Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Karena Ada yang "Salah", Maka Wajar Saja Sekolah Jam 5 Subuh di NTT, Akan Tetapi....

2 Maret 2023   11:16 Diperbarui: 2 Maret 2023   11:33 18712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aturan masuk sekolah jam 5 pagi di NTT (Foto: Antara Foto/Kornelis Kaha) Sumber: Detik.com

Akan tetapi telah dikaji dengan benar dengan mempertimbangkan berbagai aspek secara komprehensif dan semoga diterapkan sebagai pilihan (opsi) terlebih dahulu, bukan karena pertimbangan yang terburu-buru untuk mengejar ketertinggalan kemudian melakukan eksperimental sia-sia yang outcome-nya tidak mencapai apa yang diharapkan oleh daerah maupun mendekati atau setara dengan standard  pendidikan Nasional di daerah yang peringkat pendidikannya lebih tinggi selama ini. Dimana kelak, akan menentukan siapa yang akan menguasai lapangan pekerjaan yang ada, bahkan di daerahnya sendiri. 

Hal ini sebenarnya menunjukan wajah persoalan pendidikan di Indonesia sesungguhnya, yang sudah lama perlu dicari akar permasalahannya. Jika dimulai dari daerah. siapa lagi yang harus memulainya, ya daerahnya sendiri dulu. Dimana kepala daerah sebagai komandan tertingginya. Sehingga menurut saya, ada yang "salah" dalam tata kelola dan penerapan sistem pendidikan di NTT selama ini. Sehingga bagi saya, Gubernur terlalu terburu-buru untuk mengambil kebijakan tersebut.

Perlu diketahui, bahwa menurut data World Population Review pada tahun 2021, Indonesia berada di peringkat ke 54 dari total 78 negara dalam rangking sistem pendidikan dunia.  Sedangkan menurut katadata (14/12/21),  Baru 5,95% Penduduk NTT yang Berpendidikan hingga Perguruan Tinggi. Dengan rincian   terdapat 567 jiwa (0,01%) penduduk NTT yang merupakan lulusan S3, ada 9,36 ribu jiwa (0,17%) pendidikan hingga jenjang S2, 231,13 ribu jiwa (4,21%) bersekolah hingga jenjang S1. Ada pula 62,32 ribu jiwa (1,1%) penduduk di provinsi tersebut yang berpendidikan hingga lulus D3 dan terdapat 22,93 ribu jiwa (0,42%) yang berpendidikan D1/D2.

Penduduk NTT yang menamatkan pendidikan hingga Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 930,97 ribu jiwa (16,97%). Ada pula 609,38 ribu jiwa (11,11%) penduduk di provinsi tersebut yang telah menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

Terlepas dari itu, menurut Kepala BPMP NTT Ponto Yelipele saat membuka kegiatan penguatan sumber daya manusia BPMP Provinsi Nusa Tenggara Timur terkait pendampingan kemampuan belajar dan program prioritas Kemendikbudristek TA 2022 di Kupang, Kamis, (22/9/2022).  Seperti diberitakan antara. "Kegiatan belajar mengajar di sekolah bisa berlangsung dengan baik apabila kualitas sumber daya manusia pendidik memadai sehingga menghasilkan siswa yang bermutu,"

Pernyataan tersebut mengindikasikan ada permasalahan pendidikan yang memang terjadi di Provinsi NTT. Seperti yang dikemukakan Mantan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), kepada Antara ( 2/5/2019). Benyamin Lola, mengatakan, ada banyak faktor yang menjadi penyebab mutu pendidikan di NTT tetap rendah dari waktu ke waktu. Menurutnya salah satunya adalah kompetensi tenaga pendidikan. Lebih lanjut menurutnya, faktor lain yang turut berkontribusi pada mutu pendidikan di NTT adalah faktor kependidikan dan sarana pendukung proses belajar mengajar, faktor proses pembelajaran, sarana pembelajaran, faktor motivasi belajar siswa, dukungan orang tua serta lingkungan yang kondusif, serta lainnya. Jadi menurutnya ada banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan kita di NTT.

Namun demikian kita perlu tahu juga, apa sebenarnya yang mendasari aturan di NTT tersebut untuk terapkan? Seperti diberitakan detik.com (1/03/2023). Lewat video pendek yang viral, dimana potongan video yang berisi pernyataan Gubernur Viktor terkait aturan tersebut, disampaikannya dalam pertemuan dengan sejumlah guru serta kepala SMA dan SMK di Kota Kupang.

Menurut Vicktor, "Anak itu harus dibiasakan bangun pukul 04.00 Wita sehingga pukul 04.30 Wita mereka sudah harus jalan ke sekolah sehingga pukul 05.00 Wita sudah harus di sekolah supaya apa, ikut etos kerja," kemudian ia mengatakan bahwa "SMP nggak boleh, kalau SMA dia tidur, mulai tidur pukul 10.00 Wita jadi pukul 04.00 dia sudah harus bangun, cukup tidur enam jam. Mandi setengah jam, setengah jam perjalanan, di kota ini tidak jauh, 30 menit sudah sampai sekolah, pukul 05.00"

Kemudian menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi, bajwa alasan penerapan aturan masuk sekolah di NTT pukul lima pagi  dalam rangka peningkatan mutu pendidikan yang layak, melatih karakter siswa-siswi SMA/SMK agar murid semakin disiplin dalam belajar demi membangun sumber daya manusia di NTT. Dengan penekanan pada melatih karakter agar anak-anak bisa disiplin belajar.

Pernyataan sang guberenur tentu saja, oleh berbagai kalangan ada yang kontra terhadap pernyataan dan pertauran tersebut yang ternyata  sudah di terapkan di beberapa SMA/SMK  di kota Kupang. kurang lebih 10 sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun