Mohon tunggu...
Fin War
Fin War Mohon Tunggu... Lainnya - Penerobos Jalan

Aku mencari batas terjauh diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jaket yang Keterlaluan

13 Desember 2012   06:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:45 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

dibalik jaket, ada jaket kecil..didalamnya tersusun lima huruf berinisial J-A-K-E-T, ada rentetan syair yang kemudian berkisar tentang kulit kusam si jaket, dan sebagai penutup, para biduan bernyanyi lucu sekaitan jaket, diiringi pemain seksopon setengah telanjang, dimana bagian atasnya berjaket dan bagian bawahnya...kotak-kotak, tersensor!
belum selepas, kemudian jaket kecil membuka risleting memperlihatkan barisan dada dan pinggul berbulu seekor kucing, "meeooong"...mengalun pelan saudara dekat harimau itu, sambil kemudian
bicara: "jaket".


firman terbangun tengah malam, disela-sela sebuah film layar tancap yang berisik didepan lapangan rumahnya. acara tujuh belasan tak pernah semeriah ini, seingatnya. belum ada orang-orang sedemikian menonton film layar tancap. seru dan memang layak tonton, karena film ini bercerita tentang seorang polisi jagoan yang menantang maut bersama rekan kerjanya yang tidak sengaja memakai jaket kulit. serupa dalam mimpinya...


adegan-adegan gila berjungkal lipat, mulai dari mobil terbalik, lompat dari gedung maha tinggi, dan gelayutan dihelikopter..dengan satu tangan..dan dua jari yang sudah tidak berpegang..oh my god, ibu jumida merem melek, pak sadikin meremas kotak samsoe, bu dewi menepok-nepok pundak laki nya, sementara laki nya kentut melulu karena angin masuk..


firman tidak terlalu memperhatikan adegan itu, karena jaket yang dipakai si lakon lebih menarik hatinya. jaket kulit macam keluaran cibaduyut, tapi kerahnya beda, tapi risletingnya kencang, tapi dilengannya tidak longgar, tapi ada tempat menyimpan pistolnya. jaket ini yang baru saja masuk kedalam mimpinya, menyampaikan pesan absurd tentang jaket yang bisa mengeja dan dimuntahi oleh suara indah biduan cantik. pikirannya melayang mengidul.


"jaket yang keren". bisik firman...
ketika adegan berganti pada ledakan dahsyat dipelabuhan, firman semakin pingin punya jaket itu. semakin berhasrat...karena ledakan itu nyata-nyata sebenang pun tidak membuat koyak jaketnya..


sekali lagi ia merebahkan kepala di sofa depan. tempat ia dapat melihat layar tancap tanpa harus keluar rumah. jaket itu pasti dijual di matahari. jawabnya sangat yakin bahwa jaket itu dapat dimiliki oleh siapa saja dan dimana saja, dimatahari pun ada.


"mungkin, ibu mau pinjam kan uang barang 200ribu untuk beli itu barang"..
jaket si lakon itu sungguh serupa air dalam pasir kering. "tak akan enggan orang berpaling jika menatap sesiapa yang memakainya", firman membatin..


"siska pasti jatuh cinta, atau umi tak akan lepas melirik, atau lilik akan memohon untuk kuajak kencan!", batinnya lagi.


ah dengan 200ribu saja. maka 3 wanita tadi akan menjadi biduan yang muncul dalam mimpi absurdnya. rasanya ia ingin melompat menyambut pagi. namun, pagi agaknya akan menjadi petualangan panjang, karena layar tancap ini baru saja menyelesaikan satu film dari 4 film nya.


dan oh ya..silakon berjaket kulit itu entah kenapa diakhir cerita menjadi mati berdarah bagian perutnya, tertembak! namun tak jua bolong itu jaket. bagaimana firman tak semakin kesengsem coba...


***


firman menyemai senyum dipagi hari pada ibunya, menatap penuh cinta dan menyuci piring sebelum ayam menyapa manusia. ibu siapa yang tidak luluh jika melihat anaknya sedemikian baik, meskipun semalaman belum tidur lantaran film terakhir adalah film india mohabattein. walhasil 200ribu ibu melayang, terbawa angin harapan firman untuk mencoba jaket kulit yang dua kali menyambangi nya, yang pertama dalam mimpi, yang kedua dalam film. ini pertanda..


setibanya dimatahari, mba-mba dengan rok pendek itu menyapanya, memberinya sebuah kertas kecil yang ternyata berbau parfum. firman telah secukup lama tidak shopping, iya karena malas, iya pula karena seleranya agak unik dalam artian tidak mengurut mode dan tren, sehingga ia agak canggung menerima kertas tester itu. firman lantas selonong menuju stand jaket sembari melewati stand celana dalam dan beha, ia tak acuh saja, lagian urusan dalaman seharusnya tidak diumbar pada publik semacam ini, pikirnya. jadi akhirnya ia melihat jaket yang itu! yang telah merasuki mimpi, kemudian menjalari film, hingga kemudian terpajang lunglai dimatahari..


sejenak firman demikian riangnya, aroma ceria menusuk urat pipi kakunya, rambutnya mengibar-ngibar lantaran ia tepat tegak di samping air conditioner..


tak lama senyumnya mengabur, ia seperti melewatkan sesuatu..ia lihat-lihat bentuk jaket didepannya, dan kemudian ia ingat pula rupa jaket dalam mimpinya.
dan ia campurkan dengan rupa jaket di film semalam, yang sekilas-kilas ia lihat.


oh my god, batinnya. ia benar-benar tak tahu apa warna dari jaket itu. WARNA! selintasan detail yang ia lupa.


firman berusaha mengingat tentang mimpinya, pikirannya didorong untuk mengurai mimpi semalam dan mencari tombol warnanya, dimanapun itu. sekelumit ia sadar bahwa mimpinya tidak memiliki warna.
lantas ia coba mengingat warna jaket dalam film semalam, dan ia gagal merekonstruksi lantaran film itu terlalu berwarna, dan dicamuk oleh pikirannya sendiri. maka hasilnya tak fokus.


warna itu menjadi sebuah pikiran busuk dihari-hari setelahnya, firman pun menyesali mimpi itu, 17 agustus itu, dan uang 200 ribu yang dikembalikan utuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun