Mohon tunggu...
Miftahul Jannati Rahmah
Miftahul Jannati Rahmah Mohon Tunggu... -

saya hanyalah manusia biasa.. yang haus akan ilmu, dan ingin menyampaikan apa yang saya tau.. dan berdiskusi....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dimanakah Cita-cita Itu

8 Maret 2010   12:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:33 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa saat setelah saya mengaktifkan akun yahoo maessenger saya tiba - tiba salah seorang kawan saya menyapa. Tidak seperti biasanya, kawan saya yang biasanya riang itu menyapa dengan sebuah smile tanda sedih. Dan saya hanya membalasnya dengan sebuah senyuman, bagi saya itu adalah sebuah sapaan untuk menghiburnya. Kemudian dia mulai mengawali percakapannya. Sebuah basa - basi biasa, karena kami memang sudah tiga tahun ini tidak bertatap muka secara langsung. Setelah beberapa saat, kawan saya itu tefrdiam sesaat kemudian bertanya sesuatu yang saya rasa tidak biasa " Mbul (panggilan saya darinya) kamu punya cita - cita?". Terus terang saya tercengang dengan pernyataan kawan saya itu. Di usia yang sudah menginjak kepala dua, rupanya masih gamang dengan tujuan hidupnya. Mau jadi apa dia. Dan begitulah rupanya. Satu pertanyaan itu pun berbuntut sebuah diskusi panjang mengenai kehidupan.

Sekilas cerita saya diatas, sebuah ilustrasi singkat, namun saya rasa sangat memberikan sebuah inspirasi.. Pemasalahan yang dihadapi teman saya itu mungkin juga pernah anda alami, atau bahkan sedang anda alami. Kehilangan gairah hidup karena merasa belum mempunyai cita - cita.

Bagi saya, cita - cita adalah sesuatu yang mempu menumbuhkan semangatdalam diri saya untuk menggapainya. Tidak saya pungkiri bahwa, cita - cita saya selalu berubah - ubah dari masa ke masa. Bahkan saya sempat bertanya pada seorang psikiater, apakah ini normal? Dikala beberapa orang justru fokus dengan satu cita yang dia usahakan, saya justru mudah sekali beralih cita - cita. Kata pskiater itu, bercabangnya cita itu jauh lebih baik dibandingkan tidak mempunyai cita - cita. Karena, jika seseorang tidak mempunyai cita - cita, maka tidak dapat dielakkan lagi bahwa orang ini bisa saja kehilangan gairah hidupnya, bahkan bisa jadi mereka akan melakukan bunuh diri karena merasa hidup tidak ada gunanya.

Alangkah malangnya orang - orang itu. Saya sempat terfikir, jangan - jangan orang -orang yang merasa dirinya tidak punya cita - cita ini menganggap cita - cita haruslah sesuatu yang besar? Saya rasa tidak. Bagi saya, cta - cita adalah sesuatu yang bisa membuat saya bergairah untuk mendapatkannya. Apapun itu, bahkan ketika saya ingin membuat sebuah pengelolaan sampah di gang saya, yang nota bene masih sangat buruk kondisi bang sampahnya, itu juga merupakan cita - cita.

Jika ada seseorang yang merasa dirinya tidak punya cita - cita, mungkin saja orang tersebut kurang peka terhadap potensi yang ada. Baik yang ada pada dirinya maupun yang ada pada diri orang lain. Padahal, jika kita peka, apapun itu bisa menjadi sebuah cita - cita, tidk hanya hal yang kita senangi, hal yang menjadikan orang lain bisa juga kita jadikan sebagai cita - cita. Bahkan yang lebih ekstreem,ketakutan kita akan sesuatu juga bisa menjadi satu cita - cita besar untuk kita cari solusinya.

Karena itulah, mulailah peka terhadap sekitar. Mulailah cari hal - hak yang bagi anda menarik untuk dikembangkan. Apapun itu, bahkan jika hal itu menyimpang dari hal keilmuan yang anda miliki saat ini, pun ketika anda menyenanginya bisa menjadi sebuah cita - cita bagi anda. Bangkit dan Carilah cita-cita anda. Kemudian, WUJUDKAN....

Abraham Lincoln berkata, "Kau bisa mendapatkan apa pun yang kau inginkan jika kau memang cukup kuat dalam menginginkannya. Kau bisa menjadi apapun yang kauinginkan dan melakukan apapun yang ingin kaucapai jika kau bertahan pada keinginan itu dengan satu tujuan spesifik dan jelas"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun