[caption id="attachment_145577" align="aligncenter" width="650" caption="Tren Vote Komodo Yang Bertumbuh Cepat ! new7wonders.com"][/caption]
Semakin ramai saja polemik masalah SMS dukung Komodo menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia yang baru versi Yayasan New 7 Wonders. Â Sebenarnya pro dan kontra itu hal biasa saja. Namun kalo sudah di blow up menjadi masalah besar, saya pribadi kurang sepaham. Apalagi sudah dikaitkan dengan ukuran nasionalisme seseorang. Memangnya yang mendukung sudah cukup dinilai memiliki nasionalisme tinggi ? Lebih parahnya lagi nasionalisme diukur dengan Rp. 1 atau Rp. 0. Wah rasanya semakin ga karuan saja. Parah dan menyesatkan.
Sedari awal, saya sempat memberikan pendapat bahwa ini adalah even biasa saja. Sebuah even internasional yang diprakarsai pihak swasta dalam hal ini yayasan New 7 Wonders. Jadi hasilnya nanti merupakan versi N7W. Bukan menjadi versi resmi dunia atau badan PBB, dalam hal ini UNESCO. Wong, mau ada 100 even sejenis juga ga papa. Ga akan mempengaruhi catatan UNESCO dan anggapan masyarakat dunia bahwa Komodo unik dan sudah menjadi warisan dunia. Bahkan kasaranya, mau dicoret di UNESCO pun ga jadi soal. Tinggal kita menyikapinya.
Sebagai sebuah even dunia, karena melibatkan masyarakat internasional. Saya meganalogikan begini, seseorang yang namanya Komodo, kebetulan dia adalah warga negara Indonesia menjadi finalis World Idol. Â Ketika sebagian orang meneriakan mendukung si Komodo ini. Ada yang masa bodoh, "ah gw ga kenal tuh si Komodo, siapa sih dia ?". Â Wajar dong ya. Â Namun ketika ada yang mendukung si Komodo ini dan kemudian mempromosikanya kepada teman-temannya, ini hal wajar juga bukan ? Lagian yang promosi juga ga memaksa kok. Kalopun promosinya menjadi besar dan mendapat dukungan dana sana dan sini dari pihak swasta, ini juga sekiranya wajar. Mereka mau terlibat dan mereka yang punya duit kok. Kalo ada rakyat yang merasa tertipu didalam kampanye Komodo ini, silahkan lapor !
Kebetulan saja even ini melibatkan Taman Nasional Komodo (TNK). Yang sebenarnya meninggalkan banyak cerita di belakangnya. Sayapun ga akan menyalahkan, ketika orang NTT akan berujar, kenapa sih Komodonya yang dibesar-besarkan, sedangkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah kami berjalan lambat. Kenapa ga langsung saja bagun NTT !! Wajar juga, ketika orang Papua atau Maluku berteriak, "Kok komodo sih ?!! Memangnya daerah kami ga penting ? Kok rasanya, kami semua di Indonesia bagian Timur ga diperhatikan. Jangan-jangan ini hanya untuk menutupi program pemerintah untuk percepatan pembangunan kawasan timur Indonesia yang ga ada kemajauan sama sekali ?" Wow, wajar juga dong mereka berteriak begitu. Orang Papua akan terus berujar, "Hei !! Lihat kami ! Jangan mikir Komodo mu itu ! Kami ditindas ga adil di sini !", bukan main, banyak yang teriak sana sini ya.
Belum lagi nih, si miskin teriak. Yang tertindas  karena keadilan dan diskriminasi berteriak. Bahkan ada teman saya juga berteriak, "Eh lu ga kampanye Narkoba saja atau seks bebas di kalangan remaja. Ngapain kampanyekan Komodo ?" hahaha, semua berjalan seiringan, masak harus diumumin semua ? Minta ampun, semua berteriak sampai  melebar kemana-kemana. Ampuh bener Komodo ini !! Silahkan berteriak sekencang-kencangnya. Kalo mau gunakan kapanye Komodo sebagai alasan utama juga monggo!. Ga ada yang melarang. Tapi  apa semua itu harus dipaksa, menyudutkan dan berusaha menghentikan mereka yang saat ini terlibat dan dengan sukarela mendukung Komodo ? Apa dengan menghentikan kampanye Komodo, semua masalah tersebut akan selesai. Waduh, semudah itukah ?
Kalo kampanye Komodo kemudian menjadi besar dan melibatkan banyak pendukungnya, Â ternyata membuat mata, kuping, perasaan dan pikiran semuanya berkecamuk sehingga timbul amarah kemudian mengecam, memprovokasi bahkan menaruh benci dan anti pati kepada pendukungnya apakah ini wajar ? Kalo sampai begini, Â terlalu lebay menurut saya. Kalopun mengkritisi, kritisilah secara proporsional sesuai fakta yang ada. Dan kalopun ga suka dan ga setuju, kemukakan argumentasi yang benar. Fokus pada masalahnya, dan ga usah melebar kemana-mana.
Dalam soal materi, apakah kampanye Komodo menggunakan uang negara atau lebih tepatnya uang rakyat ? Masa sih ? Setahu saya dana yang digunakan untuk kampanye Komodo saat ini seluruhnya menggunakan uang swasta. Kalo ada yang kemudian merujuk kembali ke masalah lama yang menyeret Maladewa dan Indonesia dalam hal menjadi tuan rumah "pesta" pengumuman New 7 Wonders, perlu saya sampaikan bahwa sudah selesai ! Dan saya pribadi setuju bila Pemerintah menolak permintaan sejumlah dana dari yayasan N7W. Pada saat masalah ini timbul di awal tahun 2011, saya juga ga setuju dan mendukung Komodo sebaiknya mundur kalo pihak penyelenggara menggunakan ancaman segala. Memangnya kita bisa didikte oleh bangsa lain apalagi sama swasta ini. Namun setelah masalah tersebut dianggap "clear" oleh pihak penyelenggara, dan Komodo masih nangkring di 28 finalis, ya sah-sah saja kalo kemudian teman-teman melanjutkan kampanyenya.
Saya tetap menghargai sikap pemerintah melalui Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata yang menegaskan ga ikut terlibat dan menarik diri dalam mendukung even N7W ini. Â Wajarlah, ga perlu ngurusin N7W, urus saja parawisata secara nasional dan pekerjaan rumah lain yang masih banyak. Seperti juga peran UNESCO Â yang saya kemukakan sebelumnya. Biarkan pihak swasta yang mengurusi hal ini sekaligus biarkan rakyat ikut memilih. Yang mendukung go ahead, yang ga suka monggo !
Kalo ada yang beranggapan, bahwa hasilnya nanti merupakan salah satu cara untuk mempromosikan parawisata Indonesia. Bukan berarti ini adalah satu-satunya cara. Kalo cara lain juga dianggap benar dan sah-sah saja, mengapa cara ini dianggap ga sah dan ga baik ? Â Saya pikir wajar-wajar saja ga perlu ditanggapi secara berlebihan. Silahkan saja semua masyarakat, pemerintah dan swasta untuk terlibat dengan cara dan programnya masing-masing didalam memasyarakatkan dan menjadikan parawisata menjadi salah satu sumber penerimaan negara.
Saat ini tinggal 8 hari menuju pengumuman New 7 Wonders of Nature, dimana Komodo adalah salah satu finalisnya. Ga berlebihan kalo saat ini para pendukung Komodo melakukan promosi secara besar-besaran sejauh ga melanggar etika dan aturan yang berlaku di Negara ini. Adalah juga wajar jika pendukungnya menginginkan Komodo berhasil terpilih sebagai salah satu pemenangnya. Dan sekali lagi hasilnya merupakan versi yayasan N7W, ga meminta legitimasi dari lembaga resmi lain di dunia. Biarkan pihak swasta dan masyarakat menentukan pilihannya. Â Akan tetapi perlu menjadi perenungan bersama, menang ataupun kalah dalam kompetisi berdasarkan pilihan masyarakat Internasional ini ga serta merta dapat menyelesaikan banyak persoalan di negeri ini, khususnya untuk pulau komodo sendiri atau kawasan NTT. Â Memilih atau ga, kita semua mempunyai tanggungjawab bersama untuk mengisi pembangunan sesuai dengan talenta yang telah Tuhan berikan.