Dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi saat ini, umat manusia disadarkan akan begitu bermaknanya anugerah kehidupan yang ia terima. Setiap helaan nafas adalah kesempatan untuk berbuat baik bagi diri, sesama dan seluruh ciptaan-Nya. Dengan kesadaran yang demikian mulia tersebut, maka krisis yang terjadi ini dapat dilewati dengan penuh syukur dan mawas diri. Oleh karena itu, pilihan untuk bertahan dengan (ego) sendiri-sendiri, hanya akan memudahkan krisis multi dimensi ini memporak-porandakan kehidupan umat manusia. Sebagai manusia yang dianugerahi akal dan budi, maka sikap dan tindakan saling bahu-membahu membantu satu sama lain, hidup bersih dan sehat, tetap produktif adalah pilihan yang tepat untuk bertahan hidup.
Nasionalisme
Segenap komponen dan elemen masyarakat, khususnya tokoh-tokoh masyarakat, hendaknya mampu mengendalikan hasrat birahi kekuasaan, mengail di air keruh atau menyalib di tikungan ketika masyarakat bangsa sedang didera oleh krisis multi dimensi, utamanya krisis kesehatan dan krisis ekonomi. Saatnya, segenap warga bangsa meneladani sikap dan contoh yang telah diberikan oleh para pahlawan yang mau mengorbankan jiwa dan raganya untuk kepentingan kemerdekaan bangsa. Rakyat yang sudah sungguh cerdas, tentu sudah mampu melihat dan menilai setiap ucapan dan tindakan para pemimpin dan tokoh bangsa, dan pada saatnya mereka akan mengapresiasi dan menghargai.
Pada saat-saat seperti ini, para pemimpin dan tokoh bangsa dituntut untuk kembali membangun serta mendorong semangat cinta tanah air. Para pemimpin dan tokoh bangsa dituntut untuk satu visi dalam menyelamatkan negara dari krisis multi dimensi, khususnya dari krisis kesehatan dan krisis ekonomi. Para pemimpin dan tokoh bangsa harus mampu menjadi contoh pemersatu.
Mereka harus juga mampu membangun dan menggerakkan kesadaran kolektif akan ancaman sesungguhnya yang sedang kita hadapi bersama. Para pemimpin dan tokoh bangsa tersebut harus mampu menempatkan nation and character building sebagai upaya berkesinambungan, sehingga kemurnian perjuangan ke arah cita-cita luhur bangsa mendekati tujuannya.
Bangsa Indonesia harus bangkit dan bersatu, meresapi kekayaan watak bangsa. Kekayaan watak bangsa tersebut adalah gotong-royong, rasa kebersamaan atau solidaritas sebagai bangsa yang ditimpa musibah, keyakinan pada pengalaman sejarah yang penuh dengan keberanian berjuang. Kekayaan watak bangsa tersebut di atas adalah modal moral dan mental bagi bangsa ini untuk dapat keluar dari berbagai bencana.
Akhirnya, kemampuan Indonesia untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi dan keluar dari jeratan pandemi, sangat ditentukan oleh kebersamaan dan kesadaran tinggi dari berbagai lembaga pemerintah, yang didukung dan ditaati oleh segenap komponen dan elemen masyarakat, untuk bahu-membahu, bergotong-royong menghadapi krisis yang terjadi. Dalam kondisi krisis multi dimensi ini, hendaknya kepentingan pribadi, kepentingan kelompok dapat disisihkan. Hanya dengan demikian, maka harapan bangsa seperti yang disampaikan Presiden Joko Widodo untuk lompatan jauh ke depan, akan dapat tercapai.
Oleh: Putu Suasta dan Valentino Barus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H