PLTS Terapung menjadi tren dalam pengembangan energi terbarukan di dunia. Secara teknis, PLTS Terapung memiliki keunggulan dibandingkan PLTS grounding (di atas tanah) maupun rooftop (atap), yakni pengoptimalan reservoir, bisa dioperasikan secara hybrid dengan PLTA, mengurangi penguapan, serta menghasilkan energi lebih banyak 10% karena suhu lingkungan yang lebih rendah. Maka, tak heran apabila PLTS Terapung berpotensi menjadi prioritas pemerintah untuk akselerasi target bauran energi tahun 2025 mendatang.
Selain Cirata, ada satu lagi PLTS Terapung yang menyita perhatian masyarakat Indonesia dan dunia karena produksinya dilakukan di dalam negeri untuk pertama kalinya. Adalah PLTS Terapung Muara Tukad yang berlokasi di Badung, Bali, berhasil diproduksi pertama kalinya di Indonesia. PLTS Muara Tukad berkapasitas 100 kilowatt-peakk akan menjadi showcase sekaligus salah satu pemasok energi bersih selama perhelatan G20 di Bali, pada bulan November ini.
Teknologinya dari Sungrow yang sudah berpengalaman dalam pengembangan Floating PV dengan kinerja lebih efisien, dimana air mampu mendinginkan panel saat proses menghasilkan listrik. Hal ini bisa mengurangi penguapan air, menjaga keberadaan air di danau lebih lama
PLTS Terapung merupakan tren terbaru dalam industri Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia. Mengutip penjelasan dari Majalah Anthropocene, keunggulan PLTS Terapung dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Bebas konflik penggunaan lahan;
- Meningkatkan efisiensi panel surya;
- Ikut menjaga kualitas air waduk;
- Menghemat biaya infrastruktur jaringan transmisi;
- Menghadirkan keseimbangan antara musim penghujan dan musim kemarau dalam sistem pembangkit listrik.
Pengembangan PLTS Terapung juga sangat direkomendasikan untuk Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang digadang-gadang akan menjadi kota masa depan bebas emisi. Terlebih, di Kalimantan Timur terdapat banyak lahan bekas tambang yang bisa didayagunakan sebagai PLTS Terapung, tentu dengan pendampingan riset tenaga ahli. Berbicara tentang kota bebas emisi, sebenarnya IKN telah memulainya dari gedung Biara CB Providentia Dei di Sepaku, yang telah memasang PLTS sistem off-grid untuk mengcover seluruh kebutuhan listriknya.
Transisi energi sudah didepan mata. Anak-anak bangsa dituntut untuk bisa menguasai teknologi dan mencukupkan pengetahuannya di bidang energi terbarukan, utamanya energi matahari, sehingga bisa menjadi garda depan akselerasi energi bauran Indonesia di tahun 2050 mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H