Mohon tunggu...
Uzdah Rifdah Anindita
Uzdah Rifdah Anindita Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

Hai, life is about discussion bout news and update, and its my opinion. Hope u enjoy it

Selanjutnya

Tutup

Music

Kontroversi Konser Blue Valley, Hindia Dituding Sebarkan Aliran Satanic

4 Desember 2023   05:23 Diperbarui: 5 Desember 2023   08:44 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta - Daniel Baskara Putra atau kerap dikenal dengan nama musisi Hindia kini tengah menjadi sorotan warganet. Pasalnya konser tour album terbarunya “ Lagi Pula Hidup Akan Berakhir ” dengan tema “ Malaikat Berputar di Langit Jakarta ; Blue  Valley ” yang diselenggarakan di Jakarta 30/09/2023 tersebut tuai kontroversi pasca viralnya sebuah video dari salah satu penonton yang beredar di internet. Dalam video tersebut menunjukkan suasana dari konser dan menampilkan saat Hindia membawakan salah satu single dari album terbarunya yaitu Matahari Tenggelam dengan konsep yang dianggap netizen mirip seperti aliran Satanic.

Tudingan tersebut diperkuat dengan keberadaan patung seperti Baphomet (entitas setan yang menjadi simbol pemujaan setan) di atas panggung dan bagian lirik lagu “ Matahari Tenggelam ” yang menyuratkan kalimat “ ku doakan kita semua masuk neraka ” di mana kalimat tersebut menjerumus pada sesuatu yang jauh dari keindahan hidup. Selain itu, penonton atu orang – orang yang hadir dalam acara ini diminta untuk menutup mata mereka menggunakan kain saat Baskara bernyanyi di lagu “ Matahari Tenggelam”. Hal ini membuat pro dan kontra mengenai konsep yang diangkat oleh tim pertunjukkan Hindia di Konser Blue Valley tersebut. Tak sedikit pula masyarakat menanggapi fenomena ini dengan mengkorelasikannya dengan hal - hal yang berhubungan dengan aliran Satanic atau Illuminati. Namun banyak sejumlah masyarakat  melihat hal ini dari sudut pandang lain yaitu dengan memberikan pendapat bahwasannya konser merupakan sebuah seni dan lagu yang diciptakan oleh seorang musisi merupakan karya personal dari penulisnya.

Kehebohan ini ditanggapi oleh Baskara Putra langsung dengan memberikan penjelasan secara detail melalui sebuah unggahan akun instagram pribadinya @wordfangs pada 19/11/2023. Dalam unggahan tersebut Baskara menjelaskan bahwa konsep dari Konser Blue Valley jauh dari apa yang ditudingkan oleh warganet, yaitu tentang tersiratnya penyebaran aliran Satanic di konsernya. Patung yang diduga mirip dengan Baphomet tersebut dibantah oleh Baskara dan tim kreatif dengan menggambarkan secara terbuka jikalau patung tersebut mengambil inspirasi dari profil album “ Lagi Pula Hidup Akan Berakhir ” yaitu malaikat maut. Sedangkan potongan lirik “ ku doakan kita semua masuk neraka ” dari lagu “ Matahari Tenggelam ” sendiri merupakan sebuah kiasan ekstrem yang diciptakan oleh Hindia sebagai penulis lagu untuk menggambarkan rasa sakit hati dan keinginan Baskara agar semua orang “gagah di balik kaca”( baca : di balik akun media sosial mereka ). Dan untuk adegan penutup mata, Baskara juga menjelaskan di unggahannya secara detail, yaitu salah satu alasan dari adegan tersebut ialah merepresentasi detail cerita yang terinsipirasi daru sebuah film horror yang berjudul Bird Box.

Konsep dan tema pertunjukkan konser Blue Valley dari Hindia ini dapat juga kita lihat melalui website bluevalleyproject.tumblr.com secara seksama. Menarik dari isi website tersebut dapat terlihat bagaimana uraian secara general atau garis besar sejarah dari Blue Valley yang menjadi topik utama di pertujukkan terakhir dari tour album terbaru Hindia.  

Tidak selalu apa yang tersebar di internet merupakan sesuatu hal yang valid kebenarannya. Potongan video se-persekian bagian dari keseluruhan acara tidak bisa menjadi kesimpulan subjektif dari sebuah peristiwa. Dari fenomena ini tentu saja menimbulkan dampak bagi seorang seniman untuk lebih memperhatikan detail karya akan yang mereka ciptakan, terlepas dari kebebasan seseorang dalam dunia seni namun pendapat dan objektif orang – orang tidak bisa dikontrol sesuai keinginan kita. Bagi masyarakat terutama warganet menjadi sebuah pengalaman untuk lebih cermat dalam memilah dan memilih informasi yang beredar dan lebih bijak menanggapi opini dengan mengulik lebih dalam kebenaran dari topik tersebut. Pada dasarnya sebuah pendapat tidak ada yang salah dan benar, hanya saja baigaiman kita menyikapi dan menyampaikannya di khayalak umum karena pro dan kontra dalam diskusi adalah sebuah kelumrahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun