Dalam dunia pergowesan banyak genre yang masing-masing punya penganut masing-masing. Ada casper (yang gowesnya hanya antar perumahan), ada genre AM (gowes cuma beli rokok ke minimart), ada w2bb (yang kerja cuma buat upgrade sepeda, tapi sepedanya cuma dipajang). Haghaghaag!
[caption caption="Lingkar nagrek"][/caption]
Yang lebih serius ada XC, tukang ngaprak... doyan blusukan ke kebon-kebon. Lebih serius lagi DH (downhill) ini aliran paling serius, harga sepedanya musti serius, resikonya juga serius. Genre DH penganutnya fanatik sama turunan dibukit-bukit, suka loncat-loncat pakai sepeda.Â
Kalau Saya malah ngeri, ga berani untuk kategori yang terakhir makanya nyari yang fun aja tapi bukan funbike. Saya penganut genre sepeda dengan destinasi yang enak buat fun. Yang seger-seger ijo, yang dingin-dingin gimana gitu... Tapi, celakanya tempat-tempat yang begitu, yang memenuhi kriteria fun letaknya musti nyari tempat yang elevasinya rada tinggian.
Dikisaran 900 mdpl keatas baru dapet kriteria tempatnya. Dan ada harga yang harus dibayar. NANJAK ... Dari rumah yang termasuk elevasi dataran rendah menuju destinasi yang elevasinya masuk kategori dataran tinggi. Jarak sih masih masuk akal, kisaran 100 km pp.
Destinasi yang paling banyak dihasilkan dari gowes fun itu sebagian besar berwujud curug. Setelah lebih dari 20 curug yang berhasil dikoleksi mulai terbiasa dengkulnya. Malah ketagihan, ... ga nanjak ga assiik !
Jujur, saat nafas tersengal ... dengkul gemetar ... jantung berdegup sangat kencang dan akhirnya menyerah, break sesaat untuk mengatur kembali nafas ... mendinginkan dengkul ... dan menyetabilkan irama jantung. Ada perasaan kapok, ... ampun ... tanjakan ngehe. Tapi, begitu sampai dirumah dan menjalankan rutinitas seperti orang-orang suasana yang Saya gambarkan diatas itu bikin kangen setengah mati. Pengin lagi dan lagi, mencari tanjakan yang lebih ngehe. Bahkan menuntut remed jika TTB disebuah rute tanjakan, edyan ...!
#cuter #uthitgowes #gananjakgaasiik
Â
Â
Â