Di pagi yang merayu senja,
Perempuan tua bersama jari-jari halusnya.
Menyusun kue rambut, benang-benang kenangan,
Seperti melodi dalam sepi, mengalun perlahan.
Tiap gulungan memeluk cerita masa lalu,
Di mata keriputnya, kisah tak berakhir.
Rona cokelat kue mencerminkan perjalanan,
Jari-jari mengajak waktu berdansa, mengalir.
Pasar berbisik tentang kehidupan yang terpintal,
Puisi terjalin dari setiap sentuhan lembut.
Perempuan tua, tukang kue yang abadi,
Menyiratkan arti dalam setiap keping rambut.
Dalam detik detik berdenting, sebuah puisi tercipta,
Dari jari-jari yang tak lelah menciptakan makna.
Kue rambut menggambarkan perempuan dan waktu,
Sebuah syair yang abadi, di dunia yang terus berputar.
Kalabahi, 16 Januari 2024Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H