Mohon tunggu...
Vampieter Pieter
Vampieter Pieter Mohon Tunggu... -

Berani mengalahkan ketakutan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

DBL Indonesia dan Pengembangan Olahraga Berbasis Sekolah

25 November 2011   12:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:12 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber (http://pinsolution.com/wp-content/uploads/2011/07/DBL-Indonesia.jpg)

http://pinsolution.com/wp-content/uploads/2011/07/DBL-Indonesia.jpg

[caption id="" align="alignnone" width="400" caption="Sumber (http://pinsolution.com/wp-content/uploads/2011/07/DBL-Indonesia.jpg)"][/caption]

Saat ini banyak kompetisi olahraga yang melibatkan sekolah-sekolah sebagai peserta, baik tingkat SD, SMP maupun SMA.Dengan banyaknya kompetisi ini, secara otomatis sekolah-sekolah mulai berlomba-lomba untuk melakukan segala cara untuk meningkatkan prestasi melalui bidang olahraga.Mulai dari perekrutan sampai dengan membentuktim olahraga. Kebanyakan ektrakurikuler olahraga yang dikembangkan oleh sekolah-sekolah adalah untuk olahraga beregu seperti futsal, sepakbola, basket, voly dan lain-lain. Nah untuk mengelola sebuah tim olahraga sekolah tidak gampang serta membutuhkan biaya yang tidak sedikit, apalagi yang dikelola adalah olahraga beregu. Oleh karena itu membutuhkan cara-cara khusus untuk mengelola tim olahraga sekolah. Di Negara-negara yang olahraganya telah maju kegiatan extrakurikuler olahraga merupakan salah satu hal wajib yang harus dilakukan oleh setiap sekolah, dan memiliki tujuan dan target yang jelas untuk apa ektrakurikuler olahraga dikembangkan di sekolah. Sehingga pembinaan olahraga dinegara-negara tersebut olahraga berbasis sekolah. Bagaimana di Indonesia ? di Indonesia, ada salah satu kompetisi olahraga yang sudah mulai mencontohi pengembangan olahraga di Amerika Serikat. Yaitu kompetisi DBL, kompetisi ini merupakan liga basket pelajar terbesar di Indonesia. Kompetisi ini bukan sembarang kompetisi, tapi memiliki target, dan tujuan yang jelas. Basis dari kompetisi ini adalah student athlete sehingga tidak semua pelajar bisa merasakan kompetisi ini meskipun mereka adalah pemain basket paling jago disekolahnya, karena salah satu syarat yang harus dipertimbangkan adalah prestasi akademik siswa di sekolah. Meskipun dengan syarat-syarat yang menurut saya cukup ketat ini, animo untuk mengikuti kompetisi ini tetap cukup tinggi. Dari sini bisa dilihat bagaimana DBL Indonesia sukses dengan konsep Development Basketnya yang berbasis sekolah (Student Athlete). Tidak hanya itu, DBL sukses bekerja sama dengan olahraga bolabasket di Amerika dan Australia dengan mendatangkan pelatih dan bintang-bintang basket terkenal. Dengan cara seperti ini, siswa-siswa yang merasakan kompetisi DBL akan termotivasi untuk menjadi atau membuat yang terbaik untuk tim sekolahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun