Mohon tunggu...
Valenda Pratiwi
Valenda Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNSRI

my hobby is playing chess

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Rusia-Ukraina: Menjadi Keseimbangam Dunia Modern

5 Desember 2024   23:45 Diperbarui: 5 Desember 2024   23:52 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hubungan Rusia dan Ukraina sebenarnya sudah terjalin sejak sebelum keduanya tergabung kedalam Uni Soviet, namun hubungan kedua negara mengalami pasang surut. Konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina sesungguhnya sudah terjadi sejak tahun 2014. Saat itu, rakyat Ukraina yang memilih untuk lebih independen menggulingkan presiden Viktor Yanukovych yang pro-Rusia. Demonstrasi pro-Uni Eropa terjadi akibat penolakan terhadap kebijakan Presiden Yanukovych yang lebih memilih berhubungan dagang dengan Rusia. Pelengseran Presiden Yanukovych menyebabkan konflik pada pemerintahan Ukraina sehingga membuat rakyat Ukraina terbagi menjadi dua golongan, Sebagian Masyarakat pro Uni-Eropa dan sebagaiannya lagi pro-Rusia. Pro-Rusia berasal dari masyarakat serta politisi Crimea. Sayangnya, kepentingan Rusia dalam menyelesaikan konflik internal Ukraina menjadi upaya pemanfaatan Rusia untuk mendapatkan wilayah Crimea. Letak Crimea yang strategis rupanya dimanfaatkan oleh Rusia untuk memperkuat pengaruhnya di Kawasan Eropa Timur dan Tengah. 

Sehingga pada 16 Maret 2014 Parlemen Crimea melakukan Referendum untuk memisahkan diri Ukraina dan bergabung dengan Rusia (Pramono, 2014). Pasang surut hubungan Rusia-Ukraina tidak berhenti sampai disini Saja, setelah krisis di Crimea, Rusia juga ikut mendukung kelompok separatis Donetsk dan Luhansk yang ingin memisahkan diri dari Ukraina. Hingga pada bulan Februari 2022, NATO melakukan upaya untuk mengekspansi keanggotaannya ke Eropa Timur dengan menarik Ukraina sebagai salah satu target. Hal ini dinilai oleh Rusia menjadi ancaman serta pelanggaran, dan sebagai akibatnya, Presiden Putin melakukan serangan militer terhadap Ukraina. Bagaimanapun Serangan militer yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina tidak dapat dibenarkan karena melanggar pasal 2 ayat 4 Piagam PBB yang mengatur bahwa semua anggota PBB harus dapat menahan diri untuk tidak melanggar integritas wilayah dan kemerdekaan politik negara lain. Untuk itu konflik berkepanjangan yang terjadi antara Rusia-Ukraina harus segera dicarikan solusi agar terciptanya perdamaian

Salah satu perang modern yang terjadi tahun 2014 adalah pertemuan negara adidaya Rusia dan negara Ukraina. Perang Asimetris ini terjadi di perbatasan antara wilayah Barat Ukrainadan wilayah Timur yang berbatasan dengan Rusia. Salah satu permasalahan utama yang menyebabkan perang initerjadi adalah perebutan dalam penguasaan sumber daya alam diwilayah Donetsk, Ukraina. Wilayah ini menyimpan cadangan batu bara yang besar. Selain itu, Rusia menginginkan agar Ukraina tetap berada dalam sphere influence-nya (Candradewi, 2014). Sedangkan, Pemerintah Ukraina menganggap bahwa yang ancaman yang terjadi merupakan bentuk terorisme sehingga diperlukan kekuatan untuk meredakan hal tersebut. Perang semakin besar terjadi ketika kelompok milisi nasional Ukraina bergabung dalampertempuran tersebut (Arifin, 2016). Setelah kerusuhan di Kiev pada yang berujung pada penggulingan Presiden Viktor Yanukovych, masyarakat di wilayah timur Ukraina merasa diselimuti kegelisahan. Mereka khawatir bahwa pemerintahan yang baru akan menerapkan kebijakan nasionalis dan akan melarang penggunaan bahasa Rusia. Situasi ini pun memicu referendum di Krimea yang berakhir dengan bergabunya semenanjung itu ke Krimea. Terjadi revolusi di negara Ukraina. Negara tersebut menolak supremasi Rusia dan mencari cara untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO (North Atlantic Treaty Organization). NATO mewajibkan anggota setiap negara mencari solusi damai dan menuntaskan konflik. Posisi NATO murni sebagai aliansi pertahanan. Jika salah satu negara diserang, maka anggota dari negara NATO mewajibkan untuk solidaritas. Mengutip dari Global Conflict Tracker (CFR) menjelaskan latar belakang konflik kedua negara ini

Aspek kepentingan dan dampak atas terjadinya invasi, baik dari sisi Rusia dan Ukraina akan dibahas mendalam. Berawal pada tahun 2014 ketika kerja sama Ukraina dan NATO yang semakin erat. Hal ini memunculkan keinginan Ukraina secara resmi untuk bergabung dengan pakta pertahanan tersebut. Hal tersebut direspons Rusia dengan melakukan aneksasi di Krimea. Pencaplokan ini untuk memperingatkan Ukraina agar membatalkan untuk menjadi negara anggota NATO pada tahun 2014. Akan tetapi, pada tahun 2019 ketika Zelenskyy menjadi Presiden Ukraina keinginan Ukraina bergabung dengan NATO justru semakin memuncak. Hingga pada akhir tahun 2021, Rusia telah meminta agar Ukraina membatalkan keinginan tersebut. Selain itu, Rusia juga mengingatkan agar NATO menghentikan untuk mengajak negara-negara Eropa Timur menjadi negara anggotanya. Namun, permintaan yang sebenarnya merupakan ancaman tersebut tidak dipenuhi, sehingga terjadilah invasi ke Ukraina. Pembahasan dalam artikel ini menggunakan pendekatan geopolitik guna menjelaskan alasan Rusia melakukan serangan. Kondisi geografis Ukraina yang berbatasan langsung dengan Rusia menjadi pertimbangan utama. Selain itu, potensi kekayaan alam yang dimiliki Ukraina di wilayah yang berbatasan dengan Rusia diduga menjadi alasan lainnya. Kondisi geografis Ukraina yang berbentuk dataran luas, hutan, dan perkebunan memudahkan invasi. Rusia juga memiliki teknologi geospasial yang canggih untuk mempermudah invasi. Sebaliknya, terjadi perlawanan keras di wilayah perkotaan oleh masyarakat Ukraina dengan dukungan persenjataan dari negaranegara Barat. Berbagai hal tersebut menyebabkan invasi Rusia ke Ukraina menjadi perang yang berkepanjangan yang justru merugikan dunia internasional. Masyarakat global dirugikan karena invasi Rusia tersebut memperparah krisis kemanusiaan, kesulitan akses pangan, peningkatan harga komoditas pangan, dan risiko krisis ekonomi dunia.

Rusia dan Ukraina merupakan aktor kunci pada pasar minyak, gas, gandum, energi, makanan, dan pupuk sehingga posisi kedua negara dalam jejaring global sangat penting. Rusia menjadi mitra dagang terbesar kesembilan untuk kawasan Asia Tenggara sejak tahun 2019. Total perdagangan Rusia dan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) telah mencapai 18,2 miliar dollar AS di tahun tersebut (ASEAN, 2020). Bagi negara-negara di Asia Tenggara, perang memberikan dampak yang krusial, seperti gangguan pada rantai pasok global, kenaikan harga energi, dan pangan. Di bidang energi, misalnya, harga bahan bakar di beberapa negara mengalami peningkatan. Dampak secara langsung terhadap perekonomian negaranegara di Asia Tenggara tentu saja dirasakan utamanya pada sektor minyak bumi. Struktur perekonomian global terganggu, sehingga perlu untuk dihadapi dengan melakukan restrukturisasi perekonomian global Selanjutnya, dampak terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat melalui tiga aspek (Siregar, 2022), yaitu: (1) sektor keuangan; (2) perdagangan; dan (3) sektor komoditas. Pada sektor keuangan, volatilitas pasar keuangan domestik serta pembiayaan pemerintah dan dunia usaha akan meningkat. Berkaitan dengan hal ini, sikap bank sentral global yang lebih akomodatif akan mengurangi efek kejut di pasar. Pada sektor perdagangan, penurunan ekspor ke Rusia dan Ukraina memiliki dampak terbatas bagi Indonesia. Di sisi lain, sebagai negara pengekspor komoditas, kenaikan harga berkontribusi positif terhadap pertumbuhan nasional. Pada sektor komoditas, potensi kenaikan inflasi dari penyesuaian harga energi yang diatur pemerintah serta kenaikan harga pangan dapat meningkatkan ketegangan sosial. Akibatnya, Bank Indonesia diharapkan untuk lebih agresif dalam menormalisasi kebijakan. Hal lain yang perlu dicermati adalah kenaikan administered price akibat peningkatan harga energi dan pangan yang berpotensi menaikkan inflasi cukup signifikan. Hal ini berkaitan pula dengan ketetapan target defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali ke batas 3% pada tahun 2023.

Menurut OECD Economic Outlook (2022), banyak negara-negara OECD ekonominya sangat bergantung pada energi bahan bakar fosil dengan risiko guncangan harga yang tinggi dan bahkan kelangkaan. Rusia telah memasok lebih dari 40% gas alam sebagai produk impor Eropa hingga saat ini yang menjadi sumber utama pemanas bagi banyak rumah tangga UE, proporsi impor batu bara yang serupa, dan sekitar seperempat impor minyak. Pasokan gas juga merupakan sumber utama produksi listrik dengan peran kunci dalam menyeimbangkan permintaan dan pasokan dan sebagai input ke dalam produksi industri seperti pupuk. Meningkatkan keamanan pasokan energi di Eropa adalah usaha jangka menengah bagi Rusia. Di sisi lain, peningkatan harga komoditas energi lain seperti minyak bumi dan hasil olahan industri pertambangan dan terhambatnya distribusi bahan baku pangan ke seluruh dunia turut mempengaruhi perekonomian global, sehingga pertumbuhan ekonomi global akan tertahan (Permana, 2022) Dampak lain yang terlihat jelas adalah munculnya arus pengungsi (Al-Hamid, 2022). Kondisi konflik Rusia-Ukraina ini menyebabkan ketakutan yang luar biasa dari rakyat Ukraina dan mendorong mereka untuk meninggalkan negaranya dan mengungsi ke sejumlah negara tetangga, seperti Romania, Hungaria, Polandia, Jerman, Slovakia, Moldova, dan Belarus (AlHamid, 2022).

Kesimpulan
Perang Rusia-Ukraina mencerminkan dinamika baru dalam keseimbangan dunia modern, di mana konflik tidak hanya berdampak pada wilayah yang bertikai, tetapi juga pada tatanan global. Latar belakang perang ini berakar pada sejarah panjang hubungan kedua negara, yang diperumit oleh kepentingan geopolitik, ambisi ekonomi, dan pengaruh aliansi seperti NATO dan Uni Eropa.  Rusia melihat keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO sebagai ancaman strategis, sementara Ukraina menganggap langkah ini sebagai upaya untuk melindungi kedaulatan dan keamanan nasionalnya. Konflik ini tidak hanya berdampak pada hubungan bilateral, tetapi juga memengaruhi ekonomi global, rantai pasok energi, serta stabilitas politik dan sosial di berbagai kawasan.  
Dunia modern kini dihadapkan pada tantangan baru dalam mencari keseimbangan antara kekuatan besar seperti Rusia dan blok Barat. Negara-negara lain, termasuk kawasan Asia Tenggara, turut terdampak oleh naiknya harga energi, krisis pangan, dan gangguan rantai pasok. Selain itu, konflik ini menyoroti pentingnya kerja sama internasional untuk mengatasi tantangan global seperti pengungsi, inflasi, dan perubahan struktur geopolitik. Dengan dampaknya yang meluas, perang Rusia-Ukraina menjadi pengingat bahwa keseimbangan dunia modern tidak dapat dicapai melalui kekerasan, tetapi melalui diplomasi, dialog, dan komitmen bersama untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan.
 
Daftar Pustaka
Sudjatmiko, T., Yayusman, M. S., Budianto, F., & Syafarani, T. R. (2022). PERAN INDONESIA SEBAGAI KEKUATAN MENENGAH DALAM G20 DI TENGAH DISRUPSI GEOPOLITIK KONFLIK RUSIA-UKRAINA1 THE MIDDLE POWER ROLE OF INDONESIA IN G20 AMIDST GEOPOLITICAL DISRUPTION OF THE RUSSIA-UKRAINE CONFLICT. Jurnal Penelitian Politik, 19(2).
Iswardhana, M. R. (2022). Sejarah Invasi Rusia di Ukraina Dalam Kaca Mata Geopolitik.
Kennedy, P. S. J. (2023). Dampak Perang Rusia-Ukraina Terhadap Perekonomian Global. Fundamental Management Journal, 8(2), 1-12.
Alfiansyah, O. (2015). Upaya Rusia Dalam Mencegah Rencana Ukraina Masuk Keanggotaan Uny Eropa. ejournal Ilmu Hubungan Internasional. Vol 3 (2)
Fadly, Muhammad. (2015). Kebijakan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych Menolak Menandatangani EU - Ukraine Association Agreement Dengan Uny Eropa Tahun 2013. jom FISIP. Vol 2 (2)
Liddell Hart, B. H. Strategy London.Faber, 1967 (2nd rev ed.)
Nurul Arifin. (2016). Perang Donbass (Ukraina Timur) Tahun 2014. Skripsi Jurusan Hubungan Internasional, Fisipol Universitas Negeri Jember.
Seskoal. (2021). Paket Instruksi untuk Dikreg Seskoal MP. Strategi, Jakarta, 2021.
Jurnal Candradewi, Renny, 2014, What Rusia Wants For Ukraine Is To Consider Its Interest , Vol. 1/01/06/maret/2014

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun