Kerajaan Majapahit adalah salah satu peradaban besar yang pernah berkembang di Nusantara. Selain dikenal sebagai kekuatan politik dan militer yang berhasil menyatukan wilayah yang sangat luas, Majapahit juga menjadi contoh nyata bagaimana keberagaman budaya dan agama dapat hidup berdampingan secara harmonis. Keberhasilan ini tidak hanya didasarkan pada kekuatan militer atau diplomasi, tetapi juga pada toleransi dan sinkretisme budaya yang diterapkan dalam setiap aspek kehidupan masyarakatnya. Nilai-nilai ini memberikan pelajaran penting yang relevan untuk kehidupan modern saat ini, terutama dalam menghadapi tantangan keberagaman di era globalisasi.
Keberagaman di Majapahit mencakup berbagai dimensi. Secara geografis, wilayah Majapahit meliputi sebagian besar Nusantara, termasuk berbagai suku bangsa dan tradisi lokal yang sangat beragam. Dari segi keagamaan, Hindu dan Buddha menjadi agama dominan, tetapi kepercayaan lokal seperti animisme tetap hidup dan berkembang di masyarakat. Pada masa akhir Majapahit, Islam mulai masuk ke wilayah kerajaan ini melalui jalur perdagangan, menciptakan dinamika keberagaman baru.
Penguasa Majapahit tidak memaksakan satu budaya atau agama tertentu sebagai identitas tunggal kerajaan. Sebaliknya, mereka mendorong integrasi budaya melalui sinkretisme, yaitu penggabungan elemen-elemen dari berbagai tradisi menjadi sebuah harmoni baru. Sinkretisme ini terlihat jelas dalam berbagai peninggalan budaya Majapahit, seperti arsitektur candi, seni, dan tradisi spiritual. Misalnya, Candi Sukuh dan Candi Penataran mencerminkan perpaduan antara estetika Hindu-Buddha dengan simbol-simbol lokal yang mencerminkan kepercayaan asli masyarakat Jawa.
Filosofi Bhineka Tunggal Ika, yang berasal dari kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular, menjadi landasan penting bagi keberagaman di Majapahit. Semboyan ini mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk mencapai kesatuan. Filosofi ini tidak hanya menjadi slogan, tetapi juga diwujudkan dalam praktik kehidupan sehari-hari. Misalnya, dalam upacara keagamaan, sering kali terdapat integrasi antara elemen Hindu dan Buddha dengan ritual lokal, menciptakan tradisi unik yang diterima oleh semua lapisan masyarakat.
Pentingnya toleransi dalam kehidupan Majapahit tidak hanya terlihat dalam aspek keagamaan, tetapi juga dalam hubungan sosial dan ekonomi. Sebagai pusat perdagangan internasional, Majapahit menjadi tempat bertemunya berbagai budaya, mulai dari Tiongkok, India, Arab, hingga Eropa. Para pedagang dari berbagai latar belakang budaya dan agama hidup berdampingan di kota-kota pelabuhan seperti Tuban dan Gresik. Hubungan yang harmonis ini didukung oleh kebijakan penguasa Majapahit yang menghormati keberagaman dan memastikan keadilan bagi semua pihak.
Nilai-nilai toleransi dan sinkretisme yang diterapkan oleh Majapahit relevan dengan kehidupan modern. Di era globalisasi, masyarakat semakin terhubung satu sama lain, menciptakan interaksi yang intens antara budaya dan agama yang berbeda. Namun, interaksi ini sering kali diwarnai oleh konflik, terutama ketika perbedaan dipandang sebagai ancaman. Dalam konteks ini, filosofi Bhineka Tunggal Ika menjadi pengingat bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dirayakan, bukan alasan untuk perpecahan.
Dalam kehidupan nyata, prinsip-prinsip yang diterapkan oleh Majapahit dapat menjadi panduan untuk mengelola keberagaman di berbagai sektor. Misalnya, dalam dunia pendidikan, kurikulum dapat dirancang untuk menanamkan nilai-nilai toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan. Dalam dunia kerja, keberagaman dapat dilihat sebagai aset yang memperkaya perspektif dan inovasi, seperti yang dilakukan oleh Majapahit dalam memadukan berbagai elemen budaya menjadi satu kesatuan yang harmonis.
Sinkretisme budaya yang diterapkan oleh Majapahit juga dapat menjadi inspirasi dalam dunia seni dan kreatif. Dalam musik, seni, atau desain, penggabungan elemen-elemen dari berbagai budaya sering kali menghasilkan karya yang unik dan menarik. Misalnya, musik modern sering kali menggabungkan instrumen tradisional dengan teknologi digital, menciptakan harmoni baru yang mencerminkan semangat sinkretisme Majapahit.
Selain itu, nilai-nilai toleransi yang diajarkan oleh Majapahit juga penting dalam membangun masyarakat yang inklusif. Di tengah meningkatnya polarisasi akibat perbedaan agama, budaya, atau ideologi, Majapahit mengajarkan bahwa harmoni dapat dicapai melalui dialog dan penghormatan terhadap perbedaan. Praktik seperti dialog antaragama atau festival budaya lintas etnis dapat menjadi cara untuk memperkuat solidaritas di tengah keberagaman.
Sebagai contoh, festival budaya seperti Pekan Kebudayaan Nasional di Indonesia dapat menjadi wadah untuk memperkenalkan dan merayakan keberagaman budaya. Semangat ini sejalan dengan tradisi Majapahit yang menjadikan keberagaman sebagai kekuatan untuk membangun persatuan. Dalam kehidupan sehari-hari, praktik-praktik sederhana seperti menghormati keyakinan orang lain atau terbuka terhadap ide-ide baru juga mencerminkan semangat toleransi yang diwariskan oleh Majapahit.
Warisan Majapahit adalah pengingat bahwa keberagaman tidak harus menjadi sumber konflik. Sebaliknya, keberagaman adalah kekayaan yang dapat memperkaya kehidupan bersama. Dengan belajar dari sejarah Majapahit, kita dapat membangun dunia yang lebih inklusif dan harmonis, di mana setiap individu dihargai dan setiap budaya dipertahankan sebagai bagian dari identitas kolektif. Semboyan Bhineka Tunggal Ika tetap relevan sebagai panduan untuk menghadapi tantangan keberagaman di era modern, sebagaimana ia menjadi landasan bagi keberhasilan Majapahit di masa lalu.