Di era digital yang serba terhubung ini, informasi bisa datang dari mana saja, media sosial, situs berita, dan aplikasi pesan instan menjadi saluran utama bagi kita mengakses informasi, namun, Bersama dengan kemudahan tersebut, hadir pula ancaman nyata; hoaks dan disinformasi, berita palsu ini tidak hanya beredar dengan cepat, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan yang mendalam bagi individu, kelompok, bahkan negara.
Hoaks dan disinformasi memiliki dampak yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan. Didunia politik, mereka bisa memanipulasi opini public dan memengaruhi hasil pemilu. Disektor kesehatan, informasi palsu bisa menyebabkan kebingungan yang merugikan, seperti saat pandemi covid 19, Dimana berita palsu tentang vaksin atau pengobatan menyebar luas dan memicu  ketakutan dimasyarakat.
Literasi media merujuk pada kemampuan untuk mengakses, menganalisis, Â mengevaluasi dan menyebarkan informasi denngan bijaksana bukan hanya tentang cara mengetahui cara menggunakan teknologi, tetapi juga tentang memiliki pemahaman yang mendalam tentang bagaimana informasi diproduksi, siapa yang menghasilkan, dan apa tujuannya.
Berita hoaks biasanya memiliki ciri-ciri khas yang mudah dikenali jika diperhatikan dengan seksama. Salah satu cirinya adalah judul yang sensasional atau provokatif, sering kali menggunakan kata-kata bombastis seperti "mengerikan", "fakta mengejutkan", atau "heboh" untuk menarik perhatian pembaca. Berita ini juga sering kali tidak mencantumkan sumber yang jelas atau menggunakan sumber yang tidak kredibel, sehingga sulit untuk memverifikasi kebenarannya. Selain itu, berita hoaks sering mengandung kesalahan dalam penulisan, seperti ejaan atau tata bahasa yang buruk, yang menunjukkan kurangnya profesionalisme dalam penyajiannya.
Ciri lain yang sering ditemukan adalah penggunaan gambar atau video yang dimanipulasi atau tidak relevan dengan isi berita. Berita hoaks juga cenderung tidak menyajikan fakta yang valid, hanya berupa klaim tanpa bukti yang jelas. Untuk memengaruhi pembaca, berita ini sering memanfaatkan emosi, seperti rasa takut, marah, atau simpati, dengan menambahkan ajakan mendesak untuk segera membagikan informasi tersebut. Selain itu, hoaks sering mencatut nama tokoh atau lembaga terkemuka tanpa izin atau bukti dukungan yang nyata.
Menjaga keamanan data sangat penting untuk melindungi informasi pribadi dan mencegah penyalahgunaan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah menggunakan kata sandi yang kuat dan unik untuk setiap akun, serta mengaktifkan autentikasi dua faktor (2FA) untuk lapisan keamanan tambahan. Selain itu, hindari membagikan informasi sensitif seperti nomor identitas, data keuangan, atau sandi melalui platform yang tidak aman. Selalu periksa keaslian situs web sebelum memasukkan data pribadi, terutama saat bertransaksi online, dan pastikan situs tersebut menggunakan protokol keamanan seperti HTTPS.
Penting juga untuk rutin memperbarui perangkat lunak dan aplikasi yang digunakan, karena pembaruan sering kali mencakup perbaikan keamanan terhadap ancaman baru. Gunakan antivirus dan firewall untuk melindungi perangkat dari malware atau serangan siber. Selain itu, berhati-hatilah dengan email atau pesan mencurigakan yang meminta informasi pribadi, karena bisa jadi itu adalah upaya phishing. Jangan lupa untuk mencadangkan data penting secara rutin di lokasi yang aman, seperti cloud terpercaya atau perangkat penyimpanan eksternal, guna mencegah kehilangan data akibat kerusakan atau serangan.
Ditengah gempuran hoaks dan disinformasi, literasi lebih penting daripada sebelumnya, kemampuan untuk memilah informasi yang benar dan yang salah bukan hanya tugas individu, tetapi juga tanggung jawab Bersama untuk menciptaka tugas informasi yang sehat. Masyarakat yang memiliki literasi media yang baik akan lebih tahan terhadap godaan hoaks, lebih bijak dalam mengonsumsi  informasi. Dan lebih peduli terhadap  dampak sosial yang ditimbulkan oleh penyebaran informasi palsu. Dengan lietasi media yang kuat, kitab isa membangun Masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan bebas dari hoaks.
Tentang penulis :
Nao'an Pajar, Seorang mahasiswa semester 1 di program studi Teknik Mesin Universitas Panca Sakti Tegal. Dengan semangat belajar dan cita-cita besar untuk menjadi seorang welder profesional, Nao'an Pajar aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan di bidang teknik. Ia memiliki minat mendalam pada teknologi pengelasan dan dunia industri, serta percaya bahwa dedikasi dan pembelajaran berkelanjutan adalah kunci untuk meraih kesuksesan. Saat ini, ia juga mulai mengeksplorasi dunia literasi dengan menulis opini dan berbagi gagasan di berbagai platform kepenulisan. Â Komunikasi lebih lanjut bisa melalui IG: @naoanpajar Tik-Tok: @naoanpajar
Reverensi