Mohon tunggu...
Vallerina Khusnul kh
Vallerina Khusnul kh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sejarah Islam

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Abu-Abu: Strategi Bertahan di Era Ketidakpastian

23 Desember 2024   07:16 Diperbarui: 23 Desember 2024   07:16 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika dinamika politik menjadi semakin kompleks, dunia mengalami tren baru yang mengaburkan batas-batas ideologi dan menekankan realisme, yaitu politik  abu-abu. Istilah ini mengacu pada pendekatan politik yang tidak secara eksplisit condong ke arah kanan atau kiri, namun lebih berfokus pada strategi  bertahan hidup yang fleksibel di masa yang tidak menentu.

Fenomena ini bukan sekadar kompromi, melainkan  strategi yang disengaja untuk menghindari polarisasi. Politisi yang memilih warna abu-abu, menghindari mengambil posisi yang jelas mengenai isu-isu kontroversial dan sering kali menampilkan posisi mereka sebagai "jalan tengah" atau "yang terbaik untuk semua orang". Mereka tidak menerima ambiguitas karena mereka tidak mempunyai prinsip. Dunia modern penuh dengan variabel yang tidak dapat diprediksi.

Namun apakah strategi ini efektif? Dalam jangka pendek, politik  abu-abu sebenarnya bisa menjadi cara untuk mengurangi konflik dan menjaga stabilitas. Jika pemimpin tidak terlalu partisan, mereka bisa mengakomodir kelompok yang berbeda tanpa menimbulkan perpecahan. Hal ini sangat penting dalam masyarakat yang majemuk dan sedikit terpolarisasi.

Di sisi lain, politik  abu-abu mempunyai risiko yang besar. Hal ini berarti hilangnya kepercayaan masyarakat. Jika seorang pemimpin atau partai terlihat terlalu pragmatis, mereka mungkin dianggap oportunis yang hanya mencari kekuasaan tanpa prinsip. Ketidakjelasan ini dapat menimbulkan kekecewaan karena masyarakat tidak mengetahui apa  visi atau misi jangka panjang yang ingin dicapai.

Selain itu, ada potensi bahaya ketika politik  abu-abu digunakan untuk menyembunyikan niat tertentu. Dengan berpura-pura netral, aktor politik bisa bertindak di belakang layar dan mengeksploitasi ambiguitas untuk menghindari tanggung jawab.

Dalam konteks Indonesia, politik  abu-abu semakin terlihat menjelang pemilu. Contoh nyata dari hal ini adalah koalisi bipartisan lintas ideologi, perubahan sikap politik yang dramatis, dan narasi yang mendukung "kebaikan bersama." Strategi ini mungkin memenangkan suara. Namun apakah hal tersebut cukup untuk membentuk pemerintahan yang stabil dan memiliki arah yang jelas?

Bagaimanapun juga, politik zona abu-abu mencerminkan dunia yang semakin tidak menentu. Namun terlepas dari fleksibilitas ini, para pemimpin harus ingat bahwa masyarakat tidak hanya mencari solusi, melainkan pemimpin yang sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun