Mohon tunggu...
vampire kecil
vampire kecil Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Sastra Indonesia

Perbedaan adalah kekuatan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Review] Pentas Drama Dhemit

6 Desember 2019   23:36 Diperbarui: 6 Desember 2019   23:36 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tanggal 12 Oktober hari Sabtu malam Minggu 2019, kira-kira pukul 19:00 saya dan teman-teman saya tiba di Amphitheater, Taman Kota 2 Bsd untuk meyaksikan pentas Dhemit yang di selenggarakan oleh Lontjeng Teater Universitas Pamulang. Ini adalah pentas teater yang pertama kali saya saksikan, berdasarkan namanya "Dhemit" saya antusias sekali untuk menyaksikan teater ini karena saya menyukai hal yang berbau Horror.

Di awal pemantasan saya disambut oleh para dhemit yaitu Gundruwo, Egrang,Wilwo dan pemimpin para dhemit yang di panggil "lurahe". pada adegan ini saja seolah-olah seperti dibawa kedalam dunia setan yang membuat saya merasa takut dan di dukung dengan Makeup yang menakutkan itu menurut saya berhasil membawa kesan seram. Tetapi setelah melihat gerak-gerik mereka yang terbilang unik dan cara mereka berbicara membuat kesan seram itu luntur dengan humor yang membuat saya tertawa.

Menurut saya penampilan yang mempunyai kesan paling menyeramkan adalah pada adegan dua kuntilanak yang menari sambil mengeluarkan suara tertawa khasnya.di tambah dengan backsound yang menggunakan lagu menyeramkan dan lighting yang juga dibuat menegangkan.

Pada adegan sesepuh desa dan pembantunya datang ke tempat tinggal para dhemit yaitu pohon preh, pembantu desa di tindih oleh Lurahe dan tiba-tiba pingsan membuat para penonton tertawa terbahak-bahak. Menurut saya adegan ini adalah adegan yang paling lucu dan menghibur.

Tetapi saya merasakan kekurangan Pada adegan dhemit Sawan yang berhasil menculik asisten kontraktor bernama Suli, suara yang dilontarkan Sawan saat itu cukup pelan sehingga saya tidak mendengar apa yang dibicarakan Sawan.

Latar tempat pada pentas ini cukup sederhana, di setiap adegan memiliki latar tempat yang sama yaitu hanya ada pohon preh di sebelah kiri yang menurut saya latar tempat ini membawa kesan kosong dan membosankan.

Setelah saya menyaksikan pentas ini sampai selesai kira-kira sekitar 2 jam, saya mendapatkan kesimpulan yaitu drama Dhemit ini mengusung tema tentang keserakahan manusia. Manusia dalam pentas ini digambarkan memiliki sifat rakus yang melebihi setan. Pentas ini seolah-olah menyindir manusia yang pada jaman sekarang yang serakah dan suka melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun