Mohon tunggu...
Thomas Utomo
Thomas Utomo Mohon Tunggu... -

Guru di SD Universitas Muhammadiyah Purwokerto. \r\nMenulis di Story, Potret, Suara Muhammadiyah, Annida, Radar Banyumas, Satelit Post, Nikah, Fatawa, dll.\r\nKontributor buku Creative Writing (STAIN Press, 2013) bersama Abdul Wachid BS, dkk.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bekal Sebelum Naik Pelaminan

20 Februari 2015   22:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:48 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Judul:Sebelum Aku Menjadi Istrimu

Penulis:Deasylawati P.

Penerbit: Indiva Media Kreasi

Cetakan: Pertama, Februari 2013

Tebal:224 halaman

ISBN:978-602-8277-71-6

Peresensi:Thomas Utomo

Menurut Dr. Kamal al Fawwal, Direktur Rumah Sakit Jiwa di Iskandariyah, Mesir, pernikahan dapat menjauhkan seseorang dari kegilaan serta penyakit mental dan fisik yang disebabkan rasa kesepian. Akan tetapi, bila seseorang atau pasangan yang memasuki jenjang pernikahan tanpa persiapan, tanpa bekal, setidak-tidaknya berupa keterampilan dasar untuk mengurus-mengatur rumah tangga, hal tersebut justru dapat mengganggu kestabilan mental seperti stres atau depresi dan bahkan menyulut percekcokan dengan pasangan atau keluarga. Tentu hal tersebut tidak diinginkan terjadi.

Seperti halnya seorang perempuan yang—misalnya—sebelum menikah tidak terlalu diikat tanggung jawab soal keberesan rumah, kewajiban menyajikan hidangan meja, dan dapat pergi keluar rumah sesuka hati, baik sendiri maupun bersama teman, setelah menikah keadaan dapat berubah drastis, bertolak belakang. Dia harus tinggal di rumah—bila tidak bekerja, hidup bersama mertua—bila belum mampu membeli atau mengontrak rumah, serta diikat tanggung jawab mengatur serbaneka urusan rumah tangga dari yang kecil-kecil, kelihatan remeh, tapi rumit dan banyak. Belum lagi jika mengandung, gerakan tubuh jadi terbatas dan bisa mudah capek. Demikian pula jika sudah memiliki anak.

Sebelum mengenyam serbaneka urusan rumah tangga tersebut, ada baiknya para perempuan—gadis muda yang belum atau hendak menikah—membaca buku ini. Isinya memaparkan bekal yang perlu disiapkan kaum perempuan sebelum naik pelaminan, seperti pemahaman konsep pernikahan yang benar sesuai aturan agama (halaman 43-55), konsep manajemen keuangan (halaman 56-63), konsep psikologi kepribadian pasangan (halaman 63-77), konsep tentang kehamilan, persalinan, dan menyusui (halaman 78-117), serta konsep pendidikan anak (halaman 117-130).

Di samping itu, tidak kalah pentingnya adalah persiapan mental, juga pemahaman bahwa pernikahan merupakan mitsaqan ghalizan (perjanjian yang sangat berat), sehingga tidak bisa dilakukan dengan main-main (halaman 158). Perlu dilakukan pula persiapan jasmani, seperti senam pranikah, sexercise, perawatan tubuh, dan perawatan organ intim kewanitaan. Ada pula latihan-latihan penunjang seperti latihan beres-beres rumah, menata pernak-pernik hiasan dinding, latihan memasak, latihan mengasuh anak—dari soal menyusui sampai cara menenangkan anak yang rewel, dan latihan jahit-menjahit.

Komplit sekali sajian isi buku ini. Ibarat makanan, buku ini merupakan paket empat sehat lima sempurna. Atau seumpama rumah, buku ini seperti sebuah pondasi, yang dapat menguatkan bangunan bernama lermbaga pernikahan. Insyaallah.

Ledug, 1 Februari 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun