- Doc Foto Pribadi: Valerian Libert Wangge -
SALAH seorang Tokoh Petisi 50 itu, kini telah menjadi sejarah. Pantaslah semua kebaikannya selama hidup kita kenangkan. Sosoknya memang layak diteladani, terutama bagi generasi muda, serta mahasiswa Indonesia. Sejak masa muda hingga akhir hayatnya (75 tahun) "Api Idealismenya" terus menyala.
Drs.Chris Siner Keytimu, dilahirkan di Kampung IlI-Desa Kokowahor, Kecamatan Kangae-Kabupaten Sikka, Flores Nusa Tenggara Timur, tanggal 12 September 1939.
Ia menghembuskan nafas terakhir di RS Saint Carolus Jakarta, Senin tanggal 04 Mei 2015 karena penyakit kanker usus. Chris Siner Keytimu tercatat menjadi salah seorang pendiri Kelompok Cipayung (PMKRI, HMI, GMNI, GMKI, PMII); pendiri Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), serta Sekretaris Pokja PETISI 50.
Bagi mereka yang pernah menjadi bagian dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), sosoknya sangatlah tidak asing. Hal ini tidak saja karena ia pernah menjabat sebagai Ketua Presidium PMKRI Bandung (1968-1969), serta Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PMKRI, selama dua periode (1971-1977), terlebih karena atensinya yang tak pernah habis untuk "mendampingi" proses Pembinaan-Perjuangan PMKRI.
Ia, Chris Siner - tak pernah sungkan mengajak kaum muda mahasiswa untuk selalu berpikir kritis dan bersikap berani melakukan koreksi terhadap kekuasaan, demi memberikan kepastian untuk kebaikan semua orang (bonum comune). Cosmas Batubara, mantan Menteri Tenaga Kerja yang juga salah seorang sahabat Chris semasa di PMKRI mengatakan jika Chris Siner terus memperjuangkan Demokrasi hingga akhir hayat.
SEHARI JELANG HUT PETISI 50
Bagi saya pribadi, ini bukanlah sebuah kebetulan, jika Chris Siner Keytimu wafat tanggal 04 Mei 2015, sehari menjelang peringatan 35 tahun Petisi 50 (tanggal 05 Mei 1980, red).
Kepergiannya justru menjadi penanda, agar generasi muda dan seluruh pejuang Demokrasi hari ini tidak melupakan sejarah dan semua alasan dibalik lahirnya Petisi 50 yang sangat monumental itu.
Petisi 50 adalah sebuah sikap dan ungkapan keprihatinan dari 50 orang tokoh terkemuka di Indonesia terhadap jalannya kekuasaan Presiden Soeharto (Orde Baru).
Mereka antara lain mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution, mantan Kapolri Hoegeng Imam Santoso, mantan Gubernur Jakarta Ali Sadikin, mantan Perdana Menteri Burhanuddin Harahap, Mohammad Natsir dan Chris Siner Keytimu.