Mohon tunggu...
Valencia Dina CS
Valencia Dina CS Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya adalah mahasiswa dengan jurusan Psikologi di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Saya mempunyai ketertarikan dalam membaca sebuah novel atau karya fiksi lainnya. Saya juga mempunyai minat dalam hal menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Michel Foucault: Melintasi Tiga Poros Penting Pemikiran Foucault Melalui Kekuasaan, Pengetahuan, dan Subjek Etika Sosial

8 Januari 2024   03:13 Diperbarui: 8 Januari 2024   06:45 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Michel Foucault adalah seorang pemikir postmodernis pada abad ke-20. Ia dilahirkan dan mempunyai pendidikan di Perancis dalam lingkungan ilmiah akademik yang baik. Sejak usia dini ia sudah belajar untuk berpikir kritis dan cermat. Demonstrasi besar yang dilakukan oleh para mahasiswa pada tahun 1960-an membuat Foucault berbicara dan turut mengambil bagian dalam demonstrasi-demonstrasi tersebut. Tetapi lebih dari itu, Foucault juga membuat analisis-analisis melalui gagasan-gagasan dan pemikiran-pemikiran yang kritis. Banyak orang yang menilai vokal adalah sebagai seorang pemikir strukturalis, sehingga ia dikenal sebagai seorang filsuf pos strukturalis. Namun sayangnya Foucault sendiri tidak mengakui ini.

Hampir semua analisis historis-historis Foucault mencerminkan situasi sosial dan politik di Perancis dan beberapa negara tetangganya. Hal tersebut karena Foucault hidup dan berkarya di Prancis. Foucault memiliki ketertarikan khusus dalam mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah serta membuat analisis tentang semua peristiwa itu dari tataran berpikir. Focault melihat pengalaman sebagai bagian yang sangat khusus di dalam analisisnya. Pengalaman-pengalaman khusus dan konkret tersebut yang dimaksud adalah yang terjadi pada waktu dan saat tertentu serta mempunyai dampak yang jelas pada manusia, yaitu surface. Adapun karya-karya Foucault yang dapat di  dibagi dalam tiga poros atau tema besar yaitu tema pengetahuan, kuasa, dan subjek ataupun etika. Ia menganalisis lebih dalam pada peristiwa-peristiwa khusus, seperti mengapa dan bagaimana itu terjadi, apa akibat dan pengaruhnya untuk pribadi ataupun orang lain, serta apa manfaatnya untuk semua orang. Tak hanya itu, Foucault juga mempunyai minat yang lebih dalam untuk melihat dan mencermati proses berpikir orang dalam menanggapi semua peristiwa sejarah yang terjadi. Karena suatu peristiwa pasti mempunyai akar yang sangat dalam dan tanggapan manusia dari setiap zaman pasti berbeda dari cara pola pikir dan pola tingkah lakunya. Maka dari itu, Foucault mendekati semua peristiwa-peristiwa ini secara arkeologis, yang berarti dengan cara menggali melalui arsip-arsip dan mencermati semua informasi secara teliti. Foucault juga meyakini bahwa setiap era sejarah selalu memiliki keunikan sendiri, karena Foucault menemukan bahwa setiap periode sejarah memiliki episteme tersendiri dan semua pengalaman diakui sebagai benar serta dihidupi oleh manusia. Foucault memperlihatkan adanya suatu pertentangan antara normal dan tidak normal, yang sehat dan tidak sehat, serta yang bisa menggunakan pikiran dan tidak. Dalam arti, dua unsur pertentangan tersebut juga ada dan hidup di dalam diri setiap orang. Maka dari hal tersebut, relasi antara dua kelompok manusia harus saling mendapatkan perhatian dalam kebudayaan manusia.

Foucault juga membahas tentang kuasa. Melalui metode genealogi, maka Foucault banyak berbicara tentang relasi antarmanusia dan bagaimana kuasa tersebut dipratikkan dalam kehidupan manusia. Menurut Foucault, kuasa berarti strategi dan relasi antar manusia. Ia banyak bicara mengenai kuasa yang tampak mengenai isu tentang penjara dan seksualitas melalui bukunya yang berjudul "Disipline and Punish" dan "History of Sexuality 1: An Introduction". Foucault membuat analisis atas bagaimana seks dan seksualitas ini dilihat juga ditangani manusia dalam setiap era berpikir dan budayanya. Tak hanya itu, buku tersebut juga membahas mengenai pengetahuan dan kebenaran. Foucault tidak memandang bahwa definisi kuasa itu adalah hal yang penting, justru yang menurutnya lebih penting adalah bagaimana kuasa tersebut bisa dipraktikkan dalam kehidupan pribadi dan berkomunikasi. Oleh karena itu, dalam pemahaman kuasa sebagai relasi yang strategis, orang-orang dapat menemukan beberapa pokok pikiran mengenai kuasa sebagai berikut :
a. kuasa esensial : kuasa yang muncul melalui relasi-relasi antara berbagai kekuatan (forces). Dalam arti, hal ini tidak bergantung pada kesadaran manusia. Karena kuasa ini bukan sesuatu yang diterima sebagai milik yang dapat diperoleh dan dibagi-bagi. Kuasa seperti inilah yang justru sudah dipraktikkan sebelum menjadi milik.  
b. kuasa dispersed : kuasa yang menyebar dimanapun dan tidak dapat dilokalisasikan. Kuasa ini menentukan aturan secara jelas dengan internal dan tidak bergantung pada sumber yang ada diluarnya.
c. kuasa yang dilihat sebagai mekanisme : kuasa ini dilakukan dalam banyak posisi yang dihubungkan secara strategis satu dengan yang lain.
d. kuasa dan pengetahuan : Foucault berpendapat bahwa pengetahuan muncul karena adanya relasi kuasa. Oleh karena itu, pengetahuan tidak mungkin tanpa kuasa, dan kuasa juga tidak mungkin tanpa pengetahuan.
e. kuasa secara esensial : esensi kuasa bukanlah represi atau dominasi, melainkan suatu hal yang melalui regulasi dan normalisasi.
f. kuasa dan resistensi : dalam relasi menurut Foucault, dianggap penindas dapag bertemu dengan korban. Walaupun setiap tindakan seseorang dapat langsung ditanggapi dengan suatu reaksi, tetapi dalam nuansa kebebasan dan saling menerima. Resistensi harus dimengerti dalam hal tersebut.

Dalam subjek atau etika, Foucault memahami bahwa ketika manusia mulai menyadari dirinya sendiri sebagai subjek etis melalui sekian banyaknya wacana yang dihadapi. Foucault mendalami semua diskursus mengenai seksualitas pada zaman Yunani-Romawi klasik mengenai pergaulan ataupun hubungan laki-laki dengan perempuan. Semua kisah dalam diskursus itu dijabarkan sebagai suatu ajaran moral yang harus diikuti. Foucault menekankan ada dua hal pokok yang dapat dilihat, yaitu adanya keinginan serta nafsu (desire) dan kenikmatan (pleasure). Keinginan, nafsu, dan kenikmatan tersebutlah yang memunculkan adanya kebenaran dalam masing-masing individu. Serta karena itulah, setiap individu memahami bahwa dirinya dijadikan sebagai subjek dari keinginan atau nafsu dan kenikmatan tersebut. Dari situlah, manusia menjadi sadar bahwa ia harus bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Oleh karena itu, bagi Foucault yang terpenting ialah suatu kebebasan dan tanggung jawab setiap orang akan kebenaran asasi yang ada di dalam dirinya. Setiap individu tetap harus mengikuti dan melaksanakan semua tuntutan moral yang sudah dikonfrontasikan dengan kebenaran yang ada di dalam dirinya. Sehingga hal tersebut membuat manusia menyadari dirinya sebagai subjek etis.

Tiga poros besar tersebutlah yang tidak bisa terpisah satu sama lain dan saling berhubungan erat dalam pemikiran Foucault. Sampai sekarang, kritik Foucault terhadap kekuasaan dan pengetahuan telah berhasil membentuk dasar bagi studi-studi berikutnya tentang identitas, kebebasan, dan dinamika kekuasaan dalam masyarakat modern. Dengan begitu, Michel Foucault menjadi sosok yang mampu membangkitkan pemikiran kritis dan pencerahan terhadap struktur kekuasaan serta pengetahuan dalam manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun