Oleh : Kelompok KKNK 178 Desa Gambiran
Desa Gambiran merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember. Secara geografis, wilayah Desa Gambiran termasuk dalam dataran tinggi dengan luas wilayah sebesar 422.750 km2.Â
Desa Gambiran terletak di selatan kota Jember yang memiliki empat dusun, yaitu Dusun Krajan-1, Dusun Krajan-2, Dusun Rowo-1, dan Dusun Rowo-2. Perbatasan Desa Gambiran sebelah utara adalah Desa Glagahwero, sebalah barat Desa Lembengan, sebelah selatan Desa Tegal Waru, dan sebelah timur Desa Jatian.
Desa Gambiran dianugerahi potensi sumber daya alam yang lain yaitu lahan pertanian. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di desa adalah sebagai petani. Terdapat 876 orang yang berprofesi sebagai Petani dan  515 orang yang menjadi Buruh Tani (BPS Kecamatan Kalisat, 2021).Â
Petani di Desa Gambiran menanam jenis komoditas pangan, hortikultura, serta perkebunan. Komoditas pangan yang ditanam terdiri dari padi dan jagung, sedangkan komoditas hortikultura berupa cabai, serta komoditas perkebunan yaitu tembakau.Â
Pertanian di Desa Gambiran sudah cukup baik, akan tetapi masih terdapat beberapa permasalahan yang dirasakan oleh petani Desa Gambiran. Salah satunya ialah keluhan tentang pupuk bersubsidi yang dibatasi, dan pupuk non subsidi yang harganya melejit tinggi, membuat para petani resah.
"Harga pupuk NPK di kios, pas sekitar tahun 2019-2020 itu 10 ribu dek. Tapi sekarang (tahun 2022) naik langsung sampai 18 ribu", keluh Pak Mahrus, seorang buruh tani di Desa Gambiran. Pak Mahrus adalah seorang buruh tani yang sudah berpengalaman sejak tahun 2013 dalam ranah pertanian semi organik. Beliau bersama beberapa teman tani dari Mayang juga seringkali mengikuti pelatihan tentang pertanian organik, dan berani untuk mempraktikkan ilmu yang didapat ke lahan pertanian secara langsung. "Kami itu hanya tahu nyampur-nyampur bahan dari informasi lisan saja dek, kami perlu penerapan yang lebih teratur saja, biar hasil di lahan maksimal, dan ndak bingung kalau ada materinya", ujar Pak Mahrus. Dari sana maka muncul ide dari mahasiswa KKN Kolaboratif 178 untuk mengadakan pelatihan yang berhubungan dengan pertanian organik, sekaligus keuntungannya yang dapat mengurangi biaya produksi/modal yang digunakan untuk merawat lahan dan tanaman.