Mohon tunggu...
Vanda Nia
Vanda Nia Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Istri, PNS, praktisi pertanian yang biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Blusukan Seluruh Indonesia Tidak Cukup 5 Tahun?: Mata Najwa

6 Juni 2014   23:12 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:58 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya cukup nyengir kuda mendengar jawaban Ahamd Yani, PPP, yang mengatakan begitu saat ditanya apa kelebihan Jokowi di Mata Najwa. Simpulan pertama saya adalah orang ini belum paham maksud blusukannya Jokowi, dan simpulan kedua adalah seandainya si Yani "sudah" pernah melakukan blusukan, hmhm.. semestinya kualitas blusukannya sebatas jalan-jalan saja. Sayang amat..

Melihat blusukannya Jokowi, sungguh seperti siraman di tengah padang yang kering. Bagi yang mendapat musibah ataupun tidak, mendapat kunjungan, entah itu pejabat ataupun seorang teman, tentu akan merasa happy. Bahkan dengan tidak membawa apapun, sekedar mengajak cerita, mendengarkan keluhannya, itu pun serasa melegakan. Kurang lebih, itulah yang dirasakan para tuan rumah blusukan. Kata kuncinya, empati dengan kesederhanaannya. Ingat kan saat SBY yang tidak segera mengunjungi korban musibah, tetapi malah ke luar negeri sesuai schedule-nya, langsung beredar di media tentang ketidakpeduliannya SBY. Atau hebohnya para artis, politisi lain yang dadakan mengunjungi korban bencana.

Tapi, tentu maksud blusukan Jokowi, tidak hanya mengunjungi musibah saja. Menurut yang pernah saya baca di media (karena saya bukan timses-nya), maksud blusukan Jokowi adalah untuk merencanakan dan mengevaluasi program. Sebelum membuat suatu program, tentu si pemegang kebijakannya harus bisa memprediksi efektifan program barunya. Bila akan merelokasi suatu tempat, apa kendala-kendalanya, bagaimana mengatasi kendala-kendala tersebut. Dengan mendengar langsung curhatan calon korban relokasi, dampak negatif akan diminimalkan.

Maksud blusukan untuk mengevaluasi program, bagi saya juga sama pentingnya dengan saat merencanakan program. Perkembangan suatu program harus selalu dimonitor untuk mencegah kesalahan bertambah parah, mengkoreksi kesalahan-kesalahan tersebut, dan bila tidak ada kesalahan pun, keberhasilan dapat dipercepat, ditingkatkan dengan melihat kondisi terkini. Dengan blusukan, Jokowi akan mendapat masukan-masukan untuk menyempurnakan suatu program.

Blusukan seperti apa yang dilakukan Jokowi? Saya pernah baca, media terkadang tidak tau Jokowi mau blusukan kemana hari itu. Mau nguntit kemana? Artinya apa? Kunjungan blusukannya tanpa rekayasa. Sudah menjadi rahasia umum apabila ada pejabat akan berkunjung, semua yang tidak ada, akan diada-adakan. Jalan jelek, mendadak diaspal (meskipun kekuatan aspalnya entah sampai kapan bolong lagi). Jadilah, bawahannya yang berprinsip Asal Bapak Senang (ABS) banyak yang kelimpungan bila kena blusukan, sehingga banyak yang dicopot, banyak pula yang sakit hati.

Sekilas, blusukan seperti tidak percaya ke anak buah. Percuma dong punya anak buah, kerjain aja sendiri. Hmhm.. bukan tidak percaya kepada anak buah, toh blusukan tidak selalu kepada program yang bermasalah saja. Bisa jadi ada program yang bagus, yang perlu dirumuskan agar bisa disebarluaskan ke program atau daerah lain. Kalau tidak bermasalah, kenapa takut? Kalau memang mau didatangi blusukan untuk menyempurnakan program, kenapa harus keberatan? Bukannya kalau programnya bertambah bagus, rakyat juga yang senang.

Bila blusukan dianggap bagus, apakah Jokowi akan blusukan setiap hari? Kapan kerja lainnya? Mana cukup waktu blusukan se-Indonesia dalam 5 tahun? Hmhm.. Pertanyaan ini, saya anggap menggelikan. Dalam suatu kegiatan monev (monitoring evaluasi), tidak semua program/daerah harus dimonev. Cukup pada program strategis dan program-program yang diperkirakan akan bermasalah. Program strategis yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak, yang menghabiskan dana rakyat yang banyak, yang perlu dikawal keberhasilannya, tentu akan menjadi sasaran empuk monev. Apalagi bila ada program yang bermasalah. Namun khusus program yang bermasalah ini, blusukannya bukan untuk mengadili karena ada pihak berwenang, tetapi mengkoreksi agar masalah tidak tambah melebar.

Jadi kalau si Yani, sampai menyatakan hal demikian, artinya beliau ini masuk ke golongan simpulan pertama atau kedua? or both?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun