Eksistensial dan esensial, kehadiran filsafat dalam keseharian manusia sangat berharga untuk memberikan pertimbangan dalam memutuskan keputusan dan berperilaku. Filsafat juga menawarkan kebenaran di antara seluruh kebenaran yang ada mengenai sesuatu. Bahkan di tengah kemajuannya, IPTEK mengalami beberapa tantangan seperti ancaman keamanan siber dalam lingkup hubungan internasional yang dapat ditelaah dengan filsafat ilmu melalui kajian atas ilmu yang menelaah ilmu, ontologi. Lantas, bagaimana ontologi ilmu menerangkan ancaman siber dalam hubungan internasional melalui perspektif konstruktivisme?
Secara meluas, filsafat memiliki maksud untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat ilmu beserta landasan ilmunya, antara lain objek yang ditelaah ilmu dengan landasan ontologi, proses memperoleh ilmu dengan landasan epistemologi, dan kegunaan dari ilmu dengan landasan aksiologi. Di sini, kita akan lebih memperdalam ontologi.
Secara etimologi, ontologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu kata "ontos" yang berarti "ada" atau "berwujud" dan "logos" dengan arti "ilmu". Dengan kata lain, filsafat ontologi ilmu menelusuri lebih lanjut mengenai sifat dan eksistensi entitas serta hubungan mereka dengan dunia di sekitar kita yang menggambarkan hakikat dari suatu wujud dengan mempertanyakan apa yang ada, bagaimana benda-benda tersebut berhubungan satu sama lain, dan bagaimana manusia dapat mengklasifikasikan dan memahami dunia ini. Sebagai objek formal, ontologi dalam hubungan internasional dapat dikaji melalui sifat yang mendasari realitas politik dan hubungan antarnegara.
Meskipun pada pandangan awalnya terlihat bahwa ontologi dan hubungan internasional adalah domain yang terpisah, namun ontologi dapat memiliki relevansi yang signifikan dalam memahami hubungan internasional. Berikut adalah beberapa aspek yang dapat dijelaskan dengan menggunakan ontologi dalam kajian hubungan internasional:
- Sifat Keberadaan: Dalam konteks hubungan internasional, ontologi dapat membantu dalam memahami apakah negara-negara dianggap sebagai entitas tunggal yang independen, atau apakah ada entitas-entitas lain yang berperan penting dalam hubungan internasional, seperti organisasi internasional atau aktor non-negara.
- Struktur Sistem Internasional: Beberapa teori hubungan internasional, seperti realisme, liberalisme, atau konstruktivisme, memiliki pandangan ontologis yang berbeda tentang struktur dan sifat hubungan internasional. Misalnya, realisme memandang sistem internasional sebagai anarki. Di sisi lain, konstruktivisme berpendapat bahwa identitas dan norma sosial memengaruhi perilaku negara-negara.
- Aktor dan Interaksi: Ontologi membantu dalam memahami peran dan interaksi antara aktor-aktor dalam hubungan internasional. Misalnya, ontologi membahas tentang keterlibatan aktor negara dalam memahami tindakan dan kepentingan negara-negara.
- Konsep Keamanan: Ontologi dapat memberikan wawasan tentang konsep keamanan dalam hubungan internasional, seperti sifat manusia dan realitas kekerasan, Â ataupun dinamika keamanan global, seperti peran teknologi atau perubahan lingkungan dalam hubungan internasional.
- Identitas dan Norma: Pandangan ontologis tentang konstruksi sosial identitas dan norma dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana negara-negara membentuk persepsi dan perilaku mereka dalam hubungan internasional.
Pada zaman ini, manusia mulai lebih percaya bahwa IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) mengubah peradaban manusia oleh sebab meningkatnya kepercayaan manusia akan science is power. Tak hanya berperan sebagai pengetahuan utama bagi manusia, sains juga menjadi satu-satunya yang sah. Dengan mengikat klaim kebenarannya pada metodologi, sains telah mengklaim kemandiriannya dari pengaruh kondisi sosial dan sejarah yang mendukung kemajuan IPTEK.
Namun tak selamanya IPTEK membawa dampak positif. Jika meninjau dari beberapa sumber pada beberapa tahun ke belakang ini, tak jarang berita yang muncul menunjukkan bahaya akan ancaman keamanan siber dan digital, salah satunya yaitu peretasan data dari 29 juta pengguna Facebook pada tahun 2018. Selain merugikan data pribadi, keamanan siber dan digital juga mengancam keamanan negara hingga dalam hubungan internasional.
Dalam konteks hubungan internasional, ancaman keamanan siber dan digital mengubah cara negara-negara berinteraksi dan saling ketergantungan. Serangan siber yang dilakukan oleh negara atau kelompok aktor dapat menciptakan perdebatan ontologi tentang definisi serangan militer, kewenangan negara dalam merespons serangan, dan batasan dalam menggunakan kekuatan siber sebagai instrumen kebijakan luar negeri.
Ontologi juga memiliki relevansi dengan sebuah konsep dalam ilmu hubungan internasional, yaitu konstruktivisme yang menggarisbawahi peran konstruksi sosial, norma, dan identitas dalam membentuk politik dunia.
Hubungan antara keduanya terlihat pada pemahaman tentang sifat realitas politik dan hubungan internasional. Ontologi menyediakan dasar filosofis yang lebih umum untuk memahami realitas dan entitas yang ada, sementara konstruktivisme memberikan pendekatan teoritis yang spesifik untuk memahami bagaimana realitas politik dan keamanan terbentuk melalui proses sosial. Ontologi konstruktivis dapat memberikan pemahaman sebagai berikut:
- Konstruksi Ancaman: Ontologi konstruktivis menekankan bahwa ancaman siber tidak hanya terwujud secara objektif, tetapi juga terbentuk melalui proses konstruksi sosial. Ancaman siber dapat dilihat sebagai hasil dari interaksi sosial, pemahaman bersama, dan norma yang berkembang di antara negara-negara dan aktor-aktor internasional serta meneliti bagaimana negara-negara dan aktor-aktor lainnya membangun pemahaman mereka tentang ancaman siber, bagaimana norma dan identitas membentuk persepsi mereka terhadap ancaman, dan bagaimana konstruksi ini mempengaruhi perilaku mereka dalam menghadapi ancaman siber.
- Identitas dan Kebijakan Keamanan: Ontologi konstruktivis menitikberatkan bahwa identitas dan norma sosial memainkan peran penting dalam membentuk kebijakan keamanan negara. Identitas dan norma yang dibentuk oleh interaksi sosial akan membentuk preferensi, kebijakan, dan strategi yang diadopsi dalam melawan ancaman siber.
- Kerjasama dan Keamanan Bersama: Ontologi konstruktivis akan meneliti bagaimana norma-norma dan identitas kolektif dapat membentuk kerangka kerja kerjasama internasional dalam mengatasi ancaman siber. Konstruktivis mendorong pemahaman bahwa negara-negara dan aktor-aktor internasional dapat membangun solidaritas dan saling percaya dalam menghadapi ancaman bersama, melalui dialog, pengembangan norma baru, dan kerjasama teknis.
- Konstruksi dan Respon Terhadap Ancaman Siber: Ontologi konstruktivis menyoroti pentingnya analisis sosial terhadap respon terhadap ancaman siber. Ontologi konstruktivis akan mempertimbangkan bagaimana interpretasi terhadap ancaman siber berbeda-beda di antara negara-negara dan bagaimana persepsi ini mempengaruhi sikap dan tindakan yang diambil untuk mengatasi ancaman siber.
Dalam rangka memahami hubungan internasional dalam konteks ancaman siber, pendekatan ontologi konstruktivis memberikan perspektif yang kaya dan mendalam tentang konstruksi sosial, identitas, dan norma yang membentuk perilaku negara dan aktor-aktor internasional dalam menghadapi ancaman siber.