Saat babak penyisihan turnamen Flobamora Cup 2015, ketiga pemain ini selalu ada dalam barisan keseblasan Ende, mereka kerap diturunkan Coach Ende Yan Daulaka. Dalam hal kemampuan mengolah bola di lapangan, kualitas mereka terus mengalami peningkatan,
“Saya menyadari, jika kemampuan individu setiap pemain berbeda. Maka yang saya tekankan, mengerem ego individu dan meningkatkan kerjasama dalam tim. Syukurlah, mereka bisa menangkap hal tersebut sejauh ini” Ungkap Yan Daulaka suatu ketika.
Wuamesu Ende akhirnya dapat membuktikan dengan menjadi juara Grup B. Kini di babak delapan besar, tantangan laskar tri warna Ende semakin tinggi. Tim tim yang lolos ke babak delapan besar, telah mendulang banyak pengalaman dan menjadi utusan terbaik dari setiap grup.
Catatan ini sebagaimana catatan sebelumnya, tidak bermaksud mengklutuskan tim Ende, namun hanya satu cara untuk memperkenalkan potensi pemain muda, sekaligus tanda terima kasih kami atas apa yang telah semua pemain lakukan bagi Wuamesu Ende. Simak profil singkat ketiga pemain berikut ini:
MATERNUS “Memulai dari SSB Mandala Putra”
Usia pemain ini baru menginjak 18 tahun. Posturnya cukup ideal untuk seorang yang menempati posis gelandang.
Maternus Hadi Palma Dede, nama lengkapnya. Ardi sapaannya dilahirkan di kota Dili Timor Leste, 23 Maret 1997. Ardi adalah putra tunggal pasangan Fransiskus Babo dan Ibu Laurentina Gai yang beralamat di jalan Paku Sari Gang 3 nomor 28C Denpasar Selatan. Kedua orangtuanya berasal dari Ende NTT.
Saat ini Ardi baru menginjak semester pertama di Universitas Udayana. Ia mengaku sangat menyukai Sepak Bola sejak duduk di bangku SD, “ Saya mulai berlatih sepak bola melalui Sekolah Sepak Bola (SSB) Mandala Putra di Denpasar ” Kenangnya.
Saat duduk di bangku SMU, ia kerap terpilih untuk memperkuat SMUK Santo Josep Denpasar dalam sejumlah turnamen. Pemain muda yang sangat mengidolakan pemain Barcelona Sergio Ramos ini memiliki motto “Everything U Can Imagine Is Real”
STENGKOL, “Mengagumi Angel Di Maria”
Cukup unik nama sapaan dari Alexandro Dhajo Soi ini. Ia sehari-hari disapa Stengkol. Usianya belum genap 20 tahun, namun teknik mengolah si kulit bundar cukup mumpuni. Stengkol dilahirkan di Ende, 10 Desember 1995. Anak kedua dari 5 bersaudara dari Ruben Soi Meo dan Ibunda Modesta Ine Ari.