Mohon tunggu...
uud udayana
uud udayana Mohon Tunggu... -

tkw dubai

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hari Itu Pasti Datang

12 Oktober 2010   03:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:30 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu yang lalu saya menerima kembali berita satu episode kehidupan telah berakhir, dia saudara dari pihak ibuku. Satu bulan yang lalu tanteku juga mengakhiri cerita hidupnya. Namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat kontras baik dalam jalinan cerita maupun ending kehidupannya. Tante yang selama ini kami kenal seorang guru yang sabar, care, murah senyum bahkan dialah satu-satunya seorang menantu yang telaten merawat mertuanya disaat tak ada anak yang lain mau menerimanya dalam keadaan sakit sampai menghembuskan nafasnya terakhir, yang membuat semua orang terkagum-kagum dengan kebaikan hatinya itu. Namun siapa yang menyangka wanita yang berhati mulia itu akan mengakhiri hidupnya dengan seutas tali jemuran yang digantungkan di tiang rumah, karena tak tahan dengan pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan suami.

Lain cerita dengan saudara dari pihak ibuku yang selama ini kami kenal dengan laki-laki yang berperilaku buruk, main perempuan, terlibat dalam beberapa kasus korupsi, namun dengan kesabaran istrinya yang terus mendampinginya dalam setiap masalah, sampai semuanya berlalu. Baru setahun yg lalu yang lalu saya ikut menjemput kedatangannya sekeluarga dari tanah haram memenuhi panggilanNya. Hari itu saya hampir tidak mengenalinya sama sekali, wajahnya bersih dan berseri-seri apalagi wajahnya kini dihiasi sedikit janggut, sampai-sampai saya mengira dia adalah salah seorang ulama  yang terkenal di kotaku, benar-benar membuat saya pangling. Saya begitu terpesona dengan cerita-ceritanya saat di tanah suci, dan ibadah-ibadah yang dapat dilakukan disana sambil sesekali kulihat dia mengusap ujung matanya. Istri dan anaknya menambahi kalau disana dia seperti punya kekuatan lebih tanpa lelah mengerjakan semua ibadah haji dan bahkan sangat jarang di maktab, sepanjang hari berada di masjid. Dan siapa sangka kali ini saya juga ikut mengantarkan ke peristirahatan terakhirnya memenuhi panggilan Sang Pemberi kehidupan untuk selamanya.

Kedua berita kematian tersebut membuat saya merenung kembali apa yang telah saya lakukan selama ini. Siapa tahu hari ini saya menghantarkan orang besok saya dihantarkan ke kuburan saya. Belum ada hal-hal baik yang saya lakukan yang dapat menyelamatkan saya saat di alam barzah dari kejaran pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir meski di dunia ini saya sudah menghapal jawabannya, apalagi untuk bisa berharap ke surga. Akankah kehidupanku berakhir dalam keadaan husnul khotimah ataukah sebaliknya??

Namun adakah kita mempersiapkannya?? Adakah kita tahu akan dalam keadaan bagaimana kita berpisah dengan kehidupan ini?? Adakah bekal yang akan kita bawa dalam perjalanan panjang dan abadi itu?? Siapakah yang dapat menjamin kita akan terlepas dari segala macam siksa dalam kubur sampai akhirnya tiba yaumul mashar??

Semua tergantung kita!!!

Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang bebas dalam bertindak dan menentukan nasibnya sendiri  Terkadang harapan kita bisa masuk surga, tetapi jalan yang kita tempuh ternyata mengantarkan kita kepada keburukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun