Sebenarnya beta tidak berniat membahas ILC tadi malam, tapi menjadi menarik ketika beta baca di grup facebook tertentu terjadi perdebatan antara kelompok yang mendukung Ahok dan yang tidak mendukung Ahok, terkait perkataaan seorang ahli hukum kah klo tidak salah, mengenai penggunaan kata "pakai" yang hilang atau tidak ada dalam kasus Ahok (pelecehan agama).
Soalnya adalah, yang di katakan si ahli hukum kira-kira begini (saya para-frasa): "justru  di hilangkannya kata "pakai" masih lebih baik dari pada menggunakan kata "pakai" justru akan lebih memberatkan Ahok. Nanti kalau ada ahli bahasa pasti akan bilang hal yang sama". Yang sangat disayangkan adalah diskusi mereka di grup tersebut menghabiskan energi begitu banyak hanya untuk mengeluarkan argumen berbau ad hominem dan sebagainya. Tapi beta tidak sedang mau bahas pertikaian dua kubu kontra tersebut, beta hanya mau menilai kalimat si ahli hukum tersebut. Kita akan lihat secara logis apakah argumen si ahli hukum adalah argumen yg valid dan sound atau tidak. berikut ulasan beta:Â
1. Ahli hukum mengabaikan bahwa orang bisa saja menggunakan kata tertentu sesuai dengan keinginannya (definisi stipulatif). Dia hanya mau memahami apa yang Ahok katakan berdasarkan apa yang dia pahami ketimbang apa yang Ahok pahami. Pada hal yang menggunakan kata tersebut adalah Ahok, maka harusnya di klarifikasi ke Ahok apa maksudnya, kalau tidak akan berpotensi strawman (strawman adalah salah kaprah terhadap maksud pemilik gagasan) dan terjebak dalam genetic fallacy (karena mungkin dia melihat kata ini berdiri sendiri tanpa kalimat penyertanya, seperti seturut kamus mungkin).Â
2. Si ahli hukum pun melakukan kesalahan logika lainnya yaitu; Argumentum ad Verecundiam (Membawa-bawa/menggunakan ahli bahasa untuk mendukung argumennya). Dia tidak merujuk pada argumen tertentu, tapi malah merujuk pada siapa yang mengemukakan argumen tersebut (membawa-bawa ahli bahasa). Secara logis secara logis orang yang ahli dibidang tertentu pun bisa saja salah, untuk itu kita kita harus fokus pada apa dikatakannya (apa argumennya), bukan fokus pada 'siapa' yang mengemukakan argumen. Natur dari argumen seperti ini lebih bersifat menyerang lawan debat secara psikologis, tapi jelas bukan argumen yang valid.
So, diatas beta sudah sedikit singgung  terkait kesalahan logika yang terjadi dalam perdebatan tersebut . Masih ada banyak kesalahan logika lainnya yang bisa kita kritisi dari acara ILC semalam sebenarnya, tapi beta  tidak sedang mau mengutarakan semuanya disini. Maksud beta sebenarnya adalah ini salah satu masalah ketika kita nonton ILC.Â
Selalu terjadi berulang-kali di perdebatan-perdebatan di ILC dimana seusai acara tersebut, penonton menginterpretasi sendiri sesuai pemahaman masing - masing tanpa ada edukasi LOGIS yang memadai dari acara ILC terkait isu-isu yang ada. Entah apa maksud acara ini ada. Apakah maksudnya setiap penonton silahkan memahami seturut tingkat intelektualnya kah? Ataukah  acara ILC juga bertujuan memberi edukasi bagi penonton (masyarakat)? Atau entah apa.Â
Apa yang ingin ILC capai dari acara ini? Beta pribadi sebenarnya berharap acara ILC bisa berlangsung secara "ketat logis". Moderator/host memperhatikan argument by argument sehingga tamu yang diundang sebagai nara sumber tidak seenaknya mengeluarkan argumen-argumen sesukanya. Kalau moderator ketat mengenai hal ini, beta yakin tidak ada (setidaknya minim) para nara sumber berbicara seenaknya. Mereka harus dipaksa untuk menyusun argumen yang valid dan sound. Ini juga sebagai bentuk tanggung-jawab moral mereka sebagai publik figur yang tentu saja sering di dengar banyak orang.Â
Ketat logis kan tidak harus  menyebut istilah-istilah logical fallacy dan lain-lain yang mungkin terlihat kaku dan membosankan bagi acara televisi mungkin, jadi silahkan diramu bagaimana baiknya. Well, tapi untuk menjawab acara yang demikian (ketat logis) tentu saja membutuhkan moderator yang paham ilmu filsafat (terutama logika). Jadi yahhh beta cuma berharap semoga ILC kedepannya atau ada acara-acara sejenis lainnya memperhatikan kaidah-kaidah logika (Hukum Logika). Atau coba ILC hadir kan juga nara sumber yang khusus membedah argumen-argumen yang ada, mungkin akan jadi lebih menarik.
Neu, demikian sapotong lalepak dari filsuf internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H