Oleh:
Vanesa Regyna Elviana
Pendidikan Matenatika
Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas Pembelajaran Matematika Inklusi yang diampu oleh Ibu Nila Ubaidah S.Pd.
Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai dalam hidup seseorang. Proses ini dapat dilakukan melalui berbagai macam metode, baik secara formal, non-formal, maupun informal.
Pendidikan formal biasanya dilaksanakan di sekolah dan institusi pendidikan lainnya, yang mencakup sekolah dasar, menengah, sampai ke perguruan tinggi dimana terdapat kurikulum yang terstruktur serta sistem evaluasi. Pendidikan non-formal mencakup pelatihan, kursus, dan program pengembangan masyarakat yang tidak terikat pada sistem pendidikan formal. Sementara itu, pendidikan informal terjadi pada kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial, pengalaman, dan observasi.
Pendidikan merupakan hak setiap anak, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Dalam proses pembelajaran, mereka sering kali menghadapi berbagai tantangan maupun kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasar, interaksi dengan teman sebaya, atau beradaptasi dengan pengajaran konvensional.
Pada kasus ini, pentingnya pembelajaran inklusi sangat berpengaruh bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Ini merupakan pendekatan yang baik untuk memastikan bahwa semua anak, terlepas dari kemampuan mereka, dapat belajar dan berkembang.Â
Dalam konteks matematika, pembelajaran inklusi berarti memberikan kesempatan yang sama kepada semua anak berkebutuhan khusus, termasuk anak-anak difabel belajar, mendorong kemandirian, dan membangun kepercayaan diri mereka dengan cara membuat mereka selalu merasa dihargai dan diakui.Â
Proses ini mencakup adaptasi metode pengajaran, penggunaan alat bantu yang tepat, dan penciptaan lingkungan yang mendukung supaya setiap anak dapat berkembang sesuai dengan potensinya.
Dalam proses memberikan pembelajaran, tentunya terdapat berbagai jenis tantangan dalam menghadapi anak-anak difabel, baik itu anak dengan gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan perkembangan, atau disabilitas fisik lainnya. Adapun beberapa tantangan yang mungkin muncul, yaitu:
- Kesulitan saat memahami simbol dan angka, anak-anak dengan gangguan penglihatan mungkin mempunyai kesulitan membaca angka atau simbol matematika. Sedangkan anak dengan gangguan pendengaran merasa kesulitan dalam memahami instruksi verbal yang diberikan oleh pengajar.
- Kesulitan dalam komunikasi dan ekspresi, anak dengan autisme atau gangguan perkembangan lain biasanya memiliki kesulitan dalam menunjukkan pemahaman mereka tentang konsep matematika.
- Keterbatasan fisik, anak dengan disibilitas fisiknya mungkin saja mengalami kesulitan dalam memanipulasi alat-alat pembelajaran seperti kalkulator, papan tulis, dan buku yang tidak dirancang untuk aksesibilitas.
- Keterbatasan akses ke materi pembelajaran, kurangnya sumber daya atau materi pembelajaran yang dapat diadaptasi anak-anak difabel, seperti materi audio, buku teks dalam braille, atau perangkat lunak pembelajaran yang sesuai.