Mohon tunggu...
Irfan Rakhman
Irfan Rakhman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Saya hanya seorang penulis dan pengamat amatir.Ketertarikan saya terhadap permasalahan sosial adalah alasan kenapa saya mulai menulis.Tulisan-tulisan saya yang lain dapat anda lihat di http://darkviceroy.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jangan Bicara Padaku Soal Nasionalisme!

21 September 2016   13:36 Diperbarui: 21 September 2016   13:39 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bulan agustus memang sudah lewat,gegap gempita 17 agustus juga nampak sudah tidak tampak lagi.Namun nampaknya aku masih sedikit terganggu dengan beberapa pemberitaan di televisi.Di berita itu,ada seorang tokoh politik yang mengatasnamakan Nasionalisme atas nama kepentingan politik.Benar kawan,ia menggunakan dasar nasionalisme untuk menjatuhkan orang lain.

Bagaimana ini semua bermula?begini ceritanya,masih ingat kan kasus mantan menteri ESDM Archandra Tahar yang dicopot dengan alasan Nasionalisme?Sempat muncul rumor yang beredar di masyarakat bahwa setelah mendapatkan kewarganegaraan Indonesia ia akan kembali menjadi seorang menteri.Rumor ini ditanggapi oleh salah seorang politisi yang mengatakan jika hal tersebut dilakukan maka tindakan tersebut salah karena Nasionalisme orang itu (Archandra) diragukan.

Jujur perkataan orang itu membuatku ingin tertawa.Bagaimana seorang dikatakan tidak nasionalis hanya karena ia menjadi warga negara lain?Nasionalisme itu bukan cuma masalah kewarganegaraan kawan,ia lebih kompleks dari itu semua.Jika aku sekarang tanya padamu begini,mana yang lebih Nasionalis,orang asing yang bekerja di Indonesia atau Orang Indonesia yang bekerja diluar negari bagi Indonesia?Mungkin kira-kira begitu perbandinganya.

Permasalahan Nasionalisme itu sendiri di Indonesia hanyalah isapan jempol belaka.Tidak percaya?Sekarang jika kau mengaku seorang Nasionalis lihat sekujur tubuhmu,apa saja yang kau pakai sejak pagi tadi.Mari kita rinci bersama,Bangun pagi dengan alarm Jam beker merek SEIKO (jepang),kemudian dalam keadaan masih ngantuk buka Hape Samsung (Korea) untuk mengupdate status di Facebook (US) dan Twitter (US).

Setelah bangun,berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka dengan mulai menyikat gigi dengan Pepsodent (Unilever/Inggris),Mandi dengan Sabun Lux (Unilever/Inggris).Setelah mandi mulai berpakaian,memakai celana Levi's (Amerika) dan bolehlah kemeja sedikit tidak bermerk namun tetap saja hasil Impor dari negeri tiongkok sana.

Sedikit bergaya dengan jam tangan merek Casio (Jepang) dan Kacamata karya Emporio Armani (Italia).Tidak lupa memakai sepatu keren bikinan Nike (Amerika).Sebelum berangkat kuliah ngrokok sebatang Malboro (Phillip Moris/Amerika).Kemudian mulai bersiap berangkat kuliah dengan sebuah motor bebek merk Honda (Jepang).

Sesampainya di tempat kuliah belajar Sosiologi dengan buku bikinan penerbit Pearson (Amerika).Namun karena bosan justru membuka laptop Asus (Korea) kesayangan dan mulai menonton Anime (Jepang).Mata kuliah sosiologi kali ini nampaknya sedang membahas konsep Negara dan Bangsa.Ketika sang dosen bertanya tentang Nasionalisme,sang mahasiswa sok pintar ini menggunakan contoh betapa tidak Nasionalisnya Archandra Tahar,Luar biasa bukan?betapa ketika kita menunjuk orang lain sebenarnya kita lupa tentang diri kita sendiri.

Ketika kita mulai berkoar-koar tentang Nasionalisme,kita lupa bahwa kita sendiri sedang dijajah oleh bangsa lain lewat ekonomi.Saat kita berbicara panjang lebar tentang nasionalisme,kita lupa bahwa kita sedang bangganya memakai produk bangsa lain.Lalu apakah anda masih ingin berbicara nasionalisme juga padaku?

Disebarluaskan dari http://darkviceroy.blogspot.co.id/2016/09/jangan-bicara-padaku-soal-nasionalisme.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun