Mohon tunggu...
Uthu Santuhan
Uthu Santuhan Mohon Tunggu... -

Penulis, penangkap sinar photon dan seniman, pendiam tapi pemalu. \r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catokan Favorit Saras #7

29 November 2014   21:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:30 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Durga tertunduk di hadapan geram cantik mama Saras,
"Kenapa Saras bisa basah kuyup begini?" Tanya Sara.
"Dia berantem sama Dona tante.."
"Dona? Ah ngarang kamu! Berantem kenapa?"
"Iya Dona mengolok-ngolok rambut Saras, memang keterlaluan dia."
"Dasar anak Lampir! nanti saya telpon mamanya! Grrr!"
"Iya tante lebih baik begitu" Jawab Durga.
"Aish! Anak kecil jangan brisik!"
"Maap tan.."
Saras masih terisak sambil mulai berani berdiri  dan memeluk mamanya.

Bram dan Sara Membopong Saras masuk, Durga memohon pamit, lega anak itu,
ia tidak didamprat lanjut oleh Sara.
"Tante aku pamit dulu, harus jemput si Lista tante tadi dia saya tinggal. Ayo Oom, Sar permisi"
"Iya sudah, terima kasih ya nak, maafkan tante emosi tadi."
"Ngga papa tante, oom, saya permisi dulu ya"
Durga mohon pamit. Kejantanannya kembali ke permukaan, ia tidak mengkeret ketakutan lagi.

Tak lama berselang Bram juga mohon pamit, ketika Sara memberi kode tatapan pada Bram untuk
membiarkan mereka sendiri dahulu, ia hendak memandikan Saras yang sudah kedinginan itu.
"Terima kasih sayang, nanti aku telpon kamu lagi" ujar Sara.
"Baik sayang, aku tunggu telponmu ya? Saras, Oom pulang dulu ya? Kamu keringkan badan dan jadilah tenang ya? Si Dona mungkin kumat hari ini, itu biasa."
"Iya Oom Bram, maaf merepotkan ya oom, main lagi ya?"
"Iya Oom akan datang lagi segera."

Mama Sara, menuntun Saras ke kamar mandi, ia menyalakan air hangat dan mengisi penuh bath tub mereka, dan menuangkan bath foam kedalam bak mandi porselen putih itu. Saras melepas bajunya dan masuk dengan nyaman kedalam bath tub. Kini ia sudah terlihat lebih tenang, dan air matanya sudah mengering.

"Kamu kenapa sih tadi sama Dona? hmmm?" tanya Ibunya itu.
"Dia bilang, bahwa aku ini kribowati ma.."
"Lah, kan kamu emang kribo Sar?"


Saras menatap mamanya dengan wajah senep, sambil menenggelamkan hidung dan bibirnya di bawah permukaan air bath tub. Wajahnya penuh ambek.
Mamanya tersenyum mengoda sambil mengelus kepala gadis itu memberikan tanda bahwa ia hanya menggoda Saras. Ia mengelus lembut kepala putri tunggalnya itu. Perlahan Saras muncul kembali ke permukaan.
"Iya ma, aku tau aku Kribo, tapi lebih dari lima kali ia mengatai aku Kribowati, ngga lucu dong ma?! Mama sendiri kalo dibilang kribowati juga pasti kesel!"
Sara tak kuasa menahan kikiknya, ia tertawa kecil.
"Hihihihihihihihihihihihihi"

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun