Mohon tunggu...
vallery violila
vallery violila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tips Menghadapi 'Infodemi' : Hoax, Musuh Penghambat Hidup Normal

14 Desember 2021   02:57 Diperbarui: 14 Desember 2021   03:01 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source(s)United Nations Office for Disaster Risk Reduction - Regional Office for Asia and Pacific 

Sudah hampir dua tahun negara kita mengalami restriksi secara fisik. Musuh yang kita hadapi kini bukan lagi manusia, tapi hal yang tak terlihat, virus dan informasipandemi dan infodemi. Mungkin kita sudah tidak asing dengan langkah-langkah klinis pengendalian pandemi, namun bagaimana dengan penanganan musuh kedua kita?


Infodemi

Selama pembatasan fisik berlangsung, penggunaan sosial media seperti Instagram, WhatsApp, Twitter dan mesin pencari informasi seperti Google sebagai sumber informasi kesehatan pada lingkup komunitas mengalami peningkatan yang signifikan. Fenomena ini dapat menjadi ancaman dan peluang. Sebagai ancaman, merebaknya informasi, termasuk didalamnya informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau menyesatkan masyarakat selama masa wabah disebut juga Infodemi.

Bagaimana Infodemi terbentuk?


Terdapat beberapa alasan mengapa seseorang menyebarkan informasi invalid atau hoax ini, antara lain : tidak sadar akan misinformasi yang beredar disekitarnya, tidak tertarik mengonfirmasi berita, iseng, dan ingin mempengaruhi orang lain.

Sebuah penelitian juga menjelaskan bahwa bias konfirmasi dan ruang gema disinyalir menjadi penyebab seseorang menyebarkan berita yang belum dinilai validitasnya. Bagai katak dalam tempurung, algoritma media sosial memungkinkan seseorang dapat terjebak dalam fenomena ruang gema dimana seseorang mendapatkan informasi berdasarkan riwayat pencarian, klik, suka, komentar dan riwayat berbagi pribadinya.

Sebagai contoh, seseorang yang kerap mendapatkan dan menyebarkan informasi baik pesan teks maupun video mengenai hoax kandungan vaksin yang haram, efek samping tubuh seperti KIPI berat, kelumpuhan, infertilitas, dan gangguan fungsi tubuh lain akan cenderung membentuk suatu komunitas yang tidak mendukung program kesehatan 'vaksinasi massal'. Hal ini terbentuk berdasarkan persepsi pribadi saja tanpa menelaah lebih lanjut kebenaran informasinya.

Wah, serem juga ya, dari berita hoax ternyata dapat berdampak pada ketidakyakinan dalam mengikuti program kesehatan, ketidakmampuan melindungi kesehatan diri dan komunitas, dan muaranya perpanjangan durasi wabah. Jadi makin lama deh untuk bisa kembali bersua dengan teman dan keluarga secara normal.

Lantas, bagaimana tips dalam menghadapi Infodemi?

Terdapat beberapa tips yang dianjurkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam meningkatkan tingkat literasi kesehatan kita. Berikut penjelasannya :

1. Periksa Sumber
Telaah lebih lanjut, siapa yang membagikan informasi kepada kamu dan dari mana mereka mendapatkannya? Untuk akun sosial media kamu dapat memeriksa hal berikut : sudah berapa lama akun tersebut aktif, berapa jumlah followers-nya, bila memungkinkan periksa unsur "About Us" pada laman websitenya. Perhatikan tata bahasa dan desain visualnya. Jangan langsung percaya walaupun informasi tersebut diberikan teman atau keluarga dekat, ya!  

2. Jangan Hanya Membaca Headline
Judul berita bisa saja dibuat sensasional maupun provokatif. Klik dan baca informasi secara utuh agar tidak terkelabui judul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun