Mohon tunggu...
Valuena AdeAldrica
Valuena AdeAldrica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Passionate About Writing and Human Behavior

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Kota Impian Menjadi Mimpi Buruk: Pengaruh Urbanisasi di Kota Surabaya terhadap Kesehatan mental

28 Desember 2024   20:51 Diperbarui: 28 Desember 2024   20:51 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto gangguan mental (Sumber: PEXELS)

Surabaya yang dikenal sebagai kota pahlawan, kota dengan beribu potensi untuk lapangan pekerjaan, menempuh pendidikan, dan hal lainnya yang dianggap sebagai kesempatan besar oleh banyak orang. Surabaya sendiri menjadi salah satu tujuan urbanisasi paling marak di Jawa Timur. Fasilitas perkotaan dan pedesaan yang berbanding terbalik menjadi salah satu faktor urbanisasi yang beberapa tahun belakangan ini terjadi. Urbanisasi sendiri dapat diartikan perpindahan penduduk pedesaan ke perkotaan. Pertambahan penduduk Kota Surabaya dalam jangka waktu hanya satu tahun adalah 21.423 jiwa, hal tersebut membuat penduduk kota ini yang awalnya 2.987.863 jiwa pada tahun 2023 menjadi 3.009.286 jiwa pada tahun 2024. Dengan mlihat tahun tahun sebelumnya, penduduk Surabaya akan meningkat kurang dari 1% setiap tahunnya dan akan diperkirakan pada tahun 2045 penduduk Surabaya akan menjadi 3.566.993 jiwa. Jika dilihat dengan gamblang pertambahan kurang dari 1% merupakan angka yang kecil, akan tetapi dengan banyakya kemacetan dan kepadatan fasilitas umum yang terjadi di Surabaya jelas memberikan gambaran bahwa pertambahan ini bukanlah angka yang kecil. 

Kemacetan adalah makanan sehari-hari penduduk Surabaya yang tak terhindarkan. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari jam kerja penduduk Surabaya. Biasanya kemacetan ini terjadi pada pagi hari 06.00-09.00 dan pada sore hari 16.00-19.00, bahkan ada beberapa daerah yang mengalami kemacetan lebih lama. Ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya kemacetan di Kota Surabaya: 

1.Tingginya volume kendaraan yang tidak diimbangi dengan fasilitas jalan yang memdai. 

Jam kerja sudah pastinya memengaruhi hal ini, pasalnya tidak hanya orang Surabaya saja yang bekerja di Kota Surabaya. Pada saat jam pulang kerja masyarakat Surabaya dan sekitar seperti Sidoarjo maupun Gresik turut serta memadatkan jalanan Surabaya. Banyaknya kendaraan yang berlaluan tidak sepadan dengan fasilitas jalan yang ada. 

2. Kurangnya pengendalian parkir liar

Parkir liar bukanlah hal yang sulit ditemukan di Surabaya. Kejadian ini banyak dilakukan oleh pihak tidak bertanggung jawab yang mengakui suatu lahan secara ilegal, bahkan dapat dilakukan oleh satu individu saja. Hal ini tentu saja memengaruhi dinamika lalu lintas apalagi ketika jam sibuk.

3. Transportasi umum dan fasilitasnya yang tidak efisien

Banyak orang mengatakan cara untuk mengatasi kemacetan adalah dengan beralih ke transportasi umum. Namun, faktanya masih banyak trasnportasi umum beserta fasilitas yang ada di lapangan yang kurang memadai. Contohnya, tidak semua halte bus memiliki tempat yang layak dan trotoar tempat pejalan kaki kerap disalahgunakan oleh pengendara maupun pedagang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menyebabkan banyaknya masyarakat yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang trasportasi umum.

4. Kesadaran masyarakat yang rendah

Kesadaran masyarakat tentang berlalu lintas tentunya juga sangat berpengaruh. Rendahnya kesadaran masyarakat unuk menaati peraturan lalu lintas seperti, melawan arus, menerobos lampu merah dan lain sebagainya membuat kondisi jalan semakin memburuk.

5. Pembangunan atau perbaikan jalan tidak teratur

Banyaknya proyek pembangunan maupun perbaikan jalan yang tidak diimbangi dengan jalur alternatif yang baik bahkan pekerjaanya sering kali tidak tuntas dapat turut serta menambah kemacetan.

Kepadatan kota pahlwan ini ternyata memiliki sisi buruk untuk kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental. Bayangkan menjadi seorang pekerja ataupun pelajar yang terpaksa harus melalui kondisi jalan dengan penuh asap, debu dan kebisingan yang tiada ujungnya setiap hari hanya untuk melakukan aktivitas mereka, belum lagi ketika mereka mengalami tekanan dari hal lain. Inilah mengapa masalah kesehatan mental seringkali muncul di kota kota besar seperti Surabaya. Banyak bentuk masalah kesehatan mental yang dapat muncul dari permasalahan ini dan dapat berakibat fatal apabila tidak segera disadari dan ditangani. Masalah kesehatan mental yang tidak segera ditangani tidak hanya berakibat buruk untuk satu individu saja, melainkan dapat berpengaruh untuk orang disekitarnya seperti teman maupun keluarga. Masalah mental suatu individu yang tidak segera ditangani seringkali dapat menimbulkan 'ripple effect', dimana keluarga ataupun teman dapat mengalami perubahan emosi yang signifikan, tegang, stress bahkan beberapa orang memeutuskan untuk merubah kebiasaan mereka. Masalah kesehatan mental yang seringkali muncul di kota besar antara lain:

1. Kecemasan atau anxiety

Anxiety sendiri merupakan sebuah respon alami tubuh saat seseorang dihadapkan dengan stres. Gelisah, susah konsentrasi, insomnia, mudah lelah, dan mudah marah merupakan hasil dari kecemasan yang berlebihan. Tentunya, dengan banyaknya polusi udara, kebisingan suara, tekanan sosial dan ekonomi turut serta dalam munculnya kecemasan berlebih pada seseorang

2. Depresi

Seperti yang kita tahu, depresi sudah bukanlah hal yang awam untuk kita. Kesedihan berkepanjangan dapat memicu munculnya depresi. Depresipun seringkali muncul bersamaan dengan kecemasan. Jika tidak segera ditangani, seorang pengidap depresi dapat tidak semangat menjalankan kesehariannya bahkan dapat menyebabkan seseorang mengakhiri hidupnya sendiri.

Mencegah terjadinya hal-hal buruk tersebut pastilah tidak mudah, banyak hal masih menjadi 'PR' yang harus diselesaikan oleh pemerintah setempat maupun individu masing masing. Awal yang tepat untuk mengatasi hal ini adalah memperbaiki permasalahan akarnya. Ada baiknya, pemerintah Kota Surabaya selalu memfasilitasi warga Surabaya dengan fasilitas yang memadai. Diperlukannya kebijakan yang pasti untuk orang luar Surabaya yang akan melakukan urbanisasi ke Surabaya, membuat fasilitas transportasi umum yang layak termasuk untuk pejalan kaki, kebijakan membasi parkir liar, maupun mengoordinir perbaikan jalan ataupun pembangunan infrastruktur dengan baik dan terjadwal diimbangi dengan alternatif yang memadai untuk pengendara. 

Semua hal yang baik akan dicapai jika kita mulai dari diri kita sendiri. Sebagai masyarakat hindari parkir liar sembarangan dan selalu mematuhi peraturan yang ada. Selalu utamakan kesehatan diri sendiri, hindari lingkungan sosial yang menekan kita sebagai individu karena bagaimanapun yang akan menyelamatkan diri kita adalah kita sendiri. Selain itu, lakukan kegiatan yang dapat mengendalikan stress seperti, meditasi, afirmasi baik kepada diri sendiri, lakukan olahraga rutin dan selalu luangkan waktu untuk diri sendiri.  Kesehatan kita adalah hal yang paling berharga di dunia yang tidak dapat ditukar dengan berlian sekalipun. Utamakanlah diri sendiri sebelum hal lain. Jangan sampai mengejar impian berubah menjadi petaka yang berkepanjangan.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun