[caption id="attachment_319886" align="aligncenter" width="574" caption="Biaya BOSS Dari Hasil Penjualan Sandal"][/caption]
Sementara sekolah-sekolah di kota-kota besar berlomba-lomba menyelenggarakan pendidikan dengan pendekatan modern dan berskala Internasional, kebutuhan pendidikan di daerah terpencil di penjuru negeri ini masih menyisahkan persoalan.
Seperti yang dijelaskan melalui situs resmi Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus (PK-LK) Dikmen, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (pkplkdikmen.net 8/10/2013). Beberapa permasalahan penyelenggaraan pendidikan, khususnya di daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T) antara lain karena kurangnya persedian tenaga pendidik, distribusi tidak seimbang, insentif rendah, kualifikasi dibawah standar, guru-guru yang kurang kompeten, serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan dengan bidang yang ditempuh, penerapan kurikulum di sekolah belum sesuai dengan mekanisme dan proses yang standarkan. Disamping itu, permasalahan angka putus sekolah juga masih relatif tinggi  menimbulkan persoalan lain.
Terkait hal tersebut, menurut Direktorat PK-LK, pendidikan di daerah 3T perlu dikelola secara khusus dan sungguh-sungguh supaya bisa maju sejajar dengan daerah lain. Hal ini bisa terwujud bila ada perhatian dan keterlibatan dari semua komponen bangsa ini, baik yang ada di daerah maupun di pusat.
Di antara komponen bangsa yang menaruh perhatian khusus mengenai hal ini, tersebutlah Muhamad Adib dan Isrodin, dua orang penggagas, pendiri, motor sekaligus pendidik Sekolah Pendidikan Layanan Khusus (PLK) Menengah, Boarding School "Mbangun Desa" yang terletak di Desa Ketenger Kecamatan Baturaden-Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Sekolah yang di dirikan pada tanggal 29 Juni 2011 ini, bertujuan untuk memfasilitasi proses belajar peserta didik sehingga menguasai standar kompetensi lulusan pendidikan menengah dan standar kecakapan peserta didik sehingga mampu mengikuti jenjang penididikan selanjutnya dan siap menjadi kader atau tenaga pembangun desa.
[caption id="attachment_319888" align="aligncenter" width="491" caption="Ikrar Kebangkitan Anak Desa Indonesia"]
Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah ini bersifat gratis, namun dirancang menjadi pendidikan yang produktif. Dimana selama proses pendidikan, peserta didik bersama pendidik secara bersama-sama menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha ekonomi produktif untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan tanpa melalaikan kewajiban utama untuk belajar.
Selain belajar untuk mendapatkan standar kompetensi lulusan (SKL) sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan No. 23 Tahun 2006, peserta didik belajar untuk menjadi kader pembangunan desa dengan kewajiban menguasai 30 Standar Kecakapan Peserta Didik (SKPD) Pendidikan Layanan Khusus Menengah Boarding School "Mbangun Desa", antara lain pendidikan mengenai masalah pertanian, perkebunan dan keparawisataan.
[caption id="attachment_319889" align="aligncenter" width="553" caption="Muhamad Adib Menjelaskan Profil dan Penghargaan Yang Diterimanya"]
Menurut kepala sekolah, Isrodin, seperti yang pernah diberitakan juga melalui Harian Republika (6/08/2012), model pendidikan yang  berlangsung di sekolahnya dilaksanakan secara intensif selama tiga tahun. Berbeda dengan dengan sekolah Paket C, yang kebanyakan menampung orang-orang tua yang membutuhkan ijazah  SMA, dengan model pendidikan tidak intensif. Sehingga sekolah yang diasuhnya ini, menurutnya merupakan jenis sekolah formal namun hingga saat ini belum diakui sebagai sekolah formal oleh pemerintah.