[caption id="attachment_371275" align="aligncenter" width="614" caption="Penguatan USD (Source: http://buzz.money.cnn.com/2013/03/21/dollar-earnings-stocks/)"][/caption]
Dalam perekonomian terbuka, suatu negara tidak dapat menghindari arus masuk dan keluar suatu barang. Kondisi ini membuat arus transaksi mata uang pun mengikutinya. Hal ini juga terjadi dengan Indonesia yang bermazhabkan ekonomi terbuka. Pelemahan Rupiah dalam waktu yang cukup lama, pada dasarnya disebabkan Indonesia "tekor", akibat USD yang masuk dari ekspor barang dan jasa lebih sedikit dibandingkan USD yang keluar untuk kegiatan impor barang dan jasa. Dari data Bank Indonesia, neraca transaksi berjalan pada tahun 2014 masih berada di kisaran -26 Milyar USD.
Selisih antara ekspor dengan impor tadi sebetulnya ditutupi dengan transaksi finansial berupa surat utang, saham dan transaksi finansial lainnya. Investasi asing yang masuk ke Indonesia dalam bentuk surat utang, saham dan lainnya tersebut pada dasarnya memiliki tingkat risiko yang tinggi dibandingkan investasi yang bentuknya riil, seperti pendirian pabrik, dll. Transaksi finansial khususnya yang berjangka pendek sangat rawan dengan pembalikan dana kembali ke luar negeri, sehingga dapat mempengaruhi gejolak mata uang Garuda. Sampai saat ini, aliran dana masuk masih cukup aman demi menambal perekonomian Indonesia. Ke depan, dengan dinamika perekonomian global, aliran dana ini harus terus mendapat perhatian khusus dari banyak pihak.
Tren Penguatan USD
Saat ini kondisi pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami oleh mata uang Garuda saja. Mata uang negara yang memiliki tipikal ekonomi mirip Indonesia seperti Brazil, Turki, Afrika Selatan juga ikut terbawa arus pelemahan. Lebih lanjut, negara maju seperti Jepang dan negara-negara di zona ekonomi Eropa juga ikut terkena dampak pelemahan. Menurut data Bloomberg sampai periode ytd 18 Februari 2015, pelemahan negara-negara tadi bahkan ada yang sampai dikisaran 12%. Mungkin tren inilah yang dapat disebut tren penguatan USD terhadap mata uang negara lainnya. Artinya USD menguat tidak hanya pada beberapa negara, tetapi hampir kepada seluruh negara di dunia.
Pertanyaannya adalah mengapa USD bisa sedemikian perkasanya saat ini? Perekonomian AS menunjukan indikasi perbaikan. Hal ini mendorong investasi terhadap USD semakin menarik. AS sempat melakukan pelonggaran besar-besaran terhadap ekonominya yang sempat lesu. Ekonomi yang lesu kemudian disikapi dengan diturunkannya suku bunga dan juga menambah jumlah uang yang beredar untuk mendorong sumber-sumber pertumbuhan ekonomi. Namun, tren penurunan suku bunga dan menambah jumlah uang beredar agaknya akan mulai hilang seiring dengan indikasi perbaikan ekonomi AS. Tren perbaikan ini dibaca oleh investor dengan mulai mengalihkan investasinya ke USD meski suku bunga di AS masih dalam kisaran yang sangat rendah. Hal ini perlu diantisipasi karena ke depan AS berencana akan menaikkan suku bunganya. Kalau suku bunga rendah saja sudah banyak investor yang mulai memindahkan asetnya ke AS, apalagi nanti jika suku bunga dinaikkan.
Minat terhadap aset berdenominasi USD juga bukan tanpa alasan. USD merupakan mata uang utama dunia yang digunakan dalam berbagai macam transaksi di dunia. Hampir seluruh dunia memiliki cadangan devisa dalam bentuk USD. Kemungkinan default (gagal bayar) jika berinvestasi di AS agaknya sangat kecil, karena AS memiliki kemampuan untuk mencetak USDnya sendiri, dan hal ini tidak berlaku bagi negara lain. Hal inilah yang menyebabkan mata uang ini dianggap menjadi aset yang paling aman. Saat ini banyak investor yang sebelumnya memiliki berbagai aset mulai mengalihkan asetnya ke USD karena dianggap aset lainnya cenderung kurang aman. Sebagai contoh, harga barang-barang komoditas di dunia termasuk minyak mengalami penurunan dan diperkirakan belum akan membaik dalam kurun waktu yang cepat, ditambah permintaan akan barang komoditas semakin menyusut yang pada akhirnya investor di barang komoditas mulai mencari kantong investasi lainnya yang tentunya lebih aman. Lalu kemudian, investasi produk jadi atau barang jadi, selain karena membutuhkan waktu yang lama untuk pengembalian modal, saat ini permintaan atas suatu produk mulai menunjukan perlambatan sebagai dampak dari melambatnya perekonomian dunia. Pada akhirnya investor juga mencari investasi yang lebih aman saat ini yaitu USD.
Major currencies lain tak berdaya
Semakin mengerucutnya pilihan investasi juga datang dari pilihan instrumen investasi di pasar uang. Apabila dulu pilihan investasi masih diwarnai dengan aset Euro dan Yen. Saat ini kedua currency ini juga tidak berdaya sebagai akibat dari kebijakan bank sentralnya ataupun sentimen-sentimen dan fundamental yang mempengaruhi nilai tukar mata uang ini. Cerminan mengurucutnya investasi ini perlu dicermati oleh berbagai pihak. Hal ini semakin memperlihatkan bahwa pilihan investasi sudah semakin mengerucut dan dapat membuat nilai USD semakin kuat.
Kondisi Indonesia dalam Tekanan USD
Secara fundamental, ekonomi Indonesia sudah menunjukan perbaikan khususnya di sisi inflasi. Bahkan sampai Februari 2015 tercatat deflasi yang membuat ekspektasi inflasi diharapkan mengarah ke level yang rendah. Faktor fundamental lainnya adalah kondisi transaksi berjalan. Meski di tahun 2014 masih dalam keadaan “tekor”, namun di tahun 2014 ini menunjukan perbaikan jika dibandingkan dengan tahun 2013. Walaupun ke depan diperkirakan kondisi transaksi berjalan masih akan berada di level yang hampir sama, namun janji pemerintah mengimpor barang yang produktif dalam rangka mendukung pembangunan infrastruktur perlu diapresiasi. Namun hal yang perlu dicermati adalah apakah rencana yang baik ini akan dapat direalisasikan juga dengan baik. Pemerintah rasanya perlu terus memberikan update ataupun informasi dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat ataupun investor. Apabila perbaikan ekonomi secara struktural berjalan dengan baik, optimisme investor diharapkan tidak hanya ditunjukan dari besarnya transaksi finansial saja, namun juga besarnya investasi yang mendorong kontribusi ekspor Indonesia yang akan mendorong kestabilan nilai tukar Rupiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H