Mohon tunggu...
Utje Gustaaf Patty
Utje Gustaaf Patty Mohon Tunggu... lainnya -

Pemuja Tamara Bleszynski dan Penganggur alamiah yang berharap tumbuh tanduk dikepala, tumbuh taring dibibir dan tumbuh ekor dipantat supaya berhak menggunakan tombak trisula untuk menghakimi pengelola negeri\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Kalah, Jokowi Terbuang. Foke Kalah, Foke Terbilang

14 September 2012   20:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:27 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_212533" align="aligncenter" width="300" caption="NKRI Harga Mati atau Mati Harga"][/caption] Tidak nyaman melihat salah satu kandidat diserang dengan peluru SARA, dilecehkan secara intelektual dan mendapat perlakuan yang tidak seimbang dari pengadil PilGub DKI 2012 ini. Kampanye terselubung dan sangat intimidatif terus dilancarkan salah satu kubu yang membuat saya bertanya dalam hati : "Bukankah Jakarta ini bagian dari NKRI?. Dan sebagai ibukota negara bukankah Jakarta berhak memperoleh "Pelayan" terbaik dari segala penjuru NKRI?". Miris melihat kubu Jokowi-Ahok sebagai kubu yang memperoleh suara terbanyak dalam PilGub Putaran Pertama justru mendapat serangan yang cenderung membabi-buta, memojokkan dan melecehkan dari kubu lawannya dalam koalisi gajah. Bukankah itu seperti memojokkan dan melecehkan rakyat yang telah memilih Jokowi-Ahok dan telah mendaulat pasangan ini sebagai pemenang PilGub putaran pertama?. Adigum Vox Populi, Vox Dei (yang dalam konteks ini saya tafsirkan sebagai suara resmi terbanyak) menyiratkan bahwa menentang suara rakyat banyak berarti menentang suara Sang Illahi. Kubu Foke-Nara sebagai pihak yang merasa lebih pintar dan lebih berkuasa, seharusnya menyadari akan hal ini. Sebagai pemenang saja Jokowi-Ahok mendapat perlakuan seperti itu, apa lagi jika kalah. Mungkin saja Jokowi-Ahok akan diusir dari Jakarta oleh orang-orang yang merasa Jakarta ini milik mereka dan telah menciptakan anggapan bahwa Jakarta ini bukan bagian dari NKRI dengan segala ke-Bhinneka-annya. Dan bagi Foke-Nara, kalahpun mereka akan tetap terbilang karena tidak akan terusir  dari Jakarta yang mereka cintai, dan mereka akan tetap bisa berbuat sesuatu bagi warga Jakarta. PilGub ini bagi warga Jakarta yang memang cukup cerdas sebenarnya bisa menjadi pembelajaran politik tingkat lanjut, tapi sayangnya yang kita saksikan adalah pelacuran politik pada tingkat germo. Indonesia terwujud sebagai bangsa karena adanya kesadaran akan persatuan, dan terwujud sebagai negara karena adanya tindakan persatuan yang mengenyampingkan segala perbedaan. Dan seharusnya segala tindakan yang dapat mengancam persatuan antar anak bangsa yang berdasarkan pengakuan atas ke-Bhinneka-an dapat digolongkan sebagai tindakan subversi. Salam PERSATUAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun