Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Hati-hati terhadap Modus Predator Seks Online yang Mengancam Anak Anda!

28 Desember 2012   06:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:55 3466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_231918" align="aligncenter" width="388" caption="Ilustrasi (blog.instantcheckmate.com)"][/caption]

Satu lagi modus predator seksual online yang dapat kita pelajari, seperti yang dilaporkan oleh Daily Mail, 12 Desember 2012 kemarin. Melalui Facebook, sang predator awalnya mendekati korban dengan mengirimkan "Japanese art and Anime", sebagai tanda bahwa pelaku memahami dan menyukai sesuatu yang biasanya menjadi kegemaran anak.

Menurut Wikipedia, Anime adalah animasi khas Jepang, yang biasanya dicirikan melalui gambar-gambar berwarna-warni yang menampilkan tokoh-tokoh dalam berbagai macam lokasi dan cerita, yang ditujukan pada beragam jenis penonton/pembaca. Anime dipengaruhi gaya gambar manga, komik khas Jepang.

Karena merasa memiliki kegemaran yang sama, korban merasa nyaman untuk berbicara seputar hobi mereka. Dari sinilah kemudian pembicaraan mulai menjurus ke hal lain yang berbau dewasa. Hingga sang predator mulai merayu korban untuk mengirimkan gambar/foto 'terbukanya' dan kemudian mengajaknya untuk berhubungan badan.

Modus seperti ini dipraktekkan oleh seorang buronan, Zachary Todd Siegel, pria berusia 22 tahun dari Colorado Springs, Amerika Serikat,  yang kemudian ditangkap pada bulan ini karena diduga telah melakukan hubungan seks bersama seorang anak berusia 12 tahun.

Menurut KRDO.com, 7 Desember 2012, kejadian tersebut sebenarnya berawal sejak awal musim 'semi' 2011, ketika orang tua gadis tersebut menemukan foto eksplisit yang diduga dikirim oleh Siegel. Setelah dilaporkan ke polisi, gadis itu akhirnya mengaku kepada polisi bahwa dia melakukan hubungan dengan Siegel.

Sebulan setelah berkenalan dan rutin berkomunikasi, menurut gadis itu, Siegel mulai "mengemis" kepadanya untuk membuat foto 'terbuka'.  Setelah itu, Siegel  memintanya untuk hang out, dan akhirnya berhubungan seks dengannya di apartemen Siegel di Kompleks Kondominium Pinnacle, dekat Highway 115 dan Westmeadow Drive.

Apabila kita menilik lebih jauh permasalahan tersebut, dapat disimpulkan beberapa hal,

  1. Anak diijinkan menggunakan Facebook sebelum batas usia yang diperkenankan (13 tahun)
  2. Dalam banyak kasus semuanya berawal dari proses perkenalan di mana anak dengan mudahnya berkenalan dengan 'orang asing'.
  3. Anak dengan mudah tertarik dengan 'orang asing' karena sesuatu yang menarik perhatiannya. Dalam beberapa kasus sang predator memahami apa yang digemari anak-anak saat ini. Bukan saja komik dapat juga berupa koleksi gambar dan lagu beberapa idola anak saat ini.
  4. Sang Predator tentu saja akan membohongi anak tentang usianya bahkan foto profilnya, termasuk juga beberapa foto lain yang bertujuan meyakinkan anak.
  5. Dalam kasus di atas dan beberapa kasus lainnya, anak dengan mudah membuat foto 'terbuka' atau beradegan di depan web cam, karena berpikir lawan bicaranya dapat dipercaya. Bahkan ada yang beranggapan, adegannya di depan web cam tidak dapat direkam. Padahal dalam kenyataannya dapat dilakukan dengan mudah.
  6. Anak dalam usia muda, mudah sekali untuk dirayu dan diajak untuk 'kopi darat', bisa saja dilakukan karena 'terpengaruh' akan sebuah janji yang muluk-muluk, namun dalam beberapa kasus lain, mereka terpaksa melakukannya karena diancam. Ancaman yang dipergunakan tak lain adalah foto 'terbuka' yang bila disebar dapat membuat korban dan keluarganya malu.
  7. Dalam kasus ini, beberapa pakar juga berpendapat, 'cueknya' orang tua dalam pengawasan dan memberikan pemahaman tentang pemanfaatan internet secara baik dan benar adalah masalah serius yang perlu menjadi bahan evaluasi diri.

Inilah beberapa point yang dapat dipelajari oleh para orang tua untuk memberikan pemahaman kepada anak-anaknya. Perlu diingat juga, bahwa modus lain terus dikembangkan oleh para predator seks online. Seperti tulisan saya yang berjudul "Melakukan Pelecehan Seksual Online Terhadap 110 Anak di Seluruh Dunia, Kakak-beradik Dipenjara", dimana predator online menjebak anak-anak menggunakan akun temannya yang telah 'dibajak' sebelumnya, sehingga korban merasa bahwa orang yang diajak berbicara adalah teman yang mereka kenal.

Melihat semua kejadian ini, saya cukup yakin hal yang sama sudah dan dapat terjadi kapan saja di Indonesia. Seperti fenomena gunung es, kasus yang terbongkar beberapa waktu lalu masih menutupi banyak kasus yang sama. Semua itu terjadi karena korban masih di bawah ancaman para predator 'gila' yang sedang berkeliaran bebas. Apalagi hal seperti ini masih dianggap tabu dan dapat membuat malu keluarga apabila dilaporkan ke pihak berwajib.

Saya hanya perlu mengingatkan orang tua untuk selalu terbuka membicarakan dan mendiskusikan kasus seperti ini dengan anak-anaknya. Untuk beberapa tips lainnya dari saya, dapat dibaca melalui tulisan Deasy Maria yang berjudul Waspada Predator Seksual Online .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun