Penulis dan pembuat film merupakan kolaborator yang ringkih untuk dipadukan. Tulisan yang disulap menjadi visual merupakan seni yang memadukan imajinasi dari penulis dengan daya kreatif pembuat film. Proses pembuatan film adaptasi dari buku menjadi sebuah film menjadi tantangan besar karena akan ada banyak perubahan disana. Dimulai dari menerjemahkan setiap kata-kata, emosi, karakter, serta alur cerita dalam buku. Salah satu novel karya Poppi Pertiwi yang berjudul Galaksi (2023), diangkat menjadi sebuah film oleh Screenplay Films. Namun, apakah hasil akhir sesuai dengan harapan pembaca?
Penulis pasti sudah memiliki imajinasinya sendiri terkait cerita dalam bukunya, hal ini juga sama dengan pembuat film. Pembuat film juga pasti memiliki imajinasinya sendiri ketika ia menerjemahkan cerita dalam buku. Dari hal ini, diperlukan hubungan yang kuat untuk menyamakan antara perspektif penulis dan pembuat film. Dari halaman yang penuh kata-kata diubah menjadi bentuk visual. Bentuk cerita yang berbeda akan membentuk harapan pembaca atau penonton yang berbeda-beda pula. Terlebih jika penikmat cerita berawal dari pembaca buku, pembuat film perlu lebih effort untuk memenuhi imajinasi pembaca.
Novel bercerita tentang kehidupan Galaksi sebagai remaja yang dingin dan pemberontak. Namun dibalik karakternya yang dingin terdapat alasan yang menjadikan dia tumbuh sebagai remaja yang demikian. Kehidupan Galaksi mulai berubah ketika ia bertemu dengan seorang gadis bernama Kejora. Kejora sebagai gadis cerdas mandiri, berhasil memunculkan bumbu romansa dikehidupan Galaksi.
Kuntz Agus sebagai sutradara Galaksi (2023) berhasil me-transformasi Galaksi dari tulisan ke visual. Pemain dipilih melalui proses audisi yang ketat agar karakter yang dibawakan bisa masuk kedalam ceritanya. Galaksi diperankan oleh seorang arti yang aktingnya memang sudha tidak perlu diragukan lagi. Dari segi produksi, hal ini menjadi bagian perhatian yang besar. Film yang teradaptasi dari buku, tentu telah memiliki penggemarnya sendiri. Penggemar tentu memiliki ekspetasi yang lebih terkait filmnya, karena mengaharapkan karakter serta jalan cerita di imajinasikan bisa terwujud direalita.
Selain memperhatikan pemain, untuk mempersiapkan produksi film adaptasi alur cerita juga memerlukan proses penyuntingan yang matang. Adaptasi dari buku ke film menghadapi tantangan utama dalam merangkum cerita panjang menjadi durasi yang jauh lebih singkat. Buku memiliki halaman-halaman yang bisa menjelaskan pengembangan karakter dan alur secara mendalam, sehingga pembaca bisa masuk lebih detail terkait emosi, dialog, dan latar yang berlapis. Sebaliknya, film harus menyampaikan alur cerita dalam waktu terbatas yang umumnya hanya tayang 1 hingga 2 jam. Keterbatasan ini menuntut sutradara dan penulis naskah untuk memilah elemen mana yang paling penting agar tetap merepresentasikan inti cerita tanpa mengorbankan keterhubungan emosional dengan penonton.
Dialog panjang, pengenalan karakter secara perlahan, atau adegan yang dianggap "basa-basi" sering kali dihilangkan demi menjaga kelangsungan alur yang dinamis. Adegan-adegan yang dianggap kurang relevan perlu diringkas atau bahkan dihilangkan untuk memberi ruang bagi momen-momen penting yang menjadi inti cerita. Namun, penyuntingan ini juga memiliki risiko, seperti kehilangan kedalaman karakter atau konflik yang membuat cerita aslinya begitu kuat. Karena itu, proses mengubah novel menjadi film harus seimbang. Filmnya perlu tetap menampilkan bagian-bagian penting yang disukai penggemar novel, tetapi juga dibuat menarik untuk penonton baru. Hal ini menjadi tantangan besar bagi tim pembuat film agar hasilnya tetap berkualitas dan bisa membuat penonton terhubung dengan ceritanya.
Film adaptasi Galaksi (2023) menjadi sebuah film yang penuh tantangan. Â Segala keterbatasan waktu yang harus dihadapi tim produksi, tidak menjadi halangan dalam upaya memenuhi harapan para penggemar. Dikutip dari salah satu verified tiktokers (@/gandhifernando). "Eksekusi dari film Galaksi sangat rapi dan detail" Â membuktikan jika keberhasilan yang Galaksi (2023) dapatkan, secara besar difaktorkan oleh pembawaan karakter dari artis yang memang sudah tidak perlu diragukan lagi dan pilar cerita yang divisualisasikan dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H