Konon di salah satu pedalaman di Papua, beberapa hewan dapat diajak berbicara oleh beberapa penduduk asli di sana. Entah dengan menggunakan bahasa apa, yang pasti komunkasi itu sudah terjalin beberapa ratus tahun yang lalu. Pedalaman ini, terkenal dengan keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang unik dan berbeda dengan daerah atau negara lain di dunia. Untuk mengabadikan keanekaragaman tersebut. Para turis harus berjalan menembus hutan yang lebat dan sungai besar. Biasanya mereka di temani oleh guide pemdudukn setempat.
Pada suatu hari, seorang turis berkebangsaan inggris bermaksud mengunjungi salah satu tanaman langka di dalam hutan pedalaman itu. Dia harus diantar menaiki sebuah sampan melewati sungai besar yang dihuni oleh beberapa kelompok buaya buas yang langka.
Guide : Mister kita harus hati-hati di sini, banyak buayanya
Turis : Tenang saja, saya sudah terbiasa dengan buaya
Karena asik bercakap-cakap, tanpa sadar sampan mereka terperosok dalam derasnya arus sungai. Tak lama kemudian sampanpun tenggelam, dan sang turis langsung diserang oleh buaya-buaya buas itu hingga mati. Sedangkan yang mengherankan sang guide selamat. Diapun menjadi bingung dan tidak percaya. Oleh karena itu dia mengajak kepala gerombolan buaya itu berbicara
Guide : Kenapa ko tar makang saya
Buaya : Sa suka orang baru
Guide : sa juga orang baru to ?
Buaya : Tida ! ko orang lama. Apalagi Mama su pasang, kalu makang jangang yang angos-angos, nanti Atit peyutnya
Guide : Ko dar jakarta ka ?
Catatan:
Ko = Kamu
Sa = Saya (disingkat)
Tar= Tidak
Makang = Makan (akhiran n menjadi ng)
Tida = Tidak (seruan)
Su = Sudah (disingkat)
Jangang = Jangan (akhiran n menjadi ng)
pasang = Pesan (akhiran n menjadi ng)
Angos = Hangus
Dar = Dari
ka = Kah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H