Mohon tunggu...
Valencio403
Valencio403 Mohon Tunggu... Programmer - Served in IT and Programming

He likes to play video games, coding, exercise, calisthenics, listens to musics, and have interests with Cars.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sejarah sebagai Cermin Masa Depan: Bagaimana Keputusan Manusia Mengarahkan Perubahan

12 September 2024   17:48 Diperbarui: 19 September 2024   08:39 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 https://komunita.kemenkeu.go.id/files/Event/Conference2_Najwa2.png

Seketika masa lalu yang sudah terjadi oleh Manusia, pada suatu ruang, waktu terjadinya maka peristiwa tersebut tidak dapat dilakukan lagi akan tetapi nilai yang terkandung dalam kejadian itu masih ada sampai sekarang, sebuah sejarah yang telah dibuat. Manusia, ruang, dan waktu sudah menjadi unsur - unsur utama dalam sebuah sejarah sebagai penyusun sampai saat ini. Manusia tidak dapat kembali ke masa lalu, tetapi yang sudah dibuat akan mempengaruhi pada masa depan dan keputusan apa saja oleh manusia untuk mengarahkan perubahan untuk masa depan? 

Jika demikian, manusia hanya bisa memprediksi pada masa lalu dan masa sekarang dan kemungkinan besar bisa selaras dengan tersebut. Keputusan - keputusan yang krusial ini akan membuat sebuah jembatan dan jalan yang benar bagi seluruh dunia, akan tetapi apakah keputusan tersebut mengarahkan suatu kebenaran yang di inginkan? Manusia berpikir secara signifikan bahwa bagaimana masa lalu mempengaruhi dunia seperti pada zaman purba dimana manusia menggambarkan suatu yang di masa depan itu akan terjadi. Termasuk pada masa 1900an, pemadam bakaran akan mempunyai sayap, benar kah?

Semua prediksi dan keputusan oleh manusia akan mengarah kemana? Membawa dampak buruk atau baik di masa depan? Atau ini dapat mengubah kehidupan seluruh dunia? Apakah masa sekarang manusia siap untuk masa depan? Bagaimana manusia mencapai kesuksesan bagi masa depannya?

Sejarah sebagai rekonstruksi kehidupan umat manusia, ini dapat menjadi pengalaman yang akan menimbulkan atau memberi kesadaran bagi orang yang mempelajarinya. Jadi manusia hanya sadar oleh apa yang mereka perbuat di masa lalu. Peneliti, penulis, pengajar sejarah, dan peminat sejarah biasanya bertanya: bagaimana peristiwa itu terjadi, mengapa itu terjadi, dan seterusnya. Jawaban atas pertanyaan ini menghasilkan pengetahuan dan pengalaman baru, serta pelajaran untuk kehidupan sekarang dan masa depan. Selain itu, Bung Karno sering menggunakan istilah "jas merah" untuk mengingat peristiwa masa lalu. Menurut Cicero, orang yang tidak tahu sejarah akan tetap anak kecil (Sartono Kartodirdjo, 1993: 23). 

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pengalaman dan peristiwa masa lalu sangat penting untuk perencanaan, perkiraan, dan keputusan masa depan. Namun, banyak orang sering lupa bahwa peristiwa masa lalu, atau sejarah, sangat penting bagi bagaimana hal-hal akan terjadi di masa depan. Karena itu, sejarawan mengatakan bahwa sejarah terdiri dari tiga dimensi: masa lalu, sekarang, dan masa depan.  

Kita dapat melihat bahwa kealpaan terhadap peristiwa yang pernah membawa malapetaka sebelumnya menyebabkan peristiwa berikutnya yang lebih mengerikan dengan model dan cara yang sama pada masa berikutnya. Melupakan dan tidak belajar dari masa lalu membuat masalah ini sudah biasa. 

Memahami Sejarah menjadi penting di era globalisasi karena semua orang saling terhubung. Pemahaman Sejarah membantu kita memahami dinamika global dan posisi bangsa kita di dalamnya. Dengan pemahaman sejarah, kita dapat bersikap lebih bijaksana dalam menghadapi tantangan dunia dan tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh asing yang dapat merugikan kepentingan bangsa kita sendiri. Sejarah juga menjaga warisan budaya bangsa. 

Dengan memahami Sejarah kita, kita dapat melestarikan dan menghargai budaya dan tradisi yang diwariskan oleh leluhur kita. Kebudayaan yang kuat dan lestari sangat penting untuk melindungi keutuhan bangsa dari ancaman asimilasi budaya asing yang tidak selaras dengan nilai-nilai lokal. Kontribusi Sejarah untuk pendidikan tidaklah mudah. 

Agar sejarah benar-benar berkontribusi. Pertama, seseorang akan "belajar tentang sejarah" atau bahkan "menuliskan sejarahnya sendiri". Kemudian, seseorang akan "belajar dari sejarah" dan kemudian memperoleh kemampuan berpikir yang lebih baik, yang disebut "belajar untuk (ditulis oleh) sejarah."

Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo, dalam sambutannya di The 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021, menekankan bahwa meskipun akses budaya dari peradaban lain semakin luas, penting bagi suatu bangsa untuk melestarikan dan mempertahankan budaya yang dimilikinya. Ia memperingatkan bahwa tanpa pengelolaan yang baik, pengaruh budaya luar bisa mengancam keberadaan budaya lokal dan menyebabkan kehancuran peradaban.

Agus juga mengingatkan bahwa meskipun teknologi dan ilmu pengetahuan dapat memajukan peradaban, mereka juga membawa tantangan, seperti mengaburkan batas negara dan mengikis moralitas manusia. Oleh karena itu, teknologi harus dianggap sebagai alat bantu untuk kemajuan manusia, bukan sebagai pengganti peradaban, dan perlu dikelola dengan bijak untuk meminimalkan dampak negatifnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun