Mohon tunggu...
VALLENCYA SUSANTO
VALLENCYA SUSANTO Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Aku merupakan mahasiswa semester 4 di Jurnalistik Fikom Unpad. Aku cukup suka menulis, dan platform ini akan membuatku berkembang dan berprogres

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesenian Tarawangsa Khas Rancakalong, Harmonisasi dan Spiritualisme di Tanah Sunda

3 Juli 2024   02:01 Diperbarui: 3 Juli 2024   02:07 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu proses dari kesenian Tarawangsa/dokpri

Tanah Sunda atau yang bisa disebut juga sebagai tatar sunda merupakan wilayah yang terletak di bagian barat pulau Jawa. Tanah Sunda sendiri merupakan suatu daerah yang sangat kaya dengan kebudayaannya seperti, angklung, gamelan degung, calung, Tari Jaipongan, Tari Merak, dan masih banyak lagi. Hingga saat ini, banyak sekali kebudayaan Sunda yang masi ada dan dilestarikan karena merupakan aset.

Salah satu daerah yang memiliki aset budaya yang cukup sakral di era modern ini adalah Rancakalong. Rancakalong merupakan salah satu daerah di Sumedang, Jawa Barat yang terkenal dengan keindahan alamnya dengan pemandangan alam yang asri, serta hamparan sawah hijau dan pegunungan yang memukau. Adapun masyarakat Desa Rancakalong yang terkenal dengan kebersamaan warganya dimana masyarakat Rancakalong masi kental dengan nilai-nilai adat seperti, upacara adat, perayaan hari besar dan kegiatan sosial lainnya termasuk kesenian Tarawangsa.

Tarawangsa merupakan seni Tradisional Nusantara yang disebutkan dalam naskah Sewaka Darma atau naskah Sunda kuno sekitar abad ke 15 dan hingga saat ini terus dilestarikan dan dikembangkan di daerah Sumedang, khususnya Rancakalong. Menurut Pupung Sumpena yang merupakan Ketua Sanggar Seni Tarawangsa Sunda Lugina, sejarah Tarawangsa yang diserap oleh dirinya menurut cerita dari nenek moyang yang ada di Rancakalong dan bersumber dari kutipan kitab atau Buhun (ajaran para leluhur) dari Rancakalong yaitu, Kitab Dewi Sri dan Dwi Saduwi bahwa Tarawangsa diciptakan oleh Sunan Kalijaga lalu Sunan Gunung Djati, Sunan Rohmat, dan juga Sunan Bonang. Ke empat Sunan tersebut lalu berkumpul dan berdiskusi mengenai penyebaran agama islam atau syiar islam ke daerah Rancakalong.

Instrumen utama dalam seni ini adalah tarawangsa itu sendiri, sebuah alat musik gesek yang mirip dengan rebab namun dengan karakteristik yang unik. Selain itu, kecapi juga menjadi elemen penting dalam ensambel tarawangsa. Instrumen-instrumen ini dipadukan untuk menciptakan suara yang harmonis dan meditatif, yang sering digunakan dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan.

Salah satu aspek menarik dan merupakan salah satu alasan mengapa Tarwangsa masi bisa berkembang di era moderen saat ini adala fungsinya sebagai konteks spiritual dan ritual. Dalam sejarahnya, tarawangsa sering dimainkan pada acara-acara penting seperti upacara panen padi (seren taun), pernikahan, dan ritual-ritual keagamaan lainnya. Musik tarawangsa dianggap memiliki kekuatan magis yang dapat mendatangkan berkah serta melindungi dari bencana.

Tradisi Tarawangsa mempercayai bahwa instrumen utama dalam seni ini adalah Tarawangsa itu sendiri, sebuah alat musik gesek yang mirip dengan rebab namun dengan karakteristik yang berbeda. Selain itu kecapi juga menjadi elemen penting dalam ensambel Tarawangsa. Instrumen tersbebut dipadukan untuk menciptakan suara yang harmonis dan meditatif, yang mana kedua hal tersebut serig digunakan dalam upacara adat dan ritual kegamaan. Tak hanya itu, masyarakat Rancakalong mempercayai bahwa instrument dan musik dalam Tarawangsa tidak hanya sebagai hiburan, namun juga bentuk komunikasi dengan suara transendental yang mendekatkan mereka dengan dunia spiritual.

Contohnya kesenian Tarawangsa ditampilkan pada saat upacara seren taun, dimana tarawangsa dimainkan sebagai ucapan syukur atas melimpahnya hasil panen. Upacara ini biasanya dilakukan sebagai bentuk penebusan dosa kepada Dewi Sri yang disegani masyarakat Sunda. Benar bahwa alunan tarawangsa mempunyai kemampuan untuk memperkokoh moral masyarakat luas dan membuahkan hasil yang positif.

    Proses persiapan sesajen dalam kesenian Tarawangsa /dokpri
    Proses persiapan sesajen dalam kesenian Tarawangsa /dokpri

Sebelum memulai prosesi Tarawangsa, ada beberapa hal yang harus disiapkan seperti, sesajen yang disiapkan dengan memiliki tujuan dan makna tersendiri pada kesenian Tarawangsa ini, selanjutnya adalah dekorasi ruangan, dan banyak hal lain yang disiapkan untuk syarat pelaksanaan prosesi Tarawangsa. Setiap tari-tarian dan doa menggambarkan rasa Syukur dan hati yang tulus, ditambah dengan iringan lantunan musik seolah-olah menambah sakralnya suasana. Dalam prosesi tersebut merupakan bentuk komunikasi batin kepada sang Maha Kuasa.

Berdasarkan pernyataan abah Pupung, tarian yang ada pada Tarawangsa bukan merupakan tarian yang mengarah negatif, melainkan bentuk kesucian dan kebersihan penari dengan doa yang disimbolkan oleh pembakaran sebungkus kemenyan dan dibakar di atas bara api atau (parukuyan), selain itu  ada harapan, serta rasa syukur yang dipanjatkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun