Generasi Z (Gen Z) merujuk pada kelompok individu yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, yang telah tumbuh di dunia yang sangat berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka tumbuh dengan teknologi digital yang berkembang pesat dan akses tak terbatas terhadap informasi, yang memungkinkan mereka untuk lebih terbuka terhadap berbagai isu sosial, termasuk keberagaman gender dan orientasi seksual. Salah satu topik yang sering mendapatkan perhatian dari Gen Z adalah hak-hak kaum LGBT, yang terus berkembang dan menjadi pusat perdebatan di berbagai belahan dunia. Lantas, bagaimana sebenarnya pandangan Gen Z terhadap kaum LGBT? Apakah mereka cenderung berpikiran terbuka atau justru melihatnya sebagai sesuatu yang menyimpang?
Sebelum membahas lebih jauh, mari kita cari tau arti kata LGBT, LGBT sendiri merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Lesbian merujuk pada wanita atau perempuan yang menyukai sesama wanita, Gay untuk pria atau lelaki yang menyukai sesama pria, Biseksual untuk individu yang tertarik pada kedua gender, sementara Transgender adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang yang identitas gendernya berbeda dari jenis kelamin yang ditetapkan saat lahir. Lalu, apakah kaum LGBT diterima di kalangan masyarakat Indonesia? Nyatanya, keberagaman dan kepercayaan orang-orang Indonesia menimbulkan berbagai pendapat mengenai hal ini. Sebagian besar masyarakat Indonesia, yang mayoritas beragama Islam, masih memegang nilai-nilai keagamaan yang menilai orientasi seksual dan identitas gender di luar norma heteroseksual sebagai sesuatu yang menyimpang. Di sisi lain, ada kelompok yang lebih terbuka terhadap keberagaman tersebut, terutama di kalangan generasi muda yang lebih terpapar pada informasi global dan nilai-nilai inklusivitas. Meskipun demikian, masih banyak tantangan yang dihadapi kaum LGBT di Indonesia, seperti diskriminasi dan stigma sosial, yang menjadikan perjuangan mereka untuk mendapatkan pengakuan dan hak-hak yang setara masih panjang. Oleh karena itu, penerimaan terhadap kaum LGBT di Indonesia sangat bergantung pada persepsi individu, latar belakang budaya, serta pengaruh agama dan pendidikan di masyarakat.
Secara umum, Gen Z dikenal sebagai generasi yang lebih terbuka dan maju dalam menghadapi isu-isu sosial. Mereka lebih menerima keberagaman, termasuk dalam hal identitas gender dan orientasi seksual. Banyak di antara mereka yang mendukung hak-hak kaum LGBT Â untuk diakui dan dihargai. Gen Z juga mendesak agar setiap individu bebas mengekspresikan identitas mereka tanpa takut diskriminasi. Pandangan ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, seperti generasi X atau milenial, yang masih terikat pada norma-norma budaya dan agama yang lebih konservatif.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pandangan Gen Z terhadap kaum LGBT adalah akses mereka yang sangat mudah terhadap informasi. Di era digital ini, kemajuan teknologi dan keberadaan media sosial memainkan peran besar dalam membentuk cara mereka melihat dunia. Gen Z, yang tumbuh dengan perangkat digital sejak usia dini, memiliki kemampuan untuk mengakses berbagai informasi dengan cepat dan tanpa batas. Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter memungkinkan mereka untuk berinteraksi langsung dengan komunitas LGBT. Melalui platform-platform ini, mereka dapat melihat dan mendengar cerita hidup nyata dari individu-individu LGBT yang berbagi pengalaman, tantangan, dan perjuangan mereka. Dengan adanya ruang untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman ini, Gen Z lebih mudah memahami keragaman identitas seksual dan gender yang ada dalam masyarakat. Menurut Adzra .V. R., Wahyu . M. L., & Berlianti (2022) Kebebasan  bersosial  media  selain  memberikan  berbagai  persepsi  mengenai  gender, namun terdapat sisi negatif dibalik kebebasan tersebut, tidak sedikit juga Masyarakat melakukan berbagai bentuk diskriminasi khususnya diskriminasi gender di sosial media dan berlindung dibalik kebebasan bersosial media tersebut, sehingga tidak dapat dihindari pula hal tersebut menjadi tantangan bagi berbagai gender khususnya dalam bersosial media di era digital saat ini. Mereka dapat melihat secara langsung bagaimana kaum LGBT menghadapi stigma dan diskriminasi, serta bagaimana mereka berjuang untuk hak-hak mereka. Hal ini menciptakan empati dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya inklusivitas, sehingga Gen Z cenderung lebih menerima keberagaman dalam hal orientasi seksual dan identitas gender. Akses ini juga membuka peluang bagi mereka untuk mengeksplorasi perspektif yang lebih luas, yang mungkin tidak dapat mereka temui dalam kehidupan sehari-hari atau dalam lingkungan sosial yang lebih terbatas.
Tidak hanya itu, Gen Z juga dikenal lebih berani untuk mengekspresikan pendapat mereka, terutama melalui gerakan sosial yang mereka dukung. Mereka lebih cenderung untuk mengambil bagian dalam protes atau kampanye yang mengedepankan kesetaraan hak, termasuk hak-hak LGBT. Misalnya, banyak dari mereka yang mendukung legalisasi pernikahan sesama jenis, pengakuan hak transgender, dan penghapusan diskriminasi terhadap kaum LGBT di tempat kerja dan sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan mereka lebih progresif, dengan harapan agar masyarakat lebih menerima keberagaman tanpa adanya diskriminasi.
Namun, meskipun Sebagian dari Gen Z cenderung lebih terbuka terhadap kaum LGBT, ada perbedaan dalam cara pandang di antara individu-individu dalam kelompok ini. Seperti halnya generasi lainnya, Gen Z juga terpengaruh oleh berbagai faktor, seperti latar belakang budaya, agama, dan pendidikan. Di beberapa daerah atau keluarga yang lebih konservatif, terutama yang memiliki nilai-nilai agama yang ketat, masih ada sebagian lainnya dari Gen Z yang memandang gaya hidup LGBT sebagai sesuatu yang bertentangan dengan ajaran agama atau moral. Mereka mungkin melihat identitas seksual yang berbeda dari norma heteroseksual sebagai sesuatu yang menyimpang
Bagi kelompok ini, orientasi seksual dan identitas gender yang berbeda dari norma heteroseksual tetap dipandang sebagai hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral atau ajaran agama yang mereka anut. Mereka percaya bahwa perilaku LGBT bertentangan dengan ajaran agama, seperti dalam agama Islam, Kristen, atau agama lainnya, yang menekankan pentingnya hubungan antara pria dan wanita sebagai pasangan yang sah. Kelompok ini mungkin merasa bahwa penerimaan terhadap LGBT dapat merusak tatanan sosial dan keluarga yang telah lama ada dalam masyarakat. Mereka juga khawatir bahwa semakin berkembangnya penerimaan terhadap keberagaman seksual dapat mendorong normalisasi gaya hidup yang dianggap bertentangan dengan norma-norma budaya yang mereka junjung. Sebagai hasilnya, meskipun ada dorongan untuk menerima perubahan, sebagian dari Gen Z tetap menanggapi isu LGBT dengan skeptisisme atau bahkan penolakan.
Gen Z memiliki pandangan yang lebih terbuka dan inklusif terhadap kaum LGBT dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka cenderung menerima keberagaman dan mendukung hak-hak LGBT untuk hidup dengan bebas dan setara. Namun, pandangan konservatif masih ada di kalangan sebagian anggota Gen Z, yang dipengaruhi oleh faktor budaya, agama, dan latar belakang pribadi. Perkembangan sosial dan pendidikan yang semakin terbuka memberikan peluang bagi perubahan pemikiran yang lebih inklusif di masa depan. Oleh karena itu, Gen Z berpotensi mendorong perubahan sosial yang dapat meningkatkan penerimaan terhadap keberagaman gender dan orientasi seksual dalam masyarakat.
Referensi :
Adzra .V. R., Wahyu . M. L., & Berlianti (2022). Persepsi Gen Z Pada Gender Dan Diskriminasi Gender di Sosial Media. Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial. 4.
Identitas Penulis : Valerina Dzakiyya Salsabila sebagai mahasiswa Universitas Airlangga program studi teknik informatika Angkatan 2024.