Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mengapa Orang Baik Cenderung "Memilih" Politisi Busuk

9 Januari 2019   07:11 Diperbarui: 9 Januari 2019   07:37 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu tidak ada satupun politisi mau menerima kecurigaan anggapan buruk pada dirinya, toh ada yang benar-benar memperjuangkan hak dan perlindungan bagi rakyat, bangsa dan Negara. Tapi tidak juga dapat dipungkiri, ada juga politisi yang boleh di-cap "buruk" karena ulahnya sendiri atau berkelompok demi kepentingan pribadi maupun kelompok dan merugikan secara langsung bangsa, negara dan masyarakat tentunya.

Ya sudah ada yang berbisik politisi pemahamannya luas. Oleh sebab itu politisi yang bermain Buruk,dinamakan "oknum" saja, karena tak samua menerima tuduhan yang dianggap keji itu. Baik jika begitu, memang tidak mudah menuduh apalagi menangkap mereka, "Politician are just like Gangster, you never catch them except Red-Handed, yang kerap di katakan Prof. JE Sahetapy di Acara ILC sebuah stasiun TV Swasta. (Red-Handed dapat diartikan "tangkap tangan" atau "memergokinya"). Atau melalui pengadilan yang jujur dan adil, untuk menjerat pemain buruk lainnya.

Siapa yang memilih mereka? bukankah Kita juga sesuai hak konstitusi. Lalu dimana salahnya, apa perlu dukun untuk meramal siapa yang bakal calon baik atau tidak baik? Saya rasa positif saja, mereka semua memiliki hati nurani dan tujuan yang baik.

Kemudian ketika mereka terpilih kata James Bovad, penulis dan dosen libertarian Amerika serta kolumnis USA Today, "People are so docile right now. It is almost as if good government means when the politicians lie to us for our own good, for the public good, and bad government is when politicians lie for their own selfish interests."

Orang-orang begitu patuh sekarang (atau pemilu/pilkada telah berakhir). Tampaknya pemerintahan yang baik berarti ketika para politisi membohongi kita untuk kebaikan kita sendiri, untuk kepentingan publik. Dan pemerintahan yang buruk adalah ketika para politisi membohongi hanya untuk kepentingan diri mereka sendiri.

Sejatinya, disetiap pemilu serentak, pilkada nantinya adalah bagian yang terpenting dari perjalanan sejarah bangsa ini ke depan. Sejauh semua berjalan secara konstitusional. Ini adalah pesta demokrasi dimana semua memiliki hak untuk dipilih dan memilih sesuai perundang-undangan. Bukan sesuatu yang menakutkan, berbeda itu indah bukan?

Namun lebih indah jika anda memberikan suara anda bagi mereka yang memiliki track record yang Baik. Selanjutnya, biarlah negara ini berjalan dan dikelola dengan aman. Semua ada waktunya bagi politikus busuk itu untuk bertekuk lutut menerima hukuman sang Ilahi, di bumi maupun di Surga....

Saya bukan seorang analisis, politikus, pakar. Hanya rakyat yang dapat menulis apa yang terlahir dari pikiran, dengan hati yang tulus tanpa maksud yang tidak baik, sekalipun dapat "dipelintir" menjadi hal yang tidak baik. Silahkan saja, semua memiliki hak mengemukakan pendapat yang dijamin konsistusi, bebas dari kekerasan, tekanan  dan intimidasi.

Lalu apa masalahnya?

Banyak orang yang kelihatannya beradab, bermaksud baik, cerdas, berpendidikan, memiliki berbagai kepercayaan yang tidak valid, atau berbahaya, atau tidak rasional. Mereka sering memilih kandidat yang perilakunya menurut pandangan mereka sendiri. Mengapa? Bukannya orang itu bodoh (maaf), atau tidak berpendidikan, atau jahat, atau korup?  

Namun, kebanyakan orang awam yang tidak berpolitik, cukup sopan, dan cukup cerdas sehingga, jika diberi informasi yang cukup, mereka cenderung sampai pada kesimpulan yang sah sehubungan dengan urusan publik. Tetapi, dalam praktiknya, sebagian besar orang-orang  tersebut tidak mampu berbuat banyak karena ditekan, diintimidasi, dicuci otak sehingga tidak lagi dapat bertindak dengan cerdas menunaikan hak politiknya, sekalipun tujuan mereka masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun