Mohon tunggu...
Irfan Rakhman
Irfan Rakhman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Saya hanya seorang penulis dan pengamat amatir.Ketertarikan saya terhadap permasalahan sosial adalah alasan kenapa saya mulai menulis.Tulisan-tulisan saya yang lain dapat anda lihat di http://darkviceroy.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Berbincang Masalah Mineral Water di Indonesia

15 September 2016   16:22 Diperbarui: 15 September 2016   16:47 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bisnis air mineral (di Indonesia disebut sebagai air kemasan) menurut saya adalah suatu bisnis yang menarik sekaligus membingungkan.Sampai detik ini,saya masih belum mengerti kenapa orang rela untuk mengeluarkan koceknya dalam-dalam untuk membeli sebotol atau segalon air dalam kemasan tersebut.

Logika yang paling tidak masuk akal (dan melanggar prinsip ekonomi) adalah fakta bahwa air merupakan barang bebas (oke..oke..mungkin tidak bagi beberapa wilayah seperti Jakarta atau Gunung Kidul).Beberapa daerah,termasuk daerah saya sendiri,rasa air tanahnya jauh lebih segar dibandingkan dengan air minum dalam kemasan merek tertentu.

Jika kita lihat kontennya sendiri,tidak ada bedanya dengan air putih biasa.Isinya ya gitu,sama-sama air cuma masalahnya kenapa yang satu bisa dijual dan yang lain tidak?tentunya hal inilah yang menjadi pertanyaan bukan?.

Sebelum membahas produk air minum dalam kemasan di Indonesia,kita akan mencoba menelusuri kembali jejak awal bisnis air mineral ini.Bisnis air mineral sendiri kita dapat trace back ke United Kingdom (aka Inggris) sebagai suatu bisnis air kesehatan di tahun 1621.Air kesehatan ini kebanyakan dikonsumsi dan didistribusikan ke daerah Eropa dan Amerika.

Kemudian bisnis ini berubah tema menjadi air yang aman diminum.Hal ini terkait dengan maraknya kasus kolera waktu itu.Namun,popularitas air mineral sendiri sempat turun di Amerika setelah negara Paman Sam itu sendiri mulai membuat sistem air bersih dengan air yang diberi chlorin.Namun ia kembali booming di negeri itu karena iklan produk yang menyebutkan bahwa air ini lebih sehat dikonsumsi dibandingkan soda.

Permasalahanya,apa yang terjadi sebenarnya di Indonesia?Bukankah negara kita ini memiliki cadangan air yang melimpah.Sumber daya air kita begitu banyak,mata air kita mengalir deras dan sumur kitapun tak pernah kering.lalu kenapa kita harus membeli air?Saya memaklumi jika kasus ini terjadi didaerah yang kekurangan air seperti gunung kidul atau Jakarta dimana airnya sendiri telah tercampur air laut.Namun untuk daerah lain (terutama pedesaan) popularitas air mineral nampaknya terlihat seperti sebuah anomali.

Kenapa saya menyebutnya anomali?anomali pertama adalah,sebuah barang bebas (yang tidak membutuhkan usaha untuk mendapatkanya) biasanya gratis,anda tidak perlu untuk membayarnya.Namun untuk kasus mineral water,kenapa anda memilih membayar air ditoko jika stock air dirumah anda sendiri melimpah?

Anomali kedua adalah ketika memiliki produk yang sama persis dimana yang satu gratis sedangkan yang lain bayar,kenapa anda memilih yang bayar?tentunya pandangan ini nampak tidak rasional menurut hemat saya.Namun hal ini bukan berarti kedua anomali tadi tidak dapat dijelaskan.Ia masih bisa dijelaskan dengan menggunakan persepektif yang berbeda.

Pertama,kita lihat Psikologis konsume di Indonesia.Rata-rata konsumen di Indonesia adalah tipikal konsumen yang memiliki tingkat konsumsi tinggi.Dilain pihak mereka juga adalah tipikal yang tidak ingin ketinggalan trend.Permasalahanya kiblat trend dan modernitas di Indonesia adalah Amerika.Hal inilah yang menyebabkan kita sering kali membeo apa yang mereka anggap sebagai trend (karena dianggap modern,padahal belum tentu).Begitu pula dengan kasus mineral water ini.

Kedua,Masalah "kepraktisan" (jika tidak ingin disebut bentuk KEMALASAN).Kepraktisan adalah dalih banyak orang mengkonsumsi mineral water.Mereka lebih memilih air minum sekali pakai ini dibandingkan repot-repot membawa air di dalam botol khusus.Padahal dengan dalih kepraktisan ini mereka setidaknya telah melakukan dua kesalahan besar yaitu konsumsi berlebih dan pencemaran lingkungan.

Konsumsi berlebih karena anda sebenarnya tidak perlu membayar mahal untuk membeli sebotol air minum kemasan seperti itu.Bayangkan saja jika anda seorang pekerja yang malas untuk memasak air,maka setidaknya anda akan butuh sekitar 2 liter air perhari (sesuai anjuran minum 8 gelas/hari).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun