Akhirnya lampu-lampu di tribunpun menyala. Sontak riuh menggema dalam ketegangan dan kesukacitaan. Ini tak biasa, menyaksikan laga sepakbola Flobamora Cup7, hingga batas waktu paling maksimal. Takjub, untuk semangat para serdadu Ngada dan Ende tak kunjung padam.
Hingga melewati paruh kedua batas perpanjangan waktu, belum ada satupun gol yang tercipta. Semua cemas, semua berharap tidak hanya skuad tim kedua keseblasan, juga para punggawa klub lokal yang hadir untuk memastikan calon pemain yang siap direngkrutnya, termasuk bekas pelatih Timnas PSSI U-19 Indra Sjafri.
Sepakbola tak sekedar ajang adu stamina, adu kompak dan adu strategi pelatih, namun juga sebuah konser seni yang melampaui batas-batas diri. Dalam sepakbola yang tak mustahil menjadi mungkin, yang tidak percaya menjadi percaya.
Sepakbola itu cermin kehidupan. Ia tidak sesederhana grafik yang berlekuk atau histeria fans fanatik di sosial media. Hidup dan perjalanan sepakbola menyimpan banyak misteri dan hanya perubahanlah yang abadi.
Klub yang tidak sigap membaca tanda perubahan dipastikan tenggelam, sebaliknya klub yang selalu bersiap siap, selalu memiliki kemungkinan lebih besar untuk menang. Dan kedua keseblasan telah membuktikan kesiapan mereka.
Dalam sepakbola tidak mudah menjadi pemenang, jika yang bermain itu bola (main bola) bukan mata (main mata). Untuk memperoleh kemenangan yang tidak pernah kita miliki, kita harus melakukan apa yang tidak pernah kita lakukan. Tidak ada tim kuat tanpa latihan yang berat, tidak ada tim hebat tanpa karakter yang kuat.
Seperti kehidupan, ada relasi yang sangat erat antara bola dan pemain, antara pemain dengan pelatih, antara suporter dengan klub idolanya, juga yang kerap terlupakan antara pemain dengan dirinya sendiri.
Sehingga seorang Septian Abdiansyah harus melantunkan puisi ini, “Memberi bola ibarat melempar kepercayaan, walau sulit tapi harus percaya, demi sebuah hasil kemenangan yang belum pasti di lapangan juga kehidupan”.
Masyarakat pecinta sepakbola Flobamora Dewata, baru saja menyaksikan dua laga mencari finalis. Semifinal pertama mempertemukan PS Manggarai Tengah (Ikkmar Bali) dengan Paperti FC (Kodya Kupang), Sabtu (31/10/2015). Tak diduga Manggarai Tengah menang besar 5-0, menjauhkan prediksi sebagian besar orang.
Sejumlah fans Paperti harus pulang sembari menggerutu, sementara suporter dari keseblasan juara berjalan pulang menggenggam harapan. Apakah Paperti telah selesai? Belum. Masih tersisa satu laga lagi untuk mencari pemenang ke tiga turnamen ini.
Semifinal kedua, seperti laga sebelumnya juga dilangsungkan di Gelanggang Olahraga (GOR) Ngurah Rai Denpasar, Minggu (1/11/2015) mempertemukan Ende Bali FC kontra Ngada PSN Bali. Sebuah pertarungan bertajuk “menang atau pulang”, kini menyisahkan drama yang tak terlupakan.