mempertahankan prosesi tradisionalnya, Sekaten kini juga menjadi ajang hiburan rakyat. Pasar malam yang digelar selama perayaan menarik ribuan pengunjung, dengan beragam atraksi, permainan, dan kuliner khas yang disajikan.

Meskipun unsur modernisasi semakin terasa, prosesi inti seperti tabuhan gamelan dan pembagian gunungan tetap menjadi daya tarik utama yang tidak pernah ditinggalkan. Hal ini menunjukkan kemampuan Sekaten untuk beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya.

Sekaten, dari dulu hingga kini, tetap menjadi simbol kekayaan budaya Jawa yang tak lekang oleh waktu. Keunikannya tidak hanya terletak pada prosesi adatnya, tetapi juga pada kemampuannya menyatukan nilai-nilai keagamaan, budaya, dan kehidupan sosial dalam sebuah perayaan yang penuh makna. Mari bersama-sama melestarikan tradisi ini agar terus hidup dan menjadi kebanggaan generasi mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun