Mohon tunggu...
Valentina Sekar Aulia
Valentina Sekar Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanya untuk mengisi waktu luang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rasulan Tradisi yang Unik di Desa Jetis

12 Juni 2024   09:52 Diperbarui: 12 Juni 2024   10:35 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di desa Jetis ada sebuah tradisi unik yang diwariskan dari generasi ke generasi. Setiap musim panen tiba, desa ini akan menggelar sebuah perayaan yang disebut "Rasulan". 

Tradisi ini bukan sekadar pesta biasa. Rasulan adalah sebuah ritual suci yang mencerminkan rasa syukur mendalam warga desa atas limpahan hasil bumi yang mereka peroleh. Ketika ladang-ladang menguning dengan padi yang siap dipanen dan kebun-kebun penuh dengan buah dan sayur yang segar, seluruh desa bersiap untuk mengadakan Rasulan.

Suasana desa penuh dengan semangat dan kegembiraan. Saat malam tiba, desa menjadi semarak dengan cahaya lentera. Bunyi gamelan yang merdu mulai terdengar, mengiringi persiapan para dalang yang akan mementaskan wayang. Para dalang, dengan keahlian yang diwariskan dari nenek moyang mereka, memulai pertunjukan dengan cerita-cerita epik yang sarat dengan kebijaksanaan dan pelajaran hidup.

Wayang bukan sekadar hiburan bagi warga desa. Tapi bagi mereka, wayang adalah sebagai penghubung antara mereka dengan leluhur dan alam. Kisah-kisah yang dipentaskan sering kali memuat pesan moral yang dalam, mengajarkan kita tentang keberanian, kebijaksanaan, dan pentingnya menjaga harmoni dengan alam.

Selama pertunjukan berlangsung, suasana menjadi magis. Bayangan wayang yang bergerak di atas layar putih, disertai iringan musik gamelan, menciptakan pengalaman yang memukau. Masyarakat duduk dengan mata yang terpukau oleh gerakan wayang dan suara dalang yang mendongeng dengan penuh perasaan. Hingga membuat orang tau nolstagia.

Rasulan bukan hanya sebuah perayaan biasa, tetapi juga waktu di mana seluruh warga desa bisa berkumpul dan merayakan kebersamaan mereka. Di tengah gemuruh pertunjukan wayang, warga saling berbagi cerita, tertawa, dan menikmati hidangan lezat yang terbuat dari hasil panen mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun