Sekalipun Megawati Soekarno Putri, sang penentu belum juga mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil presiden, namun tidak berlebihan jika Jokowi Efek (Jokowi Effect) yang sudah dikenal luas istilahnya diakui maupun tidak akan berpengaruh dan mendorong desakan akar rumput, kader dan loyalitas partai pada penetapan Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Â Apalagi Jokowi, secara tidak langsung sudah memberikan sinyal politik kepada Ganjar Pranowo sebagai penerus (penganti) dirinya.
Hal ini bukan berarti elit PDI-P berani secara terang-terangan mengamini pilihan Jokowi, mendahului Ketua Umumnya. Kelihatannya masih ada yang berkelit, menentang dan malu-malu untuk berterus terang. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa akar rumput, pengikut atau pendukung Jokowi dan tentunya kader dan loyalitas PDI-P dapat dipastikan mendukung pilihan Jokowi kepada Ganjar Pranowo sebagi penganti sosok dirinya. Hal ini dimungkinkan, desakan kepada Megawati akan terulang kembali seperti Pilpres 2014 dan 2019.
Bila Megawati tak ragu lagi, maka kemenangan Jokowi pada Pemilu Presiden 2014 dan 2019 akan terulang kembali Bila Ganjar Pranowo ditetapkan sebagai Calon Presiden pada Pilpres 2024 nanti dan secara signifikan berpengaruh pada perolehan suara PDI-P secara Nasional, sebagai partai pemenang pemilu. Sekalipun jumlah partai peserta Pemilu 2024 kini bertambah menjadi 17 partai.
Bila kita kilas balik, keberadaan sosok Jokowi, yang tadinya tidak diperhitungkan menjadi seorang Gubernur DKI Jakrta bahkan Presiden. Sering dicela oleh berbagai pihak, namun "Wong Deso" yang beranjak dari walikota solo, sebagai calon Gubernur yang "dianggap enteng" lawannya ini, belum juga menyelesaikan kepimpinannya di periode kedua sebagai Walikota Solo. Berhasil memenangkan Pilkada DKI Jakarta 2012. Â Hal ini tak jauh berbeda bila kita melihat dari sosok Ganjar Pranowo pada Pilkada Jawa Tengah dua periode.
Seorang Jokowi, yang tidak diperhitungkan, namun kharisma "Wong Deso" sang "Tukang Kayu", track record-nya, baik kinerja, reformasi  nyata yang ia lakukan, serta tentunya karakter yang dikenal dekat dengan rakyat. Dia mampu merubah iklim politik Indonesia. Dan hal ini, dapat dimaknai, bukan semata-mata karena keberhasilan partai namun terlebih merupakan upaya bersama para pendukungnya, yang mampu memikat kepercayaan penuh sebagian besar rakyat.
Belum juga menyelesaikan tugas dan kewajibannya sebagai Gubernur Jakarta, ia dicalonkan oleh partainya, PDI-P, sebagai Capres 2014. Dan ia pun memenangkan pertarungan. Hal ini terulang kembali ketika ia dicalonkan Partainya pada pemilu Presiden 2019, atas dasar kepercayaan rakyat dan perjuangan semua elemen pendukung Jokowi mengulang kemenangannya sebagai Presiden.
Diakui atau tidak, keinginan Trah Soekarno dalam Pilpres 2014 dan 2019, saya yakin masih menguat pada periode tersebut, namun Megawati Soekarno Putri "terpaksa" mengambil keputusan yang ternyata tepat, mampu menahan diri dan mengikuti keinginan kader Partai, simpatisan dan pendukung Jokowi, baik langsung dapat terbaca dari survei elektabilitas maupun tekanan dari dalam kubu partai sendiri.
Suatu prestasi dan karir politik seorang Presiden yang boleh dikatakan baru pertama kali terjadi di Indonesia. Apalagi ia bukan berasal dari golongan Priyayi, Akademisi Tepandang, Â atau dari kalangan militer yang moncer prestasinya. Seorang "tukang kayu" yang berasal dari rakyat biasa, mampu mematahkan anggapan pemimpin Nasional haruslah berasal dari golongan terpandang dan memiliki pengaruh luas secara Nasional.
Di sinilah, kedaulatan rakyat yang sesungguhnya secara nyata dapat kita rasakan, mampu merubah iklim politik Indonesia. Sehingga kemenangan seorang calon presiden, seharusnya dapat dimaknai secara mendalam, bahwa sekalipun harus dicalonkan oleh partai politik namun dalam penentuan kemenangan, selain sosok yang dianggap tepat dan layak oleh rakyat, Â banyak pihak turut berperan untuk mememengkannya bukan semata-mata partai pengusung.
Kemenangan Jokowi, ditentukan oleh loyalitas lintas partai dan non partisan, baik itu kader dan simpatisannya. Sehingga kemenangan jokowi sesungguhnya kemenangan bagi mayoritas rakyat Indonesia bukan semata-mata kemenangan bagi Megawati yang merasa berperan penting pada kemenangan Jokowi, apalagi sering menjuluki sang "jawara" sebagai Petugas Partai.