Tentu saja, bagi pengguna internet, khususnya media sosial, baik itu pengguna atau penikmat saja, hingga konten kreator paling tidak, cukup mengenal dua platform "berbagi" video ini, yaitu TikTok dan YouTube.
Perlu diakui, bahwa kedua aplikasi atau platform ini, baik TikTok dan YouTube secara kolektif menghasilkan miliaran penayangan, disukai (like), dan dibagikan (sharing) setiap harinya. Kedua platform tersebut merupakan yang sangat populer sepanjang generasi. Mulai dari genereasi Baby boomers hingga Gen Z saat ini.
TikTok dan YouTube telah mengambil alih industri media sosial menurut selera konsumen dalam menonton video. Namun pertanyaan "kritisnya", platform berbagi video mana yang memberikan manfaat dan penilaian yang paling tinggi bagi pembuat konten?
Saya mencoba menggali dari berbagai sumber, termasuk meneliti secara acak pemanfaatan dan penikmat kedua platform populer ini.
Mungkin saya perlu mengulas sedikit tentang kedua platform ini secara umum, sekalipun banyak pembaca telah mengenal dan bahkan menggunakannya, khususnya bagi Konten Kretor.
Apa itu TikTok?
Saya sendiri, mungkin termasuk salah satu orang yang tidak menyukai TikTok saat di launching dan dimanfaatkan. Hingga suatu saat, saya menjadi penasaran ketika tingkat kepulerannya cukup tinggi saat ini hampir menyangi YouTube. Timbul pertanyaan, apa saja fitur-fiturnya dan keuntungan apa apa saja yang ditawarkan TikTok kepada konten kreator, bahkan penikmat platform ini.
Alasanya sederhana, karena pada awalnya saya tidak menyukai eksplorasi tubuh seseorang secara berlebihan yang dengan instan mereka mudah menggunakan berbagai latar belakang lagu yang tersedia, berjoget bahkan bernyanyi seolah-olah penyanyi sungguhan dari lagu yang dibawakan.
Bagi saya, pengembang cukup kreatif didalam memanjakan penggunannya, namun terlalu memanjakan penggunanya menjadi tidak kreatif. Itu penilaian saya pada saat awal pertama kali saat tiktok di launching dan mulai di gunakan.
Namun kini, setelah menelitinya, paling tidak hampir secara menyeluruh fitur-fiturnya setelah mendaftarkan diri. Berbeda dengan YouTube, saya sudah mengenal dan mengikuti serta memanfaatkannya sejak awal di launching.