Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Nusantara, tidak hanya dikenal karena kejayaannya dalam bidang politik dan ekonomi, tetapi juga karena warisan budaya yang kaya dan unik. Salah satu aspek paling menonjol dari peradaban Majapahit adalah toleransi yang tinggi terhadap keberagaman dan praktik sinkritisme budaya yang berkembang pesat.
Toleransi Beragama: Sebuah Pilar Kekuatan
Salah satu bukti nyata toleransi di Majapahit adalah keberagaman agama yang hidup berdampingan secara harmonis. Meskipun Hindu dan Buddha merupakan agama mayoritas, namun kepercayaan lain seperti animisme dan dinamisme juga diakui dan dihormati. Raja Hayam Wuruk, misalnya, yang menganut Hindu Siwa-Buddha, dapat hidup rukun dengan ibunya, Tribhuana Tunggadewi, yang beragama Buddha. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" yang berasal dari kitab Sutasoma karya Empu Tantular menjadi bukti kuat adanya upaya untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama. Semboyan ini mengandung makna bahwa meskipun berbeda-beda, namun pada dasarnya tetap satu. Ajaran ini menjadi dasar bagi terciptanya masyarakat yang toleran dan inklusif.
Sinkritisme Budaya: Perpaduan yang Indah
Selain toleransi beragama, Majapahit juga dikenal dengan praktik sinkritisme budaya yang unik. Perpaduan antara unsur-unsur Hindu, Buddha, dan kepercayaan lokal melahirkan suatu bentuk kebudayaan yang khas dan orisinal. Candi-candi yang dibangun pada masa Majapahit seringkali menampilkan perpaduan berbagai unsur agama dan kepercayaan.
Sinkritisme budaya ini juga tercermin dalam karya sastra dan seni. Kitab Sutasoma, misalnya, merupakan contoh karya sastra yang memadukan unsur-unsur keagamaan dan filsafat. Sementara itu, seni patung dan relief pada candi-candi Majapahit menampilkan berbagai tokoh mitologi Hindu, Buddha, dan kepercayaan lokal.
Warisan yang Berharga
Toleransi dan sinkritisme budaya yang dikembangkan oleh Majapahit merupakan warisan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia. Nilai-nilai luhur ini telah menjadi fondasi bagi terbentuknya bangsa Indonesia yang plural dan beragam. Dalam konteks Indonesia modern, semangat toleransi dan inklusivitas yang ditunjukkan oleh Majapahit menjadi semakin relevan.
Kesimpulan
Kerajaan Majapahit telah memberikan contoh yang sangat baik tentang bagaimana sebuah masyarakat yang beragam dapat hidup rukun dan harmonis. Toleransi beragama dan praktik sinkritisme budaya yang dikembangkan oleh Majapahit merupakan warisan yang sangat berharga dan patut kita lestarikan. Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan pluralisme yang semakin kompleks, nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh Majapahit dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk membangun masyarakat Indonesia yang lebih adil, damai, dan sejahtera.