[caption id="attachment_209031" align="aligncenter" width="424" caption="Ilustrasi (intelligentwomenreadromance.files.wordpress.com)"][/caption]
Siang itu si imin (nama samaran) menghampiri istrinya yang sedang terbaring di rumah sakit. Bukan karna sakit, tapi lagi menunggu kelahiran bayinya yang pertama. Wajahnya sumringah, "mesem-mesem dewe", gak sadar kalo istrinya lagi kesakitan menunggu persalinan.
"Ma, lahirnya pas 17-an aja, biar rame ulang tahunya nanti." Pinta Imin sambil membenahi kumis lebatnya yang panjang sebelah.
"Mudah-mudahan ya pak! Tapi saya takut!"
"Jangan takut sayang! Merdeka atau mati!" Katanya. Gak nyadar, kata "mati" itu membuat wajah sang istri memerah, mengkerut semua kulitnya, tanduknya berdiri dan memarahinya
"Enak aja kamu! Bisanya punya 'bedil', tapi berjuang gak mau. Saya ini penuh perjuangan. Sembilan bulan harus berjuang. Nah kamu? Bisanya teriak merdeka atau matu!" Sambil membuang muka ke kiri, ke kanan, ke atas dan ke bawah, sang istri menyuruhnya kembali ke kantor.
Ya...namanya juga mau jadi ayah, semuanya dipikirkan dan dipersiapkan dengan matang, terencana, terpercaya dan ter ter lainnya...
Setelah menengok istrinya, Imin yang kebetulan hari itu "bolos" ngantor bersama temannya, menyempatkan diri untuk berbelanja beberapa kebutuhan.
"Min, emang mau nyiapin apa lagi buat si kecil nanti. Ntar juga kalo dia gede gak bisa dipake tuh barang-barang yang ente beli," kata teman kantornya ketika menemani Imin di salah satu toko serba ada dan serba lengkap (Torseba Sleng).
"Kudu dipersiapin dong! Masalah ntar dia gede, bisa dikoleksi jadi barang kenangan. Atau bisa  juga dipakai adiknya entar!" Jawab Imin dengan PDOD (percaya diri over dosis).
Lalu Iminpun mengajak temannya itu menghampiri salah satu counter Hand Phone, yang katanya tercanggih dan TERAJANA (terpercaya dijamin merana).