Mohon tunggu...
Vallendri Arnout
Vallendri Arnout Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Fisika IPB semester akhir yang gemar menulis apa saja bahkan fenomena 'kucing dan anjing yang berkeliaran di sekitar kost nya'. Selain itu dia juga sedang sibuk-sibuk nya menjalankan profesi sebagai 'bule hunter'. :o.. Bukan hanya karena sekadar hobi, tapi juga itu di maksudkan untuk riset materi untuk buku dia yang rencananya berjudul "Pursuing My Bule" yang kebetulan sama dengan judul blog nya! Sok di kunjungi kalau ada waktu!:) Vallendri Arnout^^

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Indonesia vs Diskriminasi Usia

20 September 2016   23:33 Diperbarui: 20 September 2016   23:43 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ageisme. "Apa sih ageisme itu?" Mungkin banyak yang akan bertanya demikian. Maklum saja, diskriminasi jenis ini memang tidak sepopuler saudara-saudara sesama diskriminasinya yang lain, yang sering dikenal dengan singkatan SARA.

Seperti yang dapat di baca pada gambar 1 di atas, ageisme adalah jenis diskriminasi terhadap individu karena umur mereka. Diskriminasi ini pada umumnya dialami oleh para usia lanjut akibat dari berkurangnya kemampuan mereka dalam melakukan sesuatu. Contoh: dalam hal memasak berkelompok, para wanita tua cenderung tidak dipercayakan untuk melakukannya dengan alasan kemampuan mata mereka sudah kurang, dan itu bisa menyebabkan kekacauan di dalam masakan tersebut. 

Hal seperti itu sebenarnya masih jarang terjadi di Indonesia. Tentu saja ini berkaitan dengan budaya Indonesia yang menjunjung tinggi penghormatan terhadap para tetua. Tapi tetap saja masalah ageisme di Indonesia bukan berada pada level yang rendah. Ageisme di Indonesia masih saja tinggi, hanya saja jenis ageisme di Indonesia sedikit berbeda dari ageisme di luar negeri.

Menurut saya, jenis ageisme yang menguasai Indonesia adalah self-ageism. Dalam blog pribadi saya, saya pernah juga membahas topik ini dalam artikel berbahasa Inggris yang berjudul Indonesia and Self-Ageism. 

Apa itu self-ageism? Dengan bahasa manusia nya, saya akan mengatakan bahwa self-ageism adalah ageisme yang kita terapkan pada diri kita sendiri. Contoh: kita dengan sangat yakin mengatakan bahwa "Saya sudah terlalu tua untuk memulai kuliah lagi." Padahal, kita juga dengan sangat jelas mengetahui bahwa untuk menuntut ilmu, usia sama sekali bukanlah batasan.

Di masa lalu, mungkin ada di antara kita yang ingin sekali untuk pergi bunge jumping, tapi kendala nya dulu jangankan untuk bunge jumping, makan saja susah. 

Dan sekarang, setelah kita bisa membayar bunge jumping untuk seribu orang pun, sambil mengibaskan tangan kita akan berkata "Ah, enggak ah. Udah tua masak main yang kayak begitu?"

Hello. . .! Whats the point of that guys? Kamu hanya hidup sekali saja, yakin tidak ingin melakukan daftar-daftar impian di masa lalu hanya karena alasan "sudah terlalu tua?"

Stop membuat lingkaran berdasarkan usia kamu. Jika kamu ingin melakukan sesuatu, lakukan sekarang. Jika memang pada saat ini kamu sebenarnya sudah terlambat untuk itu, maka bayangkan seberapa terlambatnya kamu nantinya jika kamu terus memikirkan dan tidak melakukan itu secepatnya.

Ingat peribahasa "Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali."

Stop self-ageism!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun