Kepalanya yang masih lembut itu terlihat begitu menggemaskan ketika dia menggerak-gerakkannya. Matanya yang kecil sama sekali tidak berkedip mengikuti gerak lincah cicak-cicak itu di dinding. Sesekali ia mengangkat tangan rapuhnya keatas dan menunjuk ke arah yang dipandangnya.
‘Da..da..’ begitu suara yang terdengar keluar dari mulutnya. Mungkin artinya cicak. Lalu suara lain kembali terdengar. kali ini berbunyi ‘Ha!’ disertai tepukan kedua tangannya menirukan gerakan menangkap sesuatu dari atas.
Dan dia tersenyum memandang ke arah saya.
Saya mencoba memahaminya. Membuang sekitar 27 tahun memori dan cara pikir. Melupakan milyaran warna dan nama-namanya, meninggalkan semua nama dan warna-warnanya.
Mencoba menjadi kecil, kecil bukan kerdil. Mencoba untuk berusia sebelas bulan.
Tidak mudah tapi saya yakin saya akan sampai padanya. Hanya sebelas bulan waktu yang dia butuhkan untuk belajar tentang cicak dalam sudut pandang yang kita anut selama ini. Bahwa cicak itu merayap, makan nyamuk, dan berautotomi.
Lalu berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk memahami tentang cicak dalam sudut pandangnya? Saya belum tahu dan akan terus mencari tahu, juga sama sekali belum paham namun bermimpi untuk bisa paham.
Sesederhana itu bagi saya, namun mungkin tidak sesederhana itu jika dilihat dari dunianya.
Karena dari sudut pandangnya, cicak bukan sekedar hewan dekoratif-parasit di setiap dinding rumah. Baginya cicak mungkin hewan luar biasa hebat, bisa berjalan di dinding dan langit-langit rumah, sementara baginya berjalan di lantai saja teramat sulit.
Juga, baginya ini bukan sekedar permainan mencari cicak. namun merupakan sebuah ekspedisi yang menghabiskan seluruh waktu dan tenaganya untuk menemukan berapa jumlah cicak di setiap ruangan yang dia masuki. Karena dunianya masih terbatas.
Kelak dimana batasan dunianya mulai meluas, ekspedisi baru sudah siap menyambut dengan tantangan dan pemahaman yang lain, yang berevolusi. Dan saya sudah siap pula untuk berevolusi bersamanya.